31

14.7K 921 16
                                    

31 ; yang menyesatkan

"Dalam rangka apa kamu tiba-tiba ngajak aku keluar gini?" tanya Ailen ketika mereka sudah sampai di cafe

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Dalam rangka apa kamu tiba-tiba ngajak aku keluar gini?" tanya Ailen ketika mereka sudah sampai di cafe. Duduk di kursi paling pojok yang berhadapan dengan jendela. Pengunjung cafe hari ini terlihat sepi, hanya ada beberapa muda-mudi di sebagian sisi. Kopi pesanan mereka telah tiba, namun mereka tak kunjung meminumnya.

"Nggak ada apa-apa. Pengen aja," jawab Zigo kemudian mengalihkan pandangan ke luar. Langit telah berubah warna menjadi kuning kemerahan, menandakan hari ini akan segera usai.

"Mau sampai kapan kamu nutupin diri kamu yang asli?" tanya Ailen tiba-tiba yang sontak membuat Zigo menolehkan kepala.

"Sampai aku lelah," jawab Zigo dengan nada tak yakin.

Ailen memutar bola matanya. "Lelahnya kapan?" tanyanya seolah meragukan.

Zigo lantas mengendikan bahunya dan bibir terkatup. "Mungkin kalo aku udah sadar bahwa semua yang aku lakukan selama ini nggak ada hasilnya. Atau mungkin kalo semua tujuan aku udah tercapai."

"Ayolah, Zi. Nggak perlu dengan cara gini. Kamu bisa lakuin cara lain buat cari orang yang tulus sama kamu. Tapi, nggak dengan kamu jadi orang lain. Bayangin aja udah ada orang yang tulus sama kamu, nerima kamu apa adanya. Terus kamu tiba-tiba nunjukin wujud kamu yang asli. Orang itu pasti bakal merasa dibohongi dan kecewa sama kamu. Ujung-ujungnya kamu sendiri yang rugi."

"Orang itu nggak akan kecewa, Ailen. Bayangin aja kamu pacaran sama orang jelek, terus tiba-tiba pacar kamu berubah jadi ganteng. Kamu masih bakal kecewa? Enggak kan."

"Itu sama aja aku liat kamu dari fisik kan?" tanya Ailen balik. Pembicaraan mereka kini terdengar lebih serius.

Zigo tak mampu menjawab pertanyaan Ailen. Laki-laki itu justru mengubah topik lain. "Kalo kamu, sampai kapan kamu mau di tengah-tengah Raka dan Gerland?"

"Nggak usah ngalihin pembicaraan."

"Sampai kapan kamu berada di tengah-tengah Raka dan Gerland?" ulang Zigo yang terkesan memaksa. Cowok itu menyesap kopinya sedikit kemudian menatap Ailen yang kebingungan.

"Aku nggak ada apa-apa sama Raka dan Gerland," jawab Ailen.

"Tapi kamu deket sama Raka dan deket sama Gerland. Dua orang itu nggak akan pernah bersatu, dan kamu dalam bahaya. Suatu saat, kamu bakal milih satu diantara mereka."

"Milih apa? Aku sama Raka cuma sebatas temenan dan aku sama Gerland itu cuma sebatas mainan. Keduanya jelas berbeda, Raka. Gerland deketin aku cuma buat maian, maksudnya bikin hidup aku menderita. Kita bertiga nggak ada perasaan lebih."

"Masa? Tapi aku rasa ada perasaan yang lain," ujar Zigo dengan nada misterius. "Lebih baik kamu nentuin ini mulai dari sekarang, Ailen. Daripada makin terlambat."

"Kamu bicara apa sih, Go?!" tanya Ailen yang mulai kesal.

Zigo terkekeh dan mengacak rambut Ailen gemas. "Lupain aja. Nanti temenin aku beli hadiah buat adek perempuan aku ya, dia ulang tahun. Aku bingung mau ngasih hadiah apa."

Alter ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang