43

13.4K 991 12
                                    

43 ; emosi tak terkendali

Mata indah itu perlahan terbuka, mengerjap pelan menyesuaikan cahaya ruangan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Mata indah itu perlahan terbuka, mengerjap pelan menyesuaikan cahaya ruangan. Setelah kesadarannya terkumpul sempurna, Ailen merubah posisi terbaringnya menjadi duduk. Menatap jam di dinding yang telah menunjukkan pukul 07.13. Lantaran tidur kemalaman, Ailen jadi bangun kesiangan. Ditambah tak ada alaram yang biasanya datang membangunkan. Alarm yang dimaksud Ailen adalah Gerland.

Selama tinggal di sini, setiap pagi Gerland akan menghampiri kamarnya. Hanya sekedar membangunkan atau menyuruh Ailen ikut sarapan. Namun pagi ini, Gerland tak melakukan rutinitasnya. Itu membuat Ailen merasa aneh dan ... kurang.

Setelah menggosok gigi dan mencuci muka, Ailen memutuskan untuk keluar kamar. Ia ingat Zia yang sedang pergi ke rumah orang tuanya, kemungkinan ibu itu menginap karena pagi ini Ailen tak menemukan aktifitas apapun di dapur. Pasti di meja makan tak ada sarapan.

Entah mengapa Ailen berinisiatif untuk memasak. Di rumah ini ada Gerland dan Gealin, mereka pasti membutuhkan makan. Jika Zia tak ada, lantas siapa yang memasak? Gea? Zia pernah berkata pada Ailen jika anak pertamanya itu selalu bangun kesiangan.

Setelah memantapkan hati, Ailen mulai melangkahkan kaki mendekati kulkas yang berada di sisi ruangan. Membukanya dan Ailen langsung mencari sesuatu yang bisa ia gunakan untuk masak. Mata Ailen langsung tertuju pada benda yang sangat menarik di matanya, telur. Ya, Ailen ingin membuat telur dadar sebagai menu sarapan kali ini.

Mengambil beberapa bahan yang sekiranya perlu, Ailen mulai meraciknya. Di dapur minimalis ini ia bisa menemukan bahan makanan lengkap dengan bumbunya. Untung saja Miranda sering menyuruhnya untuk memasak sehinga Ailen tahu betul seluk beluk bumbu dapur.

Bicara soal Miranda, Ailen jadi rindu dengan ibunya itu. Sudah beberapa hari ia tak bertemu. Meski jika bertemu Miranda akan berbuat kasar terhadapnya, namun Ailen tak bisa memungkiri fakta bahwa Miranda adalah ibu kandungnya, perempuan yang telah melahirkannya.

"Lo ngapain di sini?"

Ailen yang sedang menggoreng telur tersentak ketika tiba-tiba suara berat seseorang muncul dari belakangnya. Memutar tubuh dan seketika netranya menangkap dada tegap berbalut kaos putih. Ailen kenal aroma ini, mendongak kemudian menemukan wajah Gerland yang menunduk menatapnya.

"Eh, aku lagi masak," jawab Ailen gugup. Harusnya ia tak selancang ini menggunakan dapur Gerland tanpa izin dari si empunya.

Gerland menaikan alisnya, mengalihkan mata pada sesuatu yang mengepul di atas kompor. "Gosong tuh," kata Gerland santai.

Ailen mengernyit tak mengerti, namun ketika ia mencium aroma yang tidak mengenakan, Ailen secepatnya berbaik dan menatap telur di penggorengan yang telah berubah menjadi kecoklatan-nyaris hitam. Ailen gelagapan mencari spatula untuk membalik telurnya yang telah tak berbentuk.

"Kompornya dimatiin dulu, bego!" maki Gerland yang melihat kebodohan Ailen. Tangannya langsung terulur untuk mematikan api. Dengan cekatan ia membalik telur itu dengan cara menggoyangkan teplonnya hingga telur itu melayang di udara dan akhirnya membalik sempurna.

Alter ✔Where stories live. Discover now