The Truth Revealed

9.8K 518 2
                                    

"Buka dan lihat sendiri..." Ujar Daverick

Ren mengambil amplop itu dan membukanya. Dengan segera Ren terkejut. Dia memberikan isi amplop itu pada Dario dan juga ketiga teman mereka yang lain

"Itu foto yang sempet gue ambil waktu itu dan gue simpen di draft e-mail gue" ujar Daverick

"Lo tahu kan siapa itu" lanjutnya

"Bagaimana bisa?" Tanya Aaron

"Gue juga gak tahu"

Dario menatap satu per satu foto itu

"Kalau saat itu gue langsung bilang. Memang masalahnya bisa selesai. Tapi buktinya kurang dan bakal jadi percuma. Lagi pula, saat itu dia mengincar Erika. Tapi, anak buah bokap gue yang memang sudah dendam kusumat sama bokap, lebih suka melihat gue mati. Karena itu, meski dia tahu gak ada Erika disana, dia tetap menghantam mobil gue dengan truck kontainer milik dia" Daverick memberikan penjelasan

"Gue mau, memberitahu mereka. Tapi, saat itu gue bukan gue yang sekarang. Waktu itu gue masih lemah dan belum sekuat sekarang. Sekarang, gue sudah bisa melampaui bokap gue. Karena itu, sekarang gue kasih tahu kalian tentang ini. Terserah kalian mau anggap gue pengecut atau apapun"

"Harusnya lo bilang sama kita" ujar Lean

"Lo sibuk sama pacar lo yang ternyata bokapnya justru salah satu dalang dari kejadian ini!" Sindir Daverick

"Dan lagi..." Daverick mengeluarkan selembar kertas lusuh dari kantung jas-nya

"Erika memberikan gue ini. Dan itu bikin gue jadi tambah ragu untuk kasih tahu semuanya. Karena gue takut dia justru semakin dikejar oleh mereka. Dan ini juga yang memunculkan ide gue buat amnesia"

Dario mengambil kertas itu dan membaca isinya. Benar-benar tulisan tangan Erika. Dario menutup matanya dan menenangkan dirinya

"Anggap lo gak bohong. Lo mau kita ngapain?" Tanya Dario

"Gue emang gak bohong Yo. Tapi, terserah lo mau percaya atau nggak"

Daverick menatap ponselnya yang sempat bergetar. Sebuah pesan masuk. Daverick membuka dan membaca isi pesan itu dengan senyum kecil di bibirnya sebelum dia memasukan kembali ponsel itu ke sakunya

"Gue sudah menyusun rencana matang-matang selama tujuh tahun ini"

"Apa aja?" Tanya Nathan

"Pertama. Beberapa hari lagi gue bakal jemput Erika balik ke Kanzpia. Kedua, kita bakal memancing pengkhianat bokap dengan dokumen yang mereka mau"

"Lo gila?" Ujar Dario

"Nggak Yo. Gue sehat jasmani dan rohani. Tentu saja bukan dokumen asli yang kita kasih. Kita bakal buat dokumen palsu"

"Dokumen aslinya aja hilang dari Xav mannor..." Ucap Dario jujur

"Tenang... Gue tahu dimana dan bagaimana cara mendapatkan dokumen itu kembali"

"Gimana?" Tanya Ren penasaran

"Taruhan di meja judi"

Semua orang di ruangan itu menggelengkan kepala mereka

"Dan sementara itu, gue butuh bantuan kalian buat cari bukti-bukti lain. Itu pun kalau kalian sudah maafin gue dan mau bantu gue"

Nathan, Dario, Lean, Ren dan Aaron saling tatap sampai akhirnya mereka berlima mengangguk dan menepuk pelan bahu Daverick

"Kita maafin" ujar Dario mewakili teman-temannya

"Tapi-" ujar Dario lagi "kalo lo sampe berani bikin Erika nangis lagi, gue yang bakal menghabisi lo saat itu" lanjutnya

Daverick mengangguk dan tersenyum mantap

"Tenang aja. Gak bakal terjadi..."

"Oke, sekarang kita susun rencana" ajak Nathan

"Buru-buru amat sih Than?" Rengek Ren

"Kita kan baru kesini sekarang. Masa lo sudah mau kerja aja. Senang-senang dulu sih... Ini tuh sudah tujuh tahun loh gue nungguin buat masuk ke rumah ini" lanjut Ren merengek

Daverick terkekeh dan menyentil dahi Ren pelan

"Dasar goblok! Kadang gue malu loh punya sepupu kayak lo" ejek Daverick membuat semua orang terbahak

"Nginep sini aja, mau?" Tanya Daverick

"Beneran?" Tanya Ren dan Daverick mengangguk

Daverick langsung mengangkat telepon dan menghubungi kepala pelayan di rumah itu untuk menyiapkan kamar bagi teman-temannya

"Nikmatin rumah gue sesuka lo"

Tak lama suara ketukan pintu membuat Daverick menoleh

"Masuk" ujar Daverick singkat

"Kak, aku-" ucapan itu terhenti saat Jeanna menatap Lean ada di dalam ruangan itu

Jeanna mengalihkan pandangannya dan mendapati Daverick dengan wajah memar. Dengan panik Jeanna menyuruh pelayan membawakan kotak obat dan air hangat. Jeanna menghampiri Daverick dan duduk di sebelah sang kakak sepupu

"Ini kenapa?" Tanya Jeanna

"Gak apa kok. Kamu ngapain kesini?"

"Aku..." Jeanna menatap ke arah lain, Daverick tersenyum. Dia menarik kepala Jeanna dan meletakan kepala itu di bahu kirinya

"Ada apa?" Tanya Daverick

Jeanna membisikan maksud kedatangannya pada Daverick. Sesekali gadis itu terdiam dan menahan napasnya

Brakkk!!!

"Sialan!!!"

"Siapa yang mengizinkan dia?!" Murka Daverick saat itu juga

Semua orang di ruangan itu menatap Jeanna dan Daverick dengan tatapan heran dan sedikit terkejut karena kemarahan Daverick

"Dasar tua bangka tak tahu diri!!!" Gerutu Daverick

Jeanna menatap Daverick penuh harap. Daverick memeluk Jeanna dan mencium puncak kepala adiknya itu dengan lembut

"Tinggal disini. Biar aku yang urus mereka. Tenang saja, semuanya akan baik-baik saja. Percaya sama kakak, hm..."

Jeanna mengangguk dia memeluk erat Daverick dan menghirup dalam-dalam perfume yang menenangkan dari kakak sepupunya itu

"Istirahat sana" suruh Daverick pada Jeanna. Lagi, Jeanna mengangguk paham

"Bilang sama pelayan. Antar kamu ke kamar kakak. Kamu tidur disana saja"

Jeanna menatap Daverick kaget

"Kamar disini banyak, Jeanna. Kamu tidur disana. Biar kakak di kamar lain"

Jeanna mengangguk dan pergi. Menyisahkan anggota The Kings di ruangan itu

"Louisa kenapa?" Tanya Ren

"Dia dilamar sama keluarga Afrians"

"Hah? Memangnya mereka punya anak laki-laki yang seumur kita?"

Dario menggeleng

"Lantas?"

"Buat dia" gumam Daverick

"Apa?"

"Kakek tua itu melamar Jeanna buat dia sendiri!" Ujar Daverick penuh emosi

Daverick melirik ke arah Lean dan mendapati Lean tengah meremat jemarinya dengan wajah kesal yang sangat kentara

"Lean..."

Lean menoleh ke arah Daverick

"Gue kasih lo kesempatan. Kalo lo bisa bikin Jeanna bahagia. Cepet lo lakuin sekarang"

Ren, Dario, Nathan dan Aaron menatap Daverick heran

"Jangan pasang muka poker face lo ke gue!! Karena gue tahu lo suka sama Jeanna sejak dulu. Tapi, lo gak punya nyali buat deketin dia karena gue dan Ren!"

Daverick menepuk pundak Lean "sana. Gue sama Ren mendukung lo"

[KAS #1] King And Queen (Of The Underworld)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang