42

13.2K 1K 36
                                    

Iya covernya diganti.

Jangan kaget ya:v



42 ; cinta pandangan pertama

"Kayaknya baju yang ini cocok deh buat lo," ujar Gealin sambil mengamati dress  merah yang ada di tangannya, mencocokannya ke tubuh Ailen dan kemudian tersenyum puas

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Kayaknya baju yang ini cocok deh buat lo," ujar Gealin sambil mengamati dress  merah yang ada di tangannya, mencocokannya ke tubuh Ailen dan kemudian tersenyum puas. "Iya nih, cocok. Kita ambil ya."

"Nggak usah, deh, Kak. Lagian aku jarang pake begituan. Mending beli kaos sama celana aja," tolak Ailen secara halus. Ailen memang tak suka memakai dress. Lagi pula untuk apa, Ailen tak pernah keluar rumah yang mengharuskannya untuk memakai pakaian khas wanita itu.

Gealin menggeleng sekenanya. "Nggak papa. Siapa tahu suatu saat ini bakal berguna buat lo. Lagi pula lo udah beli kaos sama celana banyak, masa nggak mau yang lain?"

Ailen menatap tas belanjaan di tangannya, kemudian menggeleng. "Ini udah cukup, Kak."

Gealin memandang Ailen dengan tak percaya, mengetuk-ngetukan jari di dagu sambil berpikir. Tiba-tiba gadis itu menjentikan jarinya di depan wajah Ailen yang membuat Ailen kaget. "Gue lupa! Lo kan nggak punya hp ya. Ya udah yuk kita cari hp baru buat lo."

"Nggak usah, Kak!" cegah Ailen. Sungguh apakah ini tidak berlebihan? Dibelikan pakaian saja Ailen sudah bersyukur dan sekarang Gealin akan membelikannya ponsel? Barang itu tak murah bagi Ailen. "Aku nggak begitu butuh hp, jadi nggak usah beli."

"Ailen, ini itu zaman now, zaman serba canggih. Kalo lo nggak punya hp, lo bakal ketinggalan banyak hal. Hp itu penting buat manusia, buat komunikasi, buat cari informasi, pokoknya penting lah! Dan lo harus punya." Gealin menarik tangan Ailen agar mengikutinya. "Jangan pikirin masalah duit, kita punya ini." Gealin mengacungkan kartu ATM milik adiknya.

"Emang deh tuh, Gerland tumben banget baik kayak gini. Biasanya kalo gue minta duit buat beli mi aja nggak dikasih. Dan ini, tanpa diminta dia serahin semuanya ke kita. Astaga, kesurupan dedemit tuh bocah!"

Ailen terkekeh mendengar penuturan kakak temannya itu. Ketika sampai di salah satu toko yang menjual ponsel, Gealin langsung menarik tangan Ailen agar masuk ke dalam. Ailen hanya bisa menurut. Ketika Gealin memilihkannya ponsel yang mahal, Ailen menolak. Namun bukan Gealin namanya jika tidak memaksa. Akhirnya Ailen keluar dari tempat tersebut dengan membawa ponsel baru di tangannya.

"Ini nggak berlebihan, Kak?" tanya Ailen tak enak, menatap tas-tas belanjaan yang ada di tangannya dengan perasaan bersalah. Ailen belum pernah berbelanja sebanyak ini sebelumnya, apalagi dengan uang orang lain.

"Nggak papa. Sans aja kalo sama gue," ujar Gealin. Tak jauh berbeda dari Ailen, Gealin juga menenteng tas belanjaan yang banyak, lebih banyak daripada Ailen.

"Makasih, Kak. Aku jadi nggak enak."

"Jangan makasih sama gue. Makasih aja sama Gerland, kan dia yang bayarin ini semua." Gealin menepuk punggung Ailen pelan.

Alter ✔Where stories live. Discover now