07

16.7K 1.1K 32
                                    

Doubleupppp

07 ; yang selalu ada saat suka duka

07 ; yang selalu ada saat suka duka

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Auhhh... pelan-pelan, Ka."

Berulang kali Ailen meringis ketika Raka tak sengaja menyentuh lukanya dengan kapas yang telah diberi alkohol. Raka menghentikan sejenak tangannya, kemudian memulainya lagi saat dirasa Ailen sudah siap.

Tamparan Gerland menyisakan darah di sudut bibir Ailen. Gadis itu tak menyangka Gerland akan membalasnya, apakah cowok itu tak kasihan terhadap perempuan? Bahkan Gerland memberikan pukulan tiga kali lipat lebih keras dari pada yang Ailen berikan. Yang tak percayanya lagi, Ailen baru saja menampar orang.

Itu untuk pertama kalinya Ailen berlaku kasar, sebelumnya belum pernah. Ailen melakukan itu hanya sebagai perlawanan diri. Saat cowok itu mengatainya murahan, tentu Ailen tak terima. Sebutan itu mengingatkan Ailen pada ibunya.

"Jerawat emang bisa separah ini ya?"

Dari tadi Raka terus saja menyindir Ailen tentang itu. Raka masih ingat bahwa yang diperban itu adalah jerawat, namun kenyataannya itu adalah luka yang cukup besar. Cowok itu sudah menduganya sejak awal. Raka dengan hati-hati mengusapkan kapas di sekitar memar itu.

"Maaf."

Hanya itu yang dapat Ailen katakan. Sangat tak mungkin bagi Ailen menceritakan insiden tadi malam, Ailen harap Raka bisa mengertinya tanpa lisan bersuara. Dan Raka pun tampak tak ingin mengetahui asal-muasal luka itu.

Setelah bersih, Raka kembali menutup luka itu dengan perban. Pekerjaan cowok itu sangat rapi dari pada Ailen tadi pagi. Ugh, Ailen jadi malu sendiri.

"Maaf buat apa?" Raka menarik kursi dan mendudukinya, menatap Ailen dengan wajah lembut seperti biasa. Tangan cowok itu mengusap pipi Ailen yang masih memerah.

"Maaf karena udah bohongin kamu." Kepala Ailen menunduk sambil memainkan jari-jari tangannya. Namun Raka dengan sengaja menggenggam tangan Ailen hingga gadis itu kembali mendongak.

"Lain kali jangan."

Raka tak akan bisa marah pada Ailen. Entah sihir apa yang Ailen buat sampai Raka bisa selembut itu padanya. Ya, semua orang tahu bahwa Raka itu tak jauh beda dari Gerland. Angkuh dan menyeramkan. Namun, Raka lebih pendiam daripada Gerland sehingga eksistensi Raka sedikit tertutup.

"Makasih udah obatin luka aku." Ailen mengulas senyum di bibirnya.

"Udah kewajiban gue sebagai sahabat." Raka ikut menarik bibirnya. "Abis ini gue anter pulang ya."

"Kenapa? Pulangnya kan masih empat jam lagi."

"Kondisi lo nggak cukup prima. Lo harus istirahat di rumah biar cepet sembuh. Kalo nggak istirahat sekarang, besok lo pasti drop." Raka mengeratkan genggamannya seolah meminta Ailen agar tak membantah.

Alter ✔Where stories live. Discover now