25

14.7K 1K 7
                                    

25 ; yang tak termaafkan

Hari yang ditunggu tiba, hari ini SMA Generasi Bangsa atau lebih dikenal dengan sebutan SMA Gerbang, mengadakan acara camping untuk siswa-siswinya yang duduk di tingkat dua dan ada juga yang tingkat tiga

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Hari yang ditunggu tiba, hari ini SMA Generasi Bangsa atau lebih dikenal dengan sebutan SMA Gerbang, mengadakan acara camping untuk siswa-siswinya yang duduk di tingkat dua dan ada juga yang tingkat tiga. Tingkat dua sebagai pesertanya dan tingkat tiga sebagai pembimbingnya. Sejak pagi tadi semua anggota telah berkumpul di sekolah, lebih awal daripada biasanya untuk mengantisipasi jika ada apa-apa.

Ada sekitar empat bus yang terparkir di halaman sekolah untuk mengantarkan mereka ke tempat camping. Para murid sangat tak sabar untuk menunggu keberangkatannya, salah satunya Rico—yang semalam tak bisa tidur saking semangatnya.

"Astaga Rik, lo serius bawa barang segitu banyaknya?" tanya Vero dengan nada tak percaya ketika melihat tas yang berada di gendongan Rico. Sangat menggelembung dan besar.

"Buat jaga-jaga aja, semua prabot di rumah gue bawa. Lagian ini yang packing bukan gue, tapi nyokap. Eh, dia juga nitip selimut loh buat lo. Soalnya nyokap gue udah hapal banget sama kemalasan lo."

Vero menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Segitu perhatiannya ibu Rico kepadanya? Padahal ibunya yang di rumah tak begitu memperdulikan dirinya. "Gue udah bawa sarung sih."

"Yah, gimana sih lo, enakan juga pake selimut. Anget."

"Selimutnya buat gue aja!" celetuk Gerland yang dari tadi mendengarkan pembicaraan para sahabatnya. Seperti biasa, wajahnya selalu datar.

"Ih, nggak adil! Masa ransel lo kempes gitu, Ger? Enteng lagi. Ini cuma pajangan?" Rico memukul-mukul tas Gerland yang terlihat tipis. Padahal miliknya saja sampai mangap-mangap.

"Yee, Gerland kan nggak kayak lo, Rik yang lebay! Paling Gerland cuma bawa daleman sama baju ganti, ya kan Ger?" tebak Vero yang diangguki oleh Gerland.

"Gue nggak lebay, njing! Gue cuma waspada. Sedia payung sebelum hujan."

"PERHATIAN UNTUK SEMUANYA. KITA AKAN SEGERA BERANGKAT. HARAP SEMUA MEMASUKI BUS SESUAI PEMBAGIANNYA. JANGAN ADA YANG BEREBUT, SEMUA HARUS SESUAI SAMA ATURAN." Panggilan yang berasal dari pengeras suara membuat siswa-siswi SMA Gerbang naik ke bus masing-masing, sesuai yang telah dibagi.

Termasuk Ailen, yang saat ini sedang mengantre untuk masuk. Wajah gadis itu tampak cerah, ia tampak semangat dalam agenda tahunan sekolah ini. Meskipun saat ini ia sedang berada di bawah kendali Meisya. Ya, Meisya meminta Ailen untuk membawakan barang bawaannya. Ralat, bukan meminta melainkan menyuruh. Ailen yang sudah berat dengan barangnya sendiri kini berlipat ganda dengan dua ransel Meisya. Entah bagaimana gadis itu membawa tiga ransel sekaligus.

Ailen menaiki bus dengan dibantu oleh seorang petugas. Petugas itu tampak heran dengan barang bawaan Ailen yang sangat banyak. Setelah itu Ailen mencari tempat duduknya yang berada di sebelah Meisya. Ya, entah bagaimana Ailen bisa se-kursi dengan Meisya. Namun Ailen tak melihat Meisya di tempatnya.

Alter ✔Where stories live. Discover now