29 | ketahuan

48 14 0
                                    

| 20:00 |

Hai Soobin (?) |
Ini akun baru ya? |
Tapi kayaknya gue ga pernah follow lo deh |
Jadi ... lo ini siapa? |

"Jaem, liat ini deh. Lo nge-follow akun ini juga kan?" tanya cowok yang duduk sambil menyenderkan tangan ke kursi. Ia memang tak habis pikir, tapi kejadian aneh ini lucu juga jika dipikir lagi.

Jaemin yang masih asyik menyeruput kuah pempeknya, menoleh menatap layar ponsel Jeno. Matanya langsung melotot kala membaca username yang terpampang. "Lo ga inget soal kejadian di SMA?! Anjir Jen, dia kan Soobin, salah satu roh yang neror kita waktu itu!"

Jeno ikut melotot. Kembali menatap layar ponsel sembari mengorek memori yang tersisa di kepala. Soobin ... ia ingat nama itu pernah tertulis di bagian halaman belakang buku Heejin, juga nama yang pernah disebutkan Heejin.

"Lima orang yang udah bunuh Hwang ... Yeonjun, Soobin, Beomgyu, Taehyun, sama Huening Kai. Gue harap lo semua bisa hati-hati sama lima nama itu. Kita ga bakal tau ...."

"Shit." Tangan Jeno gemetaran melihat tanda typing dari akun Soobin. Harus bagaimana lagi?

"BLOKIR AKUNNYA JEN, CEPET!"

Aba-aba dari Jaemin tak mempan. Jeno tetap mematung melihat layar ponsel. Alhasil Jaemin-lah yang mengambil alih ponsel dan cepat-cepat pergi ke bagian profil, kemudian ...

TING!

angel_soobin.02 : Kayaknya gue juga ...

Jari Jaemin menekan tulisan "blokir pengguna" meski sempat meleset tadinya. Syukurlah satu masalah terselesaikan. Dua sekawan itu mungkin bisa merasa lega sekarang. Tanpa tahu bahwa di beranda Instagram mereka, muncul satu foto yang baru saja diunggah.

neutral_kai.05 | hari ini cerah banget, enggak kontras sama hariku yang selalu sial  >3<

"Anjir."

***

"D-dia?" Beomgyu menunjuk Minhee yang berdiri kaku.

Cowok yang ditunjuk langsung mundur selangkah. Beomgyu bukan orang yang cocok berkomunikasi dengannya. Bukan tipe orang yang bisa diajak bercanda juga. Lebih baik ia mundur daripada kena semprot lagi.

Kai yang maju, menggantikan Minhee. "Kenapa? Lo ga suka? Cuma Minhee yang mau dan berani sekelompok sama kita. Kalo dia ga ada, kita ga bakal lanjut buat ikutan lomba voli." Yang lain juga jadi ikut-ikutan membela.

"Tapi ... lo semua yakin dia bisa bantu kita? Atau cuma bakal jadi perusak." Beomgyu tertawa mengejek, bermaksud melawan. "Temenan sama Yeonjun nggak berarti lo bisa main voli ya, Minhee." Ia memberi penekanan di nama lawan bicaranya.

Kalimat itu membuat yang lain geram. Pasalnya, Beomgyu benar-benar tampak egois dan tak punya malu. Pun, harusnya cowok itu tak bisa berani bicara seperti itu. Ia siapanya Minhee sampai berani merecokinya?

"Kita ga mau tau. Cuma Minhee yang bisa diajak gabung." Kai memotong acara sinis-sinisan mereka. Baru saja Beomgyu akan berkilah, cowok berambut ikal itu berbicara lagi. "Lagian, emamgnya lo sebagai temen Yeonjun jago main voli? Latihan aja lo ga pernah ikut kan? Oh, atau lo yang mau keluar?"

Yeonjun menabok punggung Kai dengan sangat kencang. "Makasud lo apa?" bisiknya.

Benar, Kai sudah keterlaluan. Tahun demi tahun sudah mereka lewati bersama. Salah satu dari mereka tak mungkin boleh keluar. Persahabatan mereka harga mati. Siapa pun tak boleh mengusik atau bahkan menghancurkannya.

Beomgyu tak peduli dengan hiburan dari Yeonjun atau pun Soobin. Pergi tanpa mengatakan apa pun adalah pilihannya. Gak butuh mereka lagi, batinnya. Benar, sejak awal Beomgyu memang tak membutuhkan teman-temannya. Untuk apa teman, jika sahabat terdekatnya sendiri saja bisa mengkhianati?

Kai benar-benar pengkhianat. Siapa yang dulu menemaninya melalui masa-masa buruk? Siapa pula satu-satunya orang yang bisa mengerti cowok itu? Hanya Beomgyu, tapi ia seakan lupa membalas budi kebaikannya.

"Beomgyu, berenti woi!" Soobin memanggil sambil berlari tertatih-tatih. Hampir saja dirinya menabrak punggung Beomgyu, karena cowok di hadapannya berhenti mendadak. "Jangan omongin kata-kata Kai tadi, plis. Kita masih butuh lo. Lo mau Taehyun marah dan sedih?"

Mendengar nama itu, hati Beomgyu malah terasa amat nyeri. Ia mungkin boleh egois, tapi Taehyun-lah yang pertama kali membentuk grup voli mereka. Mana mungkin ia bisa mengingkari permintaan Taehyun? "Tapi, kayak yang Kai bilang. Gue cuma ngeribetin."

Soobin tersenyum dan menggeleng. Mengusap telinga yang mendadak jadi sedikit gatal. "Lo sama Kai deket, Beom. Ga mungkin dia bilang kayak gitu tanpa alesan. Sekarang, yang penting lo harus tetep di kelompok kita."

Yang diajak bicara oleh Soobin masih menunduk dan bergumam tak jelas. "Oke." Lagi pun, ia memang tak punya pilihan lain. Hidup sendiri juga bukan hal yang mudah dilakukan, apalagi dengan keadaan hidupnya yang sudah berbeda drastis.

Ia hanya tak punya pilihan. Ya ... itu saja.

20:00 [✔]Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt