05

19.9K 1.4K 92
                                    

05 ; jatuh lagi

Setelah mengompres luka dan membalutnya dengan perban, Ailen segera mengambil tas dan menggendongnya di punggung

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Setelah mengompres luka dan membalutnya dengan perban, Ailen segera mengambil tas dan menggendongnya di punggung. Meskipun kepalanya masih sakit dan badannya kurang enak Ailen harus tetap sekolah. Baginya sekolah itu penting untuk masa depan, Ailen tak akan menyia-nyiakannya.

Ailen tak sempat sarapan karena Ailen yakin bahwa tak ada makanan yang tersisa. Ailen terlalu terburu-buru untuk masak sendiri seperti biasa. Setelah naik angkutan umum langganannya, di sini lah Ailen berakhir, gedung tinggi tempat menuntut ilmu. Bersyukurnya Ailen karena ia tak terlambat. Tanpa berlama-lama, gadis itu segera menuju kelasnya.

Masih ada banyak waktu sebelum bel berbunyi. Ailen ingat bahwa ia tak sempat mengerjakan pekerjaan rumah yang harus dikumpulkan hari ini karena semalam ia .... Ailen menggeleng, ia akan melupakan kejadian tadi malam. Yang Ailen harus lakukan sekarang adalah segera menuju kelas dan mengerjakan pekerjaannya. Ailen tak mau dihukum karena tak mengumpulkan tugas.

Akhirnya, Ailen sampai di kelas. Gadis itu menuju bangkunya yang berada di paris pertama. Ternyata teman samping mejanya pun sudah hadir di kelas.

"Hai, Raka," sapa Ailen pada Raka yang duduk di sebelahnya, meskipun tempat duduk di kelas ini satu-satu.

Raka yang menundukkan kepala karena bermain handphone, mendongak untuk melihat orang yang menyapanya. Seketika, senyum mengembang terlukis di bibir cowok itu. "Hai, Len. Gue kira lo nggak berangkat karena lo nggak pernah berangkat sesiang ini."

Ailen terkekeh. Meletakan tasnya di atas meja kemudian mengambil buku yang ia akan kerjakan. "Ya, semalam aku nggak pasang alarm. Jadi telat bangun deh." bohong Ailen. Gadis itu tak akan menceritakan kejadian tadi malam kepada siapapun, termasuk Raka.

"Telat bangun? Bukan Ailen banget. Btw, lo ada masalah? Itu dahi lo kenapa diplester?" tanya Raka ketika melihat perban di dahi Ailen. Raka menyadari bahwa ada yang berbeda dari Ailen hari ini, perempuan itu terlihat lebih kacau dengan mata bengkak dan hidungnya yang memerah. "Lo sakit?"

Ailen yang tadinya sudah ingin menggoreskan tinta di bukunya, berpaling menatap Raka. "Aku nggak sakit. Aku baik-baik aja. Ini dahi aku jerawatan, makanya aku tutupin pake perban."

Gadis itu tak pandai berbohong. Mana mungkin jerawat diperban dan anehnya perban itu ada noda merah ditengahnya. Meskipun tak yakin, Raka hanya diam saja. Cowok itu tak akan bertanya lebih lanjut karena Raka tahu itu membuat Ailen tak nyaman. Raka tak mau hubungan pertemanannya dengan Ailen putus hanya karena ia yang kepo.

"Raka."

"Iya, apa?"

"Tugas matematika lo udah belum? Ini soal nomor dua kok susah banget ya?" tanya Ailen sambil berkutat dengan bukunya.

"Bilang aja kalo mau nyontek." Raka terkekeh kemudian meletakkan buku pekerjaannya di meja Ailen.

Gadis itu tersenyum manis. "Thanks, Raka yang peka." Ailen ingin melanjutkan menulisnya, namun ia teringat sesuatu. Gadis itu merogoh tasnya. "Raka, ini hoodie kamu. Udah aku cuci, kok. Makasih ya."

Alter ✔Where stories live. Discover now