Feeling Bad

9.3K 507 3
                                    

"Permisi tuan" Daverick menoleh saat panggilan itu memasuki telinganya. Zaldy sudah berdiri di pintu ruangannya

"Masuk" perintah Daverick

Zaldy memasuki ruangan itu dengan dokumen di tangannya. Dia menyodorkan dokumen itu pada Daverick. Daverick membaca dan meneliti setiap kata dalam dokumen itu

"Ini mereka mau pinjam gudang kita?"

"Iya tuan"

"Yang dimana?"

"Pinggir pelabuhan utama"

"Nggak"

"Tuan?"

"Gue nggak izinkan mereka minjam gudang itu. Apa lagi untuk menyimpan barang-barang kayak begitu!"

"Anda tidak meminta pendapat ketua dulu tuan?"

Daverick melirik kesal ke arah Zaldy. Dia menatap tajam assistant barunya itu

"Dengan siapa lo kerja?" Pertanyaan Daverick membuat Zaldy terdiam

"Jawab!!"

"Dengan anda tuan"

"Terus?"

"Maafkan saya tuan. Tidak akan saya ulangi"

Daverick memilih diam dan menatap keluar jendela besar kantor ayahnya. Ini bukan bidang yang dia sukai. Dia akui dia menyukai ketika dia harus ikut turun ke jalan untuk berkelahi, tapi dia tidak suka jika harus mengurus perusahaan besar dibawah nama Ardlan untuk seterusnya

Daverick menghela napasnya pelan. Dia menatap kendaraan yang terlihat sangat kecil dari tempatnya berdiri. Sekelebat bayangan membuatnya tersenyum kecil tapi, dia kembali seperti semula setelahnya

"Tuan?" Ucap Zaldy bingung saat Daverick memanggilnya kembali ke ruangannya

"Nanti pulang, lo anter gue ke cafe"

"Baik tuan"

Daverick mengangguk "sana keluar" usir Daverick

Pukul 9 malam Daverick baru menginjakan kaki di cafe miliknya. Dia menyuruh Zaldy masuk. Dia juga meminta Zaldy melepas semua alat di badannya. Zaldy hanya menurut. Setelah selesai Daverick mengajak Zaldy ke kamarnya di lantai tiga cafe

"Ada apa tuan?"

"Lo bisa simpan rahasia?"

"Tentu tuan"

"Bahkan dari bokap sekalipun?"

"Ya tuan..."

"Oke. Lo cari tahu kabar tentang orang ini" Daverick memberikan sebuah foto pada Zaldy

"Apa saja yang harus saya cari tahu tuan?"

"Alamatnya, Kabarnya, kegiatannya. Dan semua yang dia kerjakan"

"Baik tuan"

"Kirim orang yang bisa lo percaya tapi, bukan anak buah Ardlan. Bawa dia kesini secepatnya. Dan jangan sampe keluarga Dimitry dan bokap gue tahu. Pokoknya tidak ada yang boleh tahu tentang ini. Paham?"

"Paham tuan"

"Pergi"

"Saya permisi tuan"

"Zaldy" langkah Zaldy terhenti di ujung pintu ketika Daverick memanggilnya

"Ya tuan?"

"Kalau Dad bertanya bilang saja gue meminta lo merapikan kamar gue yang berantakan"

"Baik tuan, permisi"

Zaldy melangkah keluar. Daverick duduk di tepi jendela kamarnya. Dia menatap langit gelap di luar sana. Pikirannya kembali menerawang. Entah apa yang dia pikirkan, sesekali dia menghela berat. Terkadang dia meremat kemejanya tepat pada bagian dadanya

"I'm sorry" gumamnya

Daverick selalu terpaku pada masa yang sama. Dan dirinya tidak pernah lepas dari saat itu. Sedikit demi sedikit kesedihannya berubah menjadi sangat banyak. Seolah semua itu berkumpul dan bersatu untuk menjatuhkannya

"I'm sorry"

Air mata Daverick jatuh di pipinya. Mata merahnya meredup dan kehilangan sinar cahayanya. Entah sudah berapa kali dia menangis sejak saat itu

Sedih. Sakit. Terluka. Putus asa. Marah. Semua menjadi satu dan selalu mendorong air mata Daverick keluar setiap malam ketika dirinya hanya sendirian

"I'm so sorry..." Lirih Daverick

Daverick memang sengaja menerima semua yang ayahnya perintahkan untuk dirinya kerjakan. Menerima mafia dan perusahaan milik Ardlan, demi bisa menjadi lebih kuat. Daverick sengaja menarik diri dari teman-temannya untuk membuatnya terfokus pada bisnis yang digelutinya. Dan dia bersumpah untuk melampaui kemampuan ayahnya, Rayzen Adrious Ardlan

[KAS #1] King And Queen (Of The Underworld)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang