06

18.3K 1.3K 109
                                    

Warning! Cerita ini mengandung adegan kekerasan. Harap kebijakanya bagi pembaca untuk tak meniru adengan ini.
—!—

06 ; bulu tak menjadi batasan

"Mereka udah keterlaluan, Len

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Mereka udah keterlaluan, Len. Kita harus buat perhitungan sama mereka. Jujur aja, gue nggak terima kalo Meisya terus-terusan ngelindas lo kayak tadi."

Raka terus menggerutu ketika Ailen telah menceritakan semua kejadian yang menimpanya selama di toilet. Laki-laki itu tampak emosi dan tak terima saat temannya diperlakukan seperti itu. Memang apa kesalahan Ailen sampai Meisya tak membiarkan gadis itu hidup tenang?

"Udah kali, Ka. Mungkin itu kesenangan buat mereka. Kamu nggak usah khawatir, aku baik-baik aja."

"Lo masih belain mereka setelah mereka nyakitin lo? Gue bener-bener nggak habis pikir sama jalan pikiran lo, Len."

Ailen tak lagi menjawab, ia tak punya jawaban untuk pertanyaan itu. Saat ini mereka sedang dalam perjalanan menuju kelas. Sejak tadi Ailen mendapat banyak perhatian karena penampilannya yang mencolok.

Ya, orang-orang pasti bertanya kenapa Ailen memakai seragam kebesaran dan penampilan acak-acakan. Pasti mereka telah membuat opini mereka sendiri. Ailen tak peduli, ia akan baik-baik saja selama ia masih bersama... Raka.

Raka, cowok yang sangat berarti di hidup Ailen. Ailen tak pernah membayangkan bisa mendapat teman sebaik Raka. Kadang gadis itu merasa ini semua mimpi. Ailen yang statusnya siswi pendiam yang tak pernah menjadi sorotan publik bisa berteman dengan Raka yang termasuk cowok Most Wanted sekolahnya. Banyak gadis yang lebih sempurna dari Ailen yang ingin mendekati Raka, namun cowok tampan itu lebih memilih bersama Ailen. Ya, Ailen merasa ganjil dengan itu.

Ailen bukannya meragukan pertemanan di antara mereka. Hanya saja, ini adalah suatu keajaiban yang datang di hidup Ailen. Setidaknya jika Raka di sampingnya, ia akan merasa aman dan tenang. Entah lah, mungkin Ailen sudah ketergantungan dengan cowok itu. Tak apa, Ailen percaya bahwa Raka tak akan meninggalkannya.

"Stop!"

Ailen berhenti berjalan ketika Raka tiba-tiba menyuruhnya berhenti.

"Kayaknya kita harus ke UKS deh."

Ailen mengernyit bingung dengan kalimat Raka barusan. Gadis itu memberi pandangan seolah bertanya maksudnya.

"Plester lo basah, nggak baik buat jerawat lo."

Plester? Jerawat?

Oh astaga, Ailen lupa mengenai perban yang menutupi luka di dahinya. Barulah gadis itu merasa sesuatu yang basa menempel di kepala. "Nggak perlu. Maksudnya, aku bisa ganti ini nanti. Sekarang kita ke kelas aja, bentar lagi masuk. Kamu nggak mau lewatin kelas biologi kan?"

Alter ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang