17

13.8K 1.1K 36
                                    

17 ; pengorbanan yang sia-sia

Ailen menggendong tasnya untuk keluar dari lingkungan sekolah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ailen menggendong tasnya untuk keluar dari lingkungan sekolah. Setelah bel berbunyi, ia bergegas untuk pulang. Bukan apa-apa, hanya saja Ailen mempunyai banyak tugas di rumah, seperti mengepel lantai, menyapu, mencuci. Ah ya, semua pekerjaan itu dilakukan oleh Ailen.

Ailen tak bersama Raka. Cowok itu telah pergi ke parkiran untuk mengambil motornya. Sebenarnya Raka tadi sempat menawari tumpangan, namun Ailen menolak karena tak mau merepotkan Raka. Ailen labih memilih naik angkot umum saja, seperti biasa.

Tin tin!

Ailen terperanjat mendengar suara klakson, bersamaan dengan itu, sebuah suara membuat Ailen menoleh ke belakang. "Heh cupu! Minggir! Lo halangin jalan gue!"

Itu Meisya, tak lupa Cella yang duduk di kursi penumpang bagian depan. Dengan segera Ailen minggir ke tepi. Meisya melanjutkan jalanannya, saat sampai di depan Ailen, ia berkata. "Miskin banget sih pake angkot!"

Ailen hanya tersenyum menanggapi, perkataan saudaranya itu tak perlu Ailen masukan dalam hati. Ailen kembali melangkah ke pinggir jalan. Di sana ada sebuah kendaraan umum yang sedang mangkal. Tanpa mau berlama-lama, Ailen segera menghampirinya.

Masih sepi, Ailen mengambil kursi di paling belakang di mana ia bisa melihat jalan dari kaca. Di dalam angkot itu juga telah terisi dua siswi yang duduk berhadapan dengan Ailen. Angkot tak langsung berjalan karena menunggu kursinya penuh dahulu. Sementara menunggu itu, Ailen menyempatkan diri untuk membaca buku. Buku novel yang Raka berikan beberapa waktu lalu.

Satu orang masuk ke dalam angkot. Ailen merasa orang itu duduk di sampingnya. Gadis itu tak begitu peduli, ia masih fokus pada bukunya. Disusul beberapa orang lagi yang masuk ke angkot sampai angkot itu penuh, bahkan sesak. Ailen merasa tubuhnya berhimpitan dengan tubuh orang di sebelahnya. Ini dia yang Ailen tak suka jika naik kendaraan umum, harus berdesak-desakan. Tapi mau bagaimana lagi, ini satu-satunya kendaraan yang tak begitu menguras kantongnya.

Angkot pun berjalan. Ailen masih fokus pada bacaannya. Entah hanya perasaan Ailen saja atau memang kenyataannya, Ailen merasa orang di sampingnya itu terlalu menghimpit tubuhnya. Bahkan Ailen merasa pasokan udara untuk paru-parunya semakin menipis. Gadis itu menutup bukunya dengan asal, kemudian menoleh ke samping, bermaksud untuk mengetahui siapa orang yang sedang berada di sebelahnya.

Saat itu juga mata Ailen membola, begitu pula dengan mulutnya, menatap orang di sampingnya dengan tatapan tak percaya. Gadis itu mengusap matanya untuk memastikan bahwa itu benar-benar nyata, barangkali matanya kini sedang rabun.

"Gerland?!"

Merasa terpanggil, orang di sebelah Ailen menoleh. Memandang Ailen dengan biasa saja sambil menaikan alisnya. Ailen mengerjap, jadi orang yang dari tadi duduk di sebelahnya itu Gerland! Ini adalah suatu kemustahilan yang menjadi kenyataan.

Alter ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang