18

13.6K 1.1K 87
                                    

Vote komennya guys🙆

18 ; kepercayaan yang diabaikan

Akhirnya, setelah menempuh perjalanan kurang lebih 15 menit lamanya, Ailen sampai di tempat tujuan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Akhirnya, setelah menempuh perjalanan kurang lebih 15 menit lamanya, Ailen sampai di tempat tujuan. Ternyata Cafe Florist tak seramai yang Ailen pikir, tempat ini lumayan sepi dan terkesan romantis. Hell, romantis? Bahkan Ailen pikir tempat ini sengaja disediakan untuk para pasangan yang ingin berkencan. Apakah benar ini tempat yang Gerland tunjukan?

Ketika Ailen masuk, lantunan musik klasik terdengar begitu lembut di telinga Ailen. Untuk kali ini, Ailen merasa bangga karena telah memakai pakaian dress yang sebelumnya enggan ia pilih. Pasalnya, semua pengunjung di cafe ini terlihat memakai pakaian yang elegan.

Mata Ailen berkeliaran untuk mencari orang yang ingin ia temui. Sampai pandangan Ailen jatuh pada meja paling pojok, di sana ada seorang cowok yang sedang memandang ke arahnya. Itu Gerland, Ailen segera menghampirinya. Laki-laki itu memakai kaos hitam dan celana yang berwarna sama, meskipun begitu, ia terlihat tampan. Astaga, apa yang baru saja Ailen pikirkan?!

"Puas lo?" Baru saja Ailen tiba, Gerland sudah mengeluarkan suara mengerikannya. "Puas udah ngerjain gue dan buat gue nunggu? Kenapa sih lo nggak terima tawaran gue buat jemput lo. Kalo gitu kan gue nggak perlu nunggu. Lo pikir nunggu itu nggak bosen?"

Ailen mengerjap. "Maaf."

"Nggak butuh!" Gerland berdecak. Cowok itu baru menyadari apa yang Ailen kenakan. "Ngapain lo dandan cantik gitu?"

Apa Gerland bilang? Cantik?

"Maksud gue, ngapain lo pake baju kayak gitu? Lo pikir kita mau date?" Ah ya, kalimat cowok itu memang selalu pedas untuk telinga Ailen.

"Enggak. Aku asal pilih aja."

"Duduk!" perintah Gerland dan Ailen menurut. Tampaknya laki-laki itu tak bisa bersikap baik. Ailen duduk dengan tidak nyaman di hadapan Gerland karena mata laki-laki itu selalu memandangnya tajam. "Gue nggak mau basa-basi. Lo tahu kenapa gue ajak lo buat ke sini?"

Ailen menelan ludah, kemudian menggeleng. Musik yang tadinya menghangatkan suasana, kini malah terdengar menyeramkan. Apalagi saat sebuah seringai muncul di bibir laki-laki itu. Pembicaraan mereka terdengar serius.

"Well, Alien, gue mau kasih tahu lo kalo orang-orang di sekitar lo itu nggak semuanya baik. Gue mau kasih tunjuk kalo dunia ini terlalu keras buat cewek lemah kayak lo. Lo masih ingat perkataan gue waktu lo nangis di rooftop?"

Ailen mengangguk samar. Sebenarnya ia tak mau mengingat kejadian di mana ia menumpahkan air mata di hadapan laki-laki itu, namun percakapannya dengan Gerland waktu itu, masih kentara di kepala Ailen.

'Kenapa kamu benci aku?'

'Karna lo lemah. Lo cewek lugu yang mau-maunya dimanfaatin orang-orang di sekitar lo! Lo buta, nggak tahu mana yang tulus dan mana yang bulus. Lo itu cewek bodoh!'

Alter ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang