33

14.2K 1.1K 30
                                    

33 ; yang (katanya) ada

Ailen terbangun dari tidurnya dengan rasa lemas di sekujur tubuhnya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Ailen terbangun dari tidurnya dengan rasa lemas di sekujur tubuhnya. Mengerjapkan matanya yang sangat berat, kemudian alis Ailen bertautan karena merasa asing dengan tempat yang saat ini dirinya tempati. Menyingkap selimut dan merubah posisi tidurnya, namun terhenti saat rasa perih menyerang.

"Auhhh...."

Ailen meringis merasakan perih di antara pahanya, lebih tepatnya di area selakang. Kemudian tubuh Ailen menegang saat kilasan peristiwa tadi malam terlintas di kepalanya. Satu tetes air mata turun meluncur begitu saja saat Ailen mengingat kebrutalan kakaknya, disusul tetesan yang lain.

Kini Ailen merasa sangat hina, tubuhnya sudah tak berarti apa-apa. Semua yang selama ini Ailen jaga telah hilang begitu saja. Gadis itu tak mempunyai kehormatan, bagaimana ia harus menjalani masa depannya?

Ailen menenggelamkan kepala ke lututnya yang tertekuk, terisak pelan namun lama-kelamaan menjadi kencang. Ia menyesali semua yang terjadi padanya. Kehidupan Ailen hanyalah sebuah kesalahan. Harusnya ia tak pernah lahir ke dunia.

Ayahnya meninggal karenanya, ibunya yang tak pernah mengakuinya sebagai anak, saudara tiri yang membencinya. Harusnya Ailen sadar dari dulu bahwa ia hanyalah kesalahan. Semua orang tak menginginkannya, lalu untuk apa Ailen hidup?

Mungkin dulu Ailen percaya bahwa kelak akan ada orang yang menariknya dari kegelapan, orang yang menjadi semangatnya untuk hidup, orang yang akan menemaninya selamanya. Namun setelah Ailen kehilangan kesuciannya, apakah masih ada orang yang mau dengannya?

Sungguh, Ailen telah kehilangan semangat untuk hidup.

Suara pintu terbuka tak membuat Ailen sadar dari kesedihannya, semakin menenggelamkan kepalanya di lutut. Sementara Gerland yang baru saja membuka pintu, langsung terdiam di tempat ketika melihat gadis itu menangis. Jika ia ingat, ia dulu pernah mengatakan kalau ia sangat tidak suka tangis perempuan. Terlebih isakan Ailen terdengar sangat terpuruk.

Gerland tahu, gadis itu mungkin belum bisa menerima semuanya. Ia masih trauma.

"Ailen," panggil Gerland lembut dengan panggilan nama yang benar. Sebenarnya Gerland merasa geli dengan suaranya barusan. Well, ia selalu berbicara kasar pada siapa pun—kecuali ibunya tentunya.

Ailen tak menjawab, malah gadis itu bersikap seolah Gerland adalah makhluk halus. Gerland lantas mendekat dengan hati-hati. Semakin minim jaraknya, suara isakan semakin terdengar jelas dan kencang. Gerland tak pernah diposisikan seperti ini sebelumnya sehingga ia bingung harus bagaimana caranya menangani perempuan yang menangis.

"Ailen," ulang Gerland yang tak tahu harus bicara apa. Ia melihat bahu gadis itu yang bergetar hebat, tangannya mencengkeram lutut sampai uratnya terlihat, dan tangisannya semakin memilukan. Satu yang ada di pikiran Gerland, apakah gadis itu merasa sangat hancur?

Alter ✔Where stories live. Discover now