Act. 16 Morning, Beautiful!

61.1K 5.6K 481
                                    

Aku masih tenggelam dalam tidur ketika merasakan seseorang mengguncang tubuhku. Semakin lama, aku merasakan guncangan di tubuhku semakin keras.

Aku mengerang pelan, dengan enggan membuka mata. Aku masih mengantuk, dan rasanya belum sampai satu jam yang lalu aku tertidur.

Cahaya terang terasa begitu menyilaukan, menusuk mataku. Terpaksa, aku pun menutup mata dengan telapak tangan untuk mengurangi rasa perih itu.

"Morning, beautiful."

Refleks senyumku terkembang begitu mendengar sapaan itu. Aku berbaring telentang, dan mendapati Arsya duduk di sisi tempat tidur yang kutempati. Berbanding terbalik dengan keadaanku, dia tampak rapi.

Sangat rapi.

"Kamu mau ke mana?" tanyaku pelan. Suaraku terdengar serak, juga masih terdengar sangat mengantuk.

"Aku ada kuliah pagi, lupa?" Arsya balik bertanya. Dia membelai rambutku dan tersenyum lebar.

"Sekarang jam berapa?"

"Setengah tujuh."

Belaian Arsya di rambutku terasa begitu lembut. Aku ingat semalam dia juga membelai rambutku. Belaian itulah yang akhirnya membuatku menyerah kepada kantuk dan tertidur. Aku tidak tahu jam berapa, tapi rasanya baru beberapa menit yang lalu aku bercinta dengannya.

"Kamu bawa mobilku aja, biar cepat."

"Makasih, tapi kayaknya aku enggak sanggup menyetir. Lebih baik naik Grab, jadi bisa lanjut tidur."

Aku tertawa mendengar jawabannya. "Kamu bisa bolos," ujarku, yang tentu saja tidak diindahkan Arsya.

Arsya membungkukkan tubuhnya dan mengecup keningku. "Berangkat, ya. Nanti siang aku susul ke Herworld. Kamu share alamatnya. Sekarang, kamu lanjut tidur lagi aja."

Sebuah kejutan yang tidak disangka-sangka. Aku tidak memintanya untuk menyusulku, tapi tentu saja aku tidak menolak.

Arsya bangkit berdiri dan meninggalkanku. Melihatnya yang menjauh, aku merasa tidak rela. Jika bisa, aku akan menahannya di sini lebih lama lagi.

Aku pun bangkit duduk, walaupun rasanya sangat berat untuk mengangkat tubuhku.

"Sya..." panggilku. Arsya berbalik dan melihatku mengulurkan tangan. "Cium."

Arsya terkekeh. Namun, tak urung dia kembali mendekatiku. Arsya meraihku ke dalam pelukannya dan menciumku. Aku masih belum imun dari ciumannya yang menuntut dan memabukkan itu.

Tanpa melepaskan ciumannya, Arsya mengangkat tubuhku. Seolah-olah bobotku tidak menjadi masalah untuknya. Aku pun melingkarkan kakiku di pinggangnya, dan membenamkan jari-jariku di rambutnya sembari membalas ciumannya.

Dengan diriku yang berada di pelukannya, Arsya membopongku menjauh dari tempat tidur dan menuju pintu. "Mau ikut ke kampus?" godanya.

"Seperti ini?"

Matanya menatap tubuhku yang masih sama seperti semalam, tidak mengenakan apa-apa. Dia hanya tersenyum jail. Mendekati pintu, Arsya berbalik dan kembali menggendongku mendekati tempat tidur. Perlahan, dia merebahkan tubuhku di sisi yang semalam ditempatinya.

Namun, aku masih melingkarkan kakiku di sekeliling tubuhnya, mencegahnya untuk pergi.

Setelah satu ciuman yang dalam, Arsya pun melepaskan dirinya. Dia mengambil selimut dan menyelimutiku.

"Aku bisa terlambat."

Sejujurnya, aku keberatan untuk melepasnya. Setelah percintaan semalam, aku tidak yakin bisa berjauhan dengannya. Karena yang ingin kulakukan hanyalah menariknya kembali ke sisiku dan bercinta lagi.

[COMPLETE] Philosophy of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang