21

14.3K 1.2K 48
                                    

Gratis kalo kamu tekan bintang di bawah!

21 ; ramai dengan bisu

Ailen mengerjapkan mata pelan saat kepalanya terasa sakit, gadis itu menatap atap ruangan yang berwarna putih

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ailen mengerjapkan mata pelan saat kepalanya terasa sakit, gadis itu menatap atap ruangan yang berwarna putih. Aroma obat-obatan pun tercium di hidungnya. Rumah sakit? Ailen menatap sekeliling sampai matanya langsung bertemu dengan seseorang yang duduk di samping ranjangnya.

"Gerland," lirih Ailen yang merasakan sakit di tenggorokannya. Gadis itu ingin duduk, namun ia mengurungkan niat karena lagi-lagi kepalanya terasa pusing. "Argh ...."

"Jangan banyak gerak!" peringat Gerland sambil membantu Ailen agar kembali berbaring.

"Kamu yang bawa aku ke sini?" tanya Ailen. Gerland tak menjawab dan malah memalingkan wajah, itu membuat Ailen yakin bahwa ucapannya benar. Ia tersenyum simpul. "Makasih."

Gerland menoleh sambil menaikan alis. "Buat?"

"Buat kamu karena udah bawa aku ke rumah sakit. Makasih juga kamu udah nolong aku," Ailen menundukkan kepalanya. "Kalo nggak ada kamu, mungkin saat ini Mama belum berhenti sakitin aku."

"Jangan kege'eran! Gue nolong lo karena gue nggak suka liat perempuan dikasari," ujar Gerland, keangkuhannya kembali.

"Tapi biasanya kamu yang kasari aku," cicit Ailen yang langsung mendapat tatapan datar dari laki-laki itu.

"Beda urusannya!"

Ailen tak menjawab lagi, berdebat dengan Gerland tak akan membuat dirinya menang. Suasana itu sejenak hening, Gerland yang memilih diam dan Ailen yang memainkan jari untuk mengusir kebosanan. Ailen masih mengingat kejadian tadi, Ailen yakin pasti ibunya akan semakin benci padanya.

"Aku udah boleh pulang ya?" tanya Ailen, menatap kosong ke depan.

Gerland berdeham sejenak sebelum menjawab, "Udah, nanti sore lo boleh pulang."

"Soal kejadian tadi, jangan bilang siapa-siapa ya." Ailen menunduk malu.

"Lo bener berbuat itu sama kakak lo?" tanya Gerland. Cowok itu menarik kursi lebih dekat.

Ailen menatap Gerland lekat-lekat. "Kalo aku bilang enggak, kamu percaya nggak?"

Sejenak Gerland diam, kemudian menggeleng ragu. Mendapat respon seperti itu, Ailen terkekeh. "Udah lah, Gerland. Emang nggak ada orang yang percaya sama aku. Jadi percuma aja aku cerita apa adanya. Nggak bakal ada yang dengerin."

Ya, tak ada yang percaya pada Ailen. Gadis itu sendiri.

"Lo udah sering digituin sama nyokap lo?"

"Kamu kepo?" Ailen mengerling, Gerland segera memalingkan wajahnya, sadar apa yang baru saja ia lakukan. Kenapa Ailen merasa bahwa Gerland memberikan perhatian untuknya?

Alter ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang