34

13.8K 1K 18
                                    

31 ; yang mati akan berganti

31 ; yang mati akan berganti

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"PENGUMUMAN!"

"Apaan sih lo, Ko! Ganggu aja! Lo nggak liat Gerland yang lagi sakit?! Malah tereak-tereak kaga jelas! Harusnya lo bantu obatin tuh si Gerland!"

"PENGUMUMAN!"

"Bangsat, lo udah ngomong itu sembilan kali!"

"PENGUMUMAN!"

Vero melepas sepatunya, kemudian menarik kaos kaki dan menyumpalkannya di mulut Rico. Mata Rico langsung terbelalak dan ia terbatuk. "Uhuk! Gila, kaos kaki lo nggak lo cuci berapa generasi?!"

"Tau, sejak nenek gue baru lahir mungkin."

"Bangsat! Jorok banget sih lo!" teriak Rico sambil mengusap lidah dan bibirnya.

"Makanya diem!" gertak Vero.

"Gue cuma mau kasih tau kabar membahagiakan. Lo berdua nggak pada kepo apa?" Rico menatap kedua sahabatnya yang hanya diam saja.

"Nggak," jawab Vero dan Gerlang secara bersamaan. "Demi apapun semua yang keluar dari mulut sialan lo itu nggak ada mutunya," lanjut Vero.

"Ini p.e.n.t.i.n.g menyangkut cinta kasih seorang Rico Dewantoro. Setelah sekian lama menjomblo bersama Vero, akhirnya gue dapet seseorang yang bisa matahin hati gue."

"Bahasa lo najis!"

"Gue serius, anjay! Gue lagi jatuh cinta." Rico tersenyum lembut yang membuat Vero maupun Gerland jijik melihatnya.

Vero bergidik. "Seorang roiko jatuh cinta? Wah, pasti lo jatuh cinta sama masako ya?"

Rico lantas memberi pukulan pada kepala Vero. "Bukan Masako, tapi Macella."

"WHAT!" Vero lantas menggebrak meja yang ada di hadapannya sekuat mungkin sampai membuat Rico dan Gerland jantungan. "Lo suka sama Cella?!"

Rico mengangguk dengan wajah tanpa dosanya. "Udah lama sih, tapi gue baru nyadar kemarin. Pas mau tidur wajah Cella selalu kebayang di otak gue. Rencananya gue mau nembak dia. Rekomendasiin tempat yang unyu buat nembak cewek dong."

"Lo gila, Rik?" tanya Vero dengan wajah cengonya. "Salah minum obat ya lo?"

Rico langsung menampik tangan Vero yang ingin menyentuh dahinya. "Paan sih! Gue serius."

"Oke." Vero menegakkan tubuhnya kemudian berdeham. "Lo lupa Cella itu sahabat perangko-nya Meisya? Lo nggak gimana gitu? Maksudnya lo kan paling benci dan anti sama Meisya, nah, Cella kan juga bagian dari Meisya."

"Gue juga bingung soal itu. Tapi gue suka beneran sama Cella. Ya kali gue nyerah karena alasan Meisya." Kini wajah berseri Rico berubah menjadi sedih karena memikirkan masalah percintaannya.

"Kalo lo suka, lo harusnya terima dia apa adanya. Nggak masalah soal dia yang deket sama orang yang lo benci." Kini Gerland membuka suaranya. Menyesap rokok terakhir di sela bibir yang sobek—karena semalam, kemudian membuangnya asal.

Alter ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang