05 | f a k t a

200 45 18
                                    


• 20:00 •

"Jadi, Kim Hyunjin sama Hwang Hyunjin beneran kembar?" tanya Jaemin sekali lagi, memastikan.


Heejin mengangguk cepat. Membuka penutup kaleng minuman dan meneguknya sampai tersedak. "Ehek! Eh... iya, gitu deh."

Jaemin mengangguk. "Terus, mereka ganti marga dan berusaha nyembunyiin identitas asli mereka karna itu permintaan masing-masing orang tua mereka?"

"Iya."

Oke, detik ini juga cowok itu pusing tujuh keliling. Diusapnya poni yang sudah menutupi setengah dahinya itu. Sudah pusing, panas pula. Untung Heejin dengan senang hati mentraktirnya sekaleng soda.

"Buset lagi keadaan kayak gini aja Jeno masih sempet ngebet Siyeon," keluh Jaemin yang tak sengaja melihat Jeno dan Siyeon berduaan berjalan di sepanjang jalan kecil taman.

Heejin tertawa kecil sembari mengayunkan kedua kaki. "Lo kan juga lagi berdua sama gue, Jaemin."

"Tapi gue gak ngebet elo."

Skakmat. Mata Heejin langsung melebar dengan bibir tertekuk lucu. Wajahnya tertunduk, mirip sekali dengan ekspresi meme imut. "Ehm, oke."


Kepala Jaemin terangguk-angguk memikirkan perkataan Heejin kembali. "Oh ya, lo tau semua ini dari mana? Jangan-jangan cuma halu aja, ya!" tuduhnya.

"Ih enggak! Gue dulu satu sekolah sama duo Hyunjin dan mereka dulu masih. Orang tua mereka cerai pas liburan sekolah menjelang naik ke kelas sepuluh ini. Jadi ya jangan heran, akting mereka masih cetek banget."

Lalu percakapan di akhiri dengan tawa dari keduanya.

Lantas cowok itu beranjak dari duduknya, melempar kaleng soda ke tong sampah di sebelah Heejin. Tangannya setelah itu diusapkan ke seragam dan terulur menawarkan bantuan untuk berdiri.

Awalnya Heejin ragu. Mengingat selama ini Jaemin bersikap jutek padanya dan kini malah berubah drastis. Tapi ia tetap menerima tawaran itu agar suasananya jadi tak canggung, lalu berterima kasih.

Cowok itu memimpin jalan menuju ujung taman, tepatnya ke tempat peti kemas hitam hangus itu berdiri. Hawanya di sana jadi aneh, mendadak bulu kuduk keduanya meremang. Suasana sunyi mendukung kengerian mereka.

"Kenapa sih peti kemas udah gosong gini masih tetep dipajang? Taman bagus-bagus gini kok ada giniannya? Serem, tau." Itu pertanyaan Jaemin. Tadinya ia berniat basa-basi saja, tapi cewek di belakangnya malah serius menjawab.

"Kata kakak gue, peti kemas ini tuhㅡya, kayak peti kemas biasa. Sekolah pesen ratusan kursi sama meja baru buat anak kelas sepuluh. Pake mobil pun ga mungkin. Meja sama kursinya mau ditaroh di mana? Ditaruh di luar bakal kepanasan sama keujanan. Lagian gedung kelas sepuluh dulu sedang ada renovasi besar-besaran."

Heejin diam, menunggu balasan dari Jaemin yang hanya berupa anggukan. "Beberapa benda logam itu udah di pindahkan, tapi ada satu yang dibiarkan karna terjebak genangan lumpur danㅡewh, pasti jijik banget liat benda itu diangkat dengan permukaan bawah yang lengket-lengket cokelat."

Kekehan renyah keluar dari mulut Jaemin. Cowok itu merasa lucu dengan tingkah Heejin yang bergidik jijik itu.

"Peti kemas itu dibiarin gitu aja, sampe akhirnya ada lima siswa yang ngubah tempat itu jadi tempat perkumpulan rahasia. Dan, entah gimana ceritanya sampai akhirnya ada kebakaran hebat di sana yang menyebabkan mereka... tewas."

20:00 [✔]Where stories live. Discover now