45

15.4K 1K 27
                                    

45 ; masalah ... lagi?

Setelah menempuh perjalanan yang cukup lama, akhirnya mobil sport berwarna merah itu berhenti di depan restoran yang ramai. Ailen tahu dengan tempat ini, salah satu tempat makan yang banyak dikunjungi anak muda di kotanya. Ketika Gerland turun dari mobil, Ailen mengikutinya.

Tanpa banyak bicara, mereka segera berjalan meninggalkan mobilnya di tempat parkir yang telah disediakan. Ailen berjalan beriringan dengan Gerland, sedikit canggung karena ia tak pernah dalam posisi ini sebelumnya.

Seperti yang Ailen duga, restoran ini sangat ramai oleh anak muda, terlebih ini Malam Minggu. Banyak diantara mereka yang berpasangan. Ailen menjumpai pemandangan itu dari tempat parkir.

Ketika melewati pintu masuk, Ailen tersentak hebat karena tiba-tiba ada sebuah tangan yang mendarat di bahunya. Mendongak kemudian matanya langsung jatuh pada rahang tegas Gerland yang sangat tinggi baginya. Jantung Ailen berdetak tak normal saat tahu bahwa Gerland kini merangkulnya, ia merasa sesuatu yang aneh.

Agar kesehatan jantungnya tetap terjaga, Ailen mencoba menyingkirkan tangan kokoh Gerland yang bertengger manis di bahunya. Berhasil, namun sedetik kemudian tangan itu kembali pada posisinya.

"Engg- Gerlan ...." Ailen merasa salah tingkah. Bukannya berat atau apa, hanya saja tubuh Ailen terasa panas ketika Gerland menyentuhnya.

"Apa? Biarin kayak gini. Lo nggak liat sekitar kita orang pada pacaran? Lo nggak malu jalan sendirian?" tanya Gerland nyaris seperti bisikan. Ailen mengeram, mengalihkan pandangan pada orang di sekitarnya yang tampak bermesraan dengan pasangan. Tanpa mau membantah, Ailen menuruti kemauan cowok itu.

Gerland membawa Ailen ke meja paling pojok. Mereka duduk berhadapan dan Gerland telah memesan makanan, hanya tinggal menunggu pesanan itu datang.

"Ini tempat favorit nyokap bokap gue pacaran dulu," ujar Gerland dengan tiba-tiba yang sukses menyita perhatian Ailen.

"Dulu tempat ini nggak seramai sekarang, pengunjungnya juga bukan anak-anak muda. Mereka rutin ke sini tiap Malam Minggu. Kadang mereka pernah ngajak gue sama Gea ke sini, tapi karena gue dan Gea yang suka rusuh dan ganggu momen mereka pacaran, mereka udah nggak pernah ngajak kami lagi. Mereka diem-diem datang ke sini, dan gue tau itu. Tapi kalo di depan mereka, gue pura-pura nggak tau."

Ailen tersenyum, membayangkan betapa romantisnya pasangan ibu dan ayah Gerland ketika dulu. "Dan, setelah ayah gue meninggal ... nyokap gue udah jarang ke sini. Tempat ini jadi asing. Mami, Gea, dan gue udah mulai lupain tempat ini dan kami udah nggak pernah ke sini lagi."

Pandangan Gerland berubah menjadi sedu, begitu pula Ailen. Gerland mengalihkan mata pada netra Ailen yang menatapnya. "Ini untuk pertama kalinya gue dateng ke sini setelah meninggalnya Papi, dan itu sama lo."

Ailen terenyuh dengan penuturan Gerland. Nasib laki-laki itu sama dengannya, sama-sama sudah tak punya ayah. Bedanya jika ibu Gerland mau membesarkan anak-anaknya sendirian dengan penuh kasih sayang, maka ibu Ailen sebaliknya.

Alter ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang