43 | labirin

39 11 0
                                    

| 20:00 |

"Hueningkai, please ya? Buat hari ini aja turutin gue."

"Enggak."

Ini sudah kesekian kalinya permintaan Yeonjun ditolak mentah-mentah oleh Kai. Bahkan setelah memohon-mohon di sekolah pun sepertinya hati Kai tidak akan bergerak sedikit pun. Apakah Yeonjun harus memohon-mohon di depan saksi lain?

BRAK!

"Lo kenapa maksa gue terus sih?! Lo ga ada kerjaan selain ngikutin gue?"

Mendengarnya Yeonjun hanya tertunduk, menatap ke arah mangkuk plastik miliknya yang barusan jatuh. Itu ulah Kai—mangkuk plastik yang penuh dengan bermacam gorengan itu berhamburan ke lantai. Tanpa rasa bersalah sedikit pun, Kai menatap Yeonjun tajam.

"Maaf kalo lo ga nyaman." Yeonjun mulai menunduk dan memungut gorengan ke mangkuknya semula. Tentu ia takkan memakannya lagi, sudah kotor. "Gue bakal ke sana sendiri."

Di pandangan Kai, Yeonjun tampak seperti manusia paling menyedihkan sekarang. Entah kenapa pemuda Choi itu tak mau membalas perbuatan kasarnya barusan. Yang dilakukan cowok itu hanyalah pergi ke luar markas dengan hawa sendu menguar dari tubuh.

***

Sementara itu, di kediaman Choi Soobin.

Bagian dalam rumah itu gelap. Dua sosok yang berada di dalamnya sengaja mematikan lampuㅡuntuk mengadakan suatu ritual.

Peri sampo lantas menatap manusia di sebelahnya. Meski hanya dibantu terangnya rembulan, ia bisa lihat kalau teman kecilnya itu tampak ketakutan.

"Choi Soobin... jangan ragu pegang dadunya. N-nanti jatuh...."

Soobin buru-buru menoleh dan tersenyum getir. "Ngg... iya, gue ga ragu kok. Gue bakal mulai langsung." Peri sampo mengangguk tegas sebagai jawaban.

Sesuai prosedur yang tertera, Soobin mulai melemparkan dadu ke lantai. Badannya sempat bergetar saat itu. Takut sesuatu yang tidak-tidak terjadi. Namun, tak ada yang terjadi setelah ia menunggu beberapa saat.

Mata cowok itu akhirnya menyipit untuk melihat angka yang tertera. Dadu tersebut menunjukkan angka dua.

"Aish, kita perlu angka sembilan belas bukannya dua!" omel peri sampo.

Soobin mencibir kesal sambil memungut dadu kembali. "Emangnya dadu ini bisa dipakai buat ritual? Ini kan cuma dadu mainan yang dibeli di toko kecil?!"

"Pirii! Kamu enggak percaya aku?"

"Bukan gitu, tapiㅡ"

Tanpa aba-aba, peri sampo langsung terbang dan duduk di kepala Soobin. "Kalau gitu, cepat lanjut! Kita harus segera tolong mama yang terjebak di sana."

Sekali lagi Soobin melemparkan dadu. Kali ini ia tak bimbang sama sekali. Dadu miliknya adalah dadu yang memiliki banyak sisi. Peluang untuk mendapatkan angka yang diinginkannya lumayan kecil.

Tak!

"Pirii? Dapat angka berapa itu?"

Saat akan mencoba menyipitkan mata kembali, mendadak lantai menjadi terang. Cahaya berbentuk bulat dengan pola bintang dan bulan di dalamnya ... portal menuju labirin sudah datang.

Portal tersebut kemudian perlahan hangus dan berpindah ke cermin mama. Cermin itu bersinar terang, seakan menunjukkan kemegahan yang tiada taranya.

20:00 [✔]Where stories live. Discover now