04

21.7K 1.5K 390
                                    

Warning! Cerita ini mengandung adegan kekerasan. Harap kebijakanya bagi pembaca untuk tak meniru adengan ini.
—!—

04 ; jatuhnya malaikat putih

"Makasih ya, Ka," ujar Ailen setelah menyerahkan helm kepada Raka

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Makasih ya, Ka," ujar Ailen setelah menyerahkan helm kepada Raka. Saat ini mereka sudah sampai di halaman rumah Ailen. Raka meletakkan helm yang diserahkan Ailen di pangkuannya. "Sama-sama."

"Milik kamu, aku cuci dulu ya," ucap Ailen sambil menatap hoodie kebesaran yang ia kenakan. Ukurannya sangat besar sampai mampu menutup setengah paha Ailen dan menenggelamkan tangannya.

Raka gemas dengan itu, ia hanya mampu mengulum bibirnya. "Nggak lo cuci juga nggak papa."

"Nggak lah! Nanti aku cuci dulu baru balikin ke kamu."

"Hem. Yah, sebahagia lo aja."

Ailen tersenyum. "Kamu mau masuk?"

"Kapan-kapan aja deh, udah malem juga, nggak enak," tolak Raka secara halus.

"Ya udah, nggak papa."

Raka tak tahan untuk mengacak kepala gadis itu, membuat Ailen memekik kesal karena rambutnya berantakan. Usai membuat wajah Ailen menekuk, Raka memakai helmnya dan tersenyum.

"Udah dong, jangan marah. Gue mau balik nih."

Ailen mengulas senyum kesalnya. "Ya, hati-hati di jalan ada polisi tidur."

Lagi-lagi cowok itu tersenyum yang membuat hati Ailen hangat seketika. Ya, hanya Raka yang bisa membuat Ailen bahagia. Ailen dapat merasakan sesuatu yang Ailen belum pernah rasakan sebelumnya, saat di dekat Raka. Cowok itu bagai malaikat putih di hidup Ailen.

Setelah motor milik Raka menjauh, Ailen berbalik untuk masuk ke rumahnya. Ralat, bukan rumahnya melainkan rumah orang tuanya. Seragam putih abu-abu yang sudah kusut masih dipakai Ailen, setelah masuk ke kamarnya, Ailen pasti akan segera mandi.

"Lupa waktu? Nggak tahu ini udah jam berapa?"

Pertanyaan itu lah yang menyambut Ailen ketika gadis itu baru membuka pintu. Di tengah ruangan ada Miranda dan Meisya yang duduk di sofa dengan tatapan tajam menyorot Ailen.

"Ya tuh, Ma! Masa aku tadi lihat dia berdua sama cowok di sekolahan, malem-malem lagi." Meisya memperkeruh suasana.

Miranda membulatkan mulutnya seolah terkejut. "Berduaan sama cowok? Malem-malem? Kalian pasti macem-macem kan? Kamu mau jadi jalang?"

Miranda bukan ibu tiri Ailen, melainkan ibu kandungnya. Tapi entah mengapa perlakuannya bisa sebegitu teganya pada anak yang telah dilahirkan dari rahimnya sendiri. Bahkan ia tak segan menyebut Ailen dengan sebutan yang sangat rendah. Ailen sendiri juga sakit hati mendengar ibunya menyamakannya dengan jalang.

Alter ✔Where stories live. Discover now