20:00 [✔]

01 | m a l a m

• 20:00 •

DOK! DOK!

Suara gedoran dari balik peti kemas hangus itu kembali terdengar, tepat ketika ponsel cowok berseragam itu menyala dan berbunyi bising. Masih ketakutan, segera ia matikan ponselnya setelah sosok cewek berambut panjang diikat di sebelahnya menjerit.

Ia sengaja menyiapkan alarm di ponsel agar tahu, kapan saatnya pukul delapan malam tiba. Untuk apa? Mari kita simak pembicaraan kedua insan ini.

"Gue takut ...."

"Shut! Gue juga takut, tapi mau ga mau harus liat apa di balik semua ini. Lo muak kan, tiap lewat jalan ini pasti kita seakan dihardik sama penunggu yang di sana?"

Cewek itu sekilas menatap apa yang ditunjukkan cowok itu, lantas mengangguk. Jujur, dia juga sangat takutㅡdan muak kalau harus menghabiskan separuh tahunnya lagi untuk melewati jalan ini.

Harus dituntaskan semua, pokoknya.

Si cowok mengangguk mantap, memantapkan langkah demi langkahnya ke arah peti kemas. Beberapa kali mereka sempat menjerit kala gedorannya tiba-tiba mem-brutal. Penunggu di dalem sana pasti lagi ngasih kode, pikir keduanya.

Keduanya berhenti, berlutut di tanah. Belum, mereka belum sampai ke dalam, dan bahkan belum ada satu menit mereka berjalan. Namun, sesuatu menahan kaki mereka.

Sesuatu, atau seseorang? Karena nyatanya, sosok lelaki berkaus putih sedang mencengkram kedua pasang kaki mereka. Ia menggumamkan satu kalimat yang sama.

"Can't you see me? Can't you see me?"

Sambil menangis, lelaki itu bergumam. Ah, tapi apakah itu bisa juga disebut nyanyian? Bernada. Kalau pun memang nyanyian, mungkin tak akan ada orang yang berani menyanyikan lagu itu. Siapa pula yang mau menyanyikan lagu dari sosok ....

"Look up."

Kedua insan itu patah-patah menggerakan leher untuk menatap ke atas. Entahlah, tapi seperti ada yang menarik leher mereka dengan paksa.

Satu detik,

dua detik,

dan tigaㅡ

Jeritan menggema di jalanan suram itu. Menyisakan sosok cewek dan cowok yang kini berlutut dengan mata memejam kuat.

Pukul sembilan malam, semua berakhir dengan tentram.