48 | peraturan

20 7 0
                                    

| 20:00 |

"Kita gak akan bisa hidup tenang kalo ga selesain misi dari Kak Namjoon."

Balasan Yeonjun membuat Kai murka. Jelas saja, ia tidak betah kalau harus menyelesaikan semua misi bersama Yeonjun.

Revenge. Satu kata, satu rasa itu masih saja memenuhi relung hati Hueningkai. Bagai api, perasaan itu setelah didiamkan malah kian merambat dan menguasai seluruh emosinya. Bertahun-tahun ia abadi di muka bumi, pantaslah jika rasa dendam semakin menguar di dada.

"Huh... dibanding takut, lo lebih milih nanem rasa benci ke gue ya?" Kai merasa aneh dengan perkataan Yeonjun. Seakan cowok itu tahu semua isi hatinya. "Taehyun, Beomgyu, terakhir Soobin. Ga ada rasa takut sama kenyataan, kalo lo bisa aja jadi yang selanjutnya?"

Keramaian di kantin membuat suara keduanya teredam. "Haha! Ngapain gue takut sama itu? Bukannya, justru lo yang bakal ke alam baka duluan? Lagian kalau emang gue duluan yang pergi, gue harusnya seneng!"

"Huening... lo!ㅡ"

Pembicaraan mereka terhenti kala Minhee kembali mengacaukan pertemuan mereka. Bagai setan tak diundang, cowok itu duduk di sebelah Kai dan membelokkan topik pembicaraan. Bisa ditebak 'kan, bagaimana dengan emosi Kai sekarang?

"Aaa, Yeonjun! Buruan masuk kelas! Jam istirahatnya udah mau abis, lo masih duduk-duduk di sini?" Begitu tutur Minhee. Duduk dengan salah satu telapak kaki menyender ke kaki kursi. Cengiran tanpa rasa bersalah ditunjukkannya dengan bangga.

"Masuk kelas kata lo? Kita baru aja pesen dimsum keju tadi. Sejak kapan jam istirahat berkurang dua puluh lima menit?" Yeonjun menyangkalnya, ditambah bukti kalau ponselnya masih menunjukkan pukul delapan lewat dua puluh menit.

Sekakmat. Posisinya amat sangat membahayakan sekarang. Sudah diujung tanduk penuh tatapan mengintimidasi. Untuk mengelaknya, Minhee tentu saja akan menunjukkan cengiran khasnya.

"Oh... begitu ya? Kalau gitu, gue boleh ngomong sama Yeonjun dulu? Tugas kelompok gue pas pelajaran sebelumnya belum kelar nih." Kali ini, cowok berambut belah tengah itu tidak berbasa-basi lagi dan menarik Yeonjun keluar area kantin.

Agaknya, Yeonjun dan Kai tidak menyadari sesuatu. Benang merah yang menghubungkan keduanya, kian memendek beberapa meter.

***

"Kalo lo bilang hobi lo itu ganggu orang, gue ga bakal kaget." Yeonjun bersedekap dengan mata datar menatap cowok Kang di hadapannya. Punggungnya menempel di dinding logam, terasa dingin.

Membawanya ke tempat sepi tak jauh dari area kantin. Berdua, berbicara empat mata. Ini bukan saatnya membicarakan hal konyol dan tak penting. Minhee punya tujuan tertentu.

"Maaf kalo gue sering banget ganggu lo. Tapi kali ini, gue beneran jamin lo ga bakal kesel lagi. Gue... ada sesuatu yang mau gue bicarain ke lo."

Gelak tawa ringan datang dari Yeonjun. "Ada apa emangnya?"

"Gue beneran ngerasa ada yang aneh dari Kai." Yeonjun bungkam mendengar kalimat pertama itu. "Lo tau kan? Dari awal gue udah ngerasa aneh sama temen-temen geng lo itu. Err, apalagi kalo inget lo sering banget disudutin sama mereka."

"Are you okay?"

Yeonjun masih bungkam, bingung akan mengatakan apa. Sejujurnya, semua yang dikatakan Minhee memang benar adanya. Teman-teman se-gengnya memang aneh dan ia jelas sering disudutkan. Tapi, jika melihatnya dari sudut pandang lain, Yeonjun memang pantas mendapatkannya, bukan?

"Temen-temen gue emang aneh, tapi bukannya gue juga aneh?" Kalimat itu diakhiri dengan tawa. Yeonjun tak mau Minhee berpikir macam-macam dengan kehidupannya dan teman-temannya. Biarlah mereka berlima menyelesaikannya sendiri.

Cowok itu kembali menegakkan tubuh, menimbulkan suara logam berdentang yang khas. Sesampainya di meja yang ditempati Kai, raut bingung ditunjukkannya. Kai tampak syok sambil menunjuk-nunjuk benang di pergelangan tangan.

"Lo kenapa?"

Kai diam sejenak, menunggu ibu kantin meletakkan dimsum pesanan mereka di meja. Kemudian kembali menunjukkan raut syok pada Yeonjun. "Benang, gue liat dia memendek."

Benangnya memendek? Gila, gimana bisa?! Yeonjun menggeram kuat. Sebenarnya apa yang sedang direncanakan Namjoon?

Kemudian, cowok bermuka garang itu duduk di kursi kantinnya semula. "Kapan lo liat benangnya memendek? Terus, gimana caranya?!" Agaknya Yeonjun tak mau sedikit bersabar kali ini.

"Tepat pas lo keluar bareng Minhee tadi. Di situ, gue ngerasa benangnya gerak-gerak sendiri. Dan pas gue pegang ... menyusut." Kai menjelaskannya dengan intonasi terburu-buru. Wajahnya pucat, seakan masih tak percaya dengan apa yang ia alami barusan.

Mendengus, cowok itu lantas menusukkan dimsumnya dengan garpu kuat-kuat. "Ada beberapa kemungkinan yang bikin benang menyusut. Karena pertengkaran kita, gue yang ada jauh dari lo, kita yang masih mengundur pelaksanaan misi, atau malah... Minhee yang jadi penyebabnya."


***

tadinya mau update kemaren :(
tapi kelupaan huhu gara-gara baru selesai nugas tengah malem

tapitapii tenang aja,
hari ini bakal double update kok hehehe

20:00 [✔]حيث تعيش القصص. اكتشف الآن