03

23.6K 1.8K 650
                                    

03 ; hukuman yang tak berkesudahan

03 ; hukuman yang tak berkesudahan

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.

Bimbang.

Itulah yang dirasa Ailen. Saat ini, Ailen ingin melarikan diri dan segera pulang ke rumah. Sungguh, Ailen sangat merindukan kasur empuknya. Namun, bel pulang sekolah tak membuat Ailen lega. Malah ia semakin gelisah dan ... takut. Apalagi yang membuat ia merasakan itu jika bukan karena Gerland. Ailen masih ingat perintah Gerland untuk menemuinya di parkiran dan sayangnya Ailen telah berjanji untuk datang.

Meskipun Ailen sudah puluhan kali atau bahkan ratusan kali berhadapan dengan Gerland, namun tetap saja Ailen masih gugup. Cowok itu selalu mempunyai seribu satu cara yang tak pernah Ailen pikirkan untuk menyengsarakan hidupnya. Harus Ailen akui bahwa hidupnya memang sudah sengsara, dan hadirnya Gerland membuat kesengsaraan itu berlipat ganda.

Ailen masih ingat hukuman yang diberikan cowok itu kemarin karena Ailen menolak perintah Meisya untuk mengerjakan tugas Matematikanya. Cowok itu menyuruh Ailen berkeliling lapangan sebanyak 10 kali dengan cara merangkak. Jika berlari, Ailen masih menalarinya, tapi itu merangkak! Sungguh, Gerland lebih kejam dari pada Pak Burhan—Guru Olahraganya. Dan pada ujungnya, Ailen harus istirahat di UKS karena badannya sakit dan pegal-pegal.

Belum lagi kekejaman Gerland sebelumnya, Ailen masih ingat saat Gerland menyuruhnya mengambil bola basket yang tersangkut di ranting-ranting pohon halaman sekolah. Bayangkan saja, Ailen yang menggunakan rok selutut memanjat pohon yang tingginya lumayan. Padahal saat itu ada banyak cowok yang tinggi-tinggi, tapi Gerland yang kejam malah menyuruh Ailen yang pendek untuk mengambilnya. Ya, Gerland memang setega itu.

Saat ini, Ailen sedang berada di perjalanan menuju parkiran. Mau tak mau, Ailen harus menemui Gerland dari pada cowok itu marah dan menambah hukumannya untuk besok. Sampai di parkiran, Ailen dapat menemukan Gerland yang bersandar di mobilnya dan tak lupa, Meisya yang bergelantungan di lengannya dengan manja.

"Lama amat sih lo! Perasaan keluarnya bareng, tapi udah setengah jam gue tunggu lo di sini." Gerland langsung menyerang Ailen dengan keluhan ketika Ailen melangkah mendekat.

"Maaf."

Hanya itu yang dapat Ailen ucapkan. Ailen sangat tidak suka berbicara pada Gerland ataupun Meisya. Jika Ailen punya tenaga, pasti dari dulu-dulu Ailen akan menggertak kedua manusia di depannya ini. Sayangnya, Ailen tak sekuat itu.

"Bicth! Orang salah cuma bisa minta maaf." Meisya ikut mengeluarkan suara. Gadis berambut pirang tersebut menatap Ailen dengan sinis dan senyum miring tersungging di bibirnya.

Gerland menghela nafas. "Lo udah tahu kan kalo lo ke sini karena lo mau dapet hukuman?"

Ailen mengangguk.

"Udah ada persiapan?"

Ailen mengangguk, meskipun sebenarnya ia tak siap.

Gerland tersenyum miring. "Hukuman kali ini nggak lebih berat daripada hukuman sebelumnya kok. Lo cukup jagain mobil gue di sini karena gue sama Meisya mau pergi sebentar. Paham nggak lo?"

Alter ✔Donde viven las historias. Descúbrelo ahora