10

16.2K 1K 22
                                    

10 ; manusia tak punya hati

10 ; manusia tak punya hati

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Makasih, Pak."

Usai menyerahkan ongkos angotan umum, Ailen segera masuk ke lingkungan sekolah. Gadis bertas punggung itu berjalan santai di halaman. Senyum terbit di bibirnya, rencananya ia akan membuat hari ini lebih baik dari sebelumnya. Kejadian semalam biarlah menjadi angin lalu, Ailen berusaha untuk tak mengingatnya.

"Pagi, cantik."

Sapaan itu mengagetkan Ailen. Gadis itu menatap cowok yang kini berjalan beriringan dengannya, kemudian mengalihkan pandangan.

"Pagi, Ailen," ulang Raka karena belum mendapatkan jawaban.

"Hei, lo kenapa?"

Ailen tak menggubris pertanyaan Raka, gadis itu mempercepat langkah tanpa mau menengok. Raka pun tak berhenti, cowok itu menyusul Ailen dan berada di depannya. Raka harus berjalan mundur agar ia bisa berhadapan dengan Ailen.

"Lo marah?"

Ailen menundukkan kepala dan masih berjalan.

"Lo kenapa, Ailen. Cerita sama gue. Gue ada salah sama lo?"

"Menurut kamu?" Kini Ailen berani mengangkat kepalanya. Raka memegang pundak Ailen agar gadis itu berhenti melangkah. Menatap mata gadis itu lekat-lekat.

"Kalo lo nggak cerita, gue nggak akan tahu."

Raka sendiri tak mengerti kenapa Ailen tiba-tiba bersikap aneh, seperti menjauhinya. Seingatnya hubungannya dengan Ailen semalam baik-baik saja. Oh astaga, pasti Ailen marah karena semalam ia memutuskan telepon secara sepihak.

"Lo marah karna gue matiin telponnya tadi malam? Astaga Ailen, maksud gue ngelakuin itu biar lo segera makan. Bukan apa-apa, gue cuma nggak mau lo sakit."

Ailen beradu pandang sejenak, kemudian melepas tangan Raka yang berada di pundaknya. Ia pikir Raka akan peka tanpa Ailen bicara, tapi nyatanya tidak. Ailen memutar bola matanya.

"Liar."

Raka mengernyit bingung. Menunjuk dirinya sendiri dengan telunjuk. "Gue?"

Ailen berkedip yang artinya iya.

Raka terkekeh singkat sebelum menyugar rambutnya dengan tangan. "Gue nggak bohong, Ailen. Gue ngelakuin itu biar lo cepet makan. Udah itu doang, nggak ada yang gue tutup-tu-"

"Bukan itu!" sentak Ailen cepat, tak sadar ia memukul dada Raka. "Kamu bohong soal berantem itu! Bilangnya sama orang lain, taunya sama Gerland!"

Raka menelan ludahnya sendiri. Sudah tahu ternyata. "Ya terus kalo gue berantemnya sama Gerland kenapa? Gue bilangnya kan berantem sama cowok pengecut yang beraninya kasarin perempuan, itu nggak jauh beda sama dia kan? Dia udah kasarin lo, masa gue harus diem aja? Kali-kali kasih pelajaran lah, Len, biar dia jera."

Alter ✔Where stories live. Discover now