20

15.5K 1.1K 61
                                    

20 ; yang terluka akan sakit

Mentari mulai menyapa bumi, kicauan burung ikut meramaikan pagi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mentari mulai menyapa bumi, kicauan burung ikut meramaikan pagi. Orang-orang memulai aktifitasnya dengan semangat. Namun berbeda dengan gadis ini, ia masih terlelap di ranjang tanpa peduli jam yang telah menunjukan pukul 08.48. Untung saja ini Hari Minggu, ia tak berkewajiban pergi ke sekolah di pagi-pagi buta.

Ailen menggeliat tak nyaman, gadis itu membuka matanya yang terasa berat. Ia meringis kala merasa pandangannya berkunang-kunang dan tubuhnya terasa panas. Ailen kembali menutup matanya, mungkin dengan sedikit tidur lagi, sakitnya akan hilang. Ini pasti karena semalam Ailen hujan-hujanan yang menyebabkan tubuhnya demam.

Menarik selimut untuk menutupi seluruh tubuhnya. Namun baru beberapa menit, selimut itu kembali tersingkap. Ailen mengerang dan mengerjapkan mata, menatap orang yang telah mengganggu tidur paginya. Seketika, Ailen terbelalak.

"Enak banget jam segini masih molor. Bangun!" Dean berdiri di sisi ranjang Ailen, menyingkap selimut agar gadis itu bangun.

Ailen meruntuki dirinya sendiri, ia kelupaan mengunci pintu kamar sebelum tidur hingga akhirnya Dean bisa masuk sembarangan. Gadis itu mengubah posisi tidurnya menjadi duduk sambil memegangi kepalanya yang pusing. "Kenapa, Kak?"

"Kenapa kenapa? Lo tau nggak ini udah jam berapa?" Dean menekan kedua pipi Ailen dengan jarinya. Ailen tersentak kaget.

"Ma-af, badan aku lagi nggak enak." Ailen mengucapkan itu dengan kesusahan. Dean semakin menekan jarinya, memang ia merasakan suhu tubuh gadis itu tinggi, namun ia tak peduli.

Dean menyentak tangannya hingga kepala Ailen terpelanting. "Nggak usah banyak alasan! Lo pikir gue peduli lo sehat atau enggak? Inget tugas lo, lo harus bersihin kamar gue sekarang!"

"Nanti ya, Kak, kepala aku masih pusing," ujar Ailen yang langsung mendapat tatapan tajam dari Dean.

"Nggak ada nanti-nanti, gue maunya sekarang!" Laki-laki itu menaikan volume suaranya, kemudian berjalan keluar kamar.

Ailen menghela nafas, ia beranjak dari ranjang dan segera mengikuti kakak tirinya. Tak lupa mengambil peralatan kebersihan seperti sapu dan lap dahulu. Kamar Dean, tak jauh dari kamar Ailen, hanya dibatasi oleh kamar Meisya dan di hadapannya adalah kamar orang tuanya.

Setelah sampai di kamar Dean, laki-laki itu langsung melempar tubuh ke ranjang sambil menghidupkan ponsel. Sementara Ailen harus membersihkan kamar kakak tirinya itu sendiri, dimulai dari menyapu lantai. Ini adalah tugas Ailen setiap Hari Minggu. Padahal di rumah mereka ada asisten rumah tangga, namun Dean masih mempekerjakan Ailen sebagai pembantunya. Sebagai adik yang baik, tentu saja Ailen melakukan perintah kakaknya.

Usai menyapu lantai, Ailen beralih membereskan barang-barang yang tak tertata, ia juga menghilangkan debu-debunya. Memasukan pakaian yang berserakan ke bak khusus pakaian kotor. Merapikan buku komik yang berceceran di meja belajar. Meskipun tubuh Ailen tidak dalam keadaan fit, namun pekerjaan Ailen cukup mengesankan. Kamar Dean yang tadinya seperti kapal pecah, kini telah rapi karena tangan Ailen.

Alter ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang