09

15.6K 1.1K 53
                                    

09 ; harga diri yang tak berarti

Cahaya kuning bersinar untuk mengindahkan langit Jakarta saat ini

Hoppla! Dieses Bild entspricht nicht unseren inhaltlichen Richtlinien. Um mit dem Veröffentlichen fortfahren zu können, entferne es bitte oder lade ein anderes Bild hoch.

Cahaya kuning bersinar untuk mengindahkan langit Jakarta saat ini. Puluhan burung berterbangan menuju sarangnya. Sepoi-sepoi angin masuk lewat ventilasi udara di ruang itu. Lewat jendela kamar, perlahan gadis itu menikmati pesona matahari tenggelam.

Setelah membersihkan diri, Ailen merasa tubuhnya segar sekarang. Rambutnya masih basah, ia tak berniat mengeringkannya. Ailen menempatkan diri di tengah kasur. Kegiatan berikutnya adalah belajar. Ya, Ailen ingat ada ulangan matematika besok, sehingga gadis itu harus mulai menghafalkan rumus-rumus.

Baru akan membuka buku, ponsel Ailen yang berada di atas nakas berbunyi. Ailen mengambil benda pipih itu, siapa tahu ada yang penting. Ailen tersenyum ketika nama Raka tertera di layar. Seketika, Ailen mengingat perlakuan manis cowok itu siang tadi. Ailen tak bisa menahan lengkungan di bibirnya.

Raka

Perban lo dah dganti?

Ailen tersenyum simpul. Ia senang karena masih ada yang memperhatikannya, meskipun bukan dari keluarga. Ya, keluarga baru itu mana mungkin memedulikannya, bahkan mereka yang membuat Ailen sensara. Namun, Ailen bersyukur karena masih bisa diizinkan tinggal di rumah ini.

Udah, Raka.

Tak butuh waktu lama untuk mendapat balasan dari Raka.

Skrang lgi apa?

Mau belajar.

Bsk ada ulangan mtk
jan lupa

Inget kok.
Ini lagi mau belajar mtk.

Oh bagus. dah makan?

Belum.

Makan sana!

Bentar, lagi pewe dikamar ini.

Sekarang. Ailen.

Ya. Satu jam lagi.

Tiba-tiba Raka menelepon dirinya. Aish, bukan telepon melainkan video call. Ailen membelalakan mata, ia melihat pantulan dirinya di cermin, kemudian menata rambutnya yang agak berantakan. Raka bisa ilfeel jika melihat Ailen yang tak peduli penampilan saat berada di kamar. Setelah dirasa perfect, Ailen segera mengangkat panggilan itu. Mengarahkan kamera ke arah wajahnya.

"Hai, Raka."

Terdengar suara decakan di seberang. Dapat Ailen lihat lewat layar, Raka sedang bersandar di tembok yang ia duga sebagai kamar Raka. Cowok berbaju putih polos itu memalingkan wajah, mengambil bantal dan menenggelamkan kepalanya di sana. Wajah Raka tampak berbeda dari biasa.

Alter ✔Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt