30 | bintang lapangan

53 13 0
                                    

| 20:00 |

Ibu Kang meletakkan nampan ke meja taman. Nampan itu berisi gelas dengan air mineral penuh. Katanya, itu untuk jamuan setelah teman-teman almarhum anaknya berlatih. Sebenarnya ia bisa saja memberikan minuman mewah seperti sirop atau soda, tapi tentu saja itu tak baik jika diminum dengan keadaan tubuh kelelahan.

Kebetulan, anak-anak itu memang telah selesai berlatih. Pakaian tipis mereka jadi basah oleh aliran keringat. Kecuali untuk Kai dan Beomgyu yang selalu memakai pakaian tebal untuk menutupi keadaan punggung mereka. Belum lagi rambut Minhee yang jadi kacau badai karena terlalu semangat bermain. Terengah-engah sambil berjalan menuju meja taman.

"Tim A kurang gesit. Gue kurang puas." Soobin berceletuk. Mengelap sisa air di sisi bibir memakai tangan kosong.

Kai, sebagai anggota Tim A sedikit kesal mendengar itu. "Tapi seenggaknya itu terbantu karna ada Yeonjun," protesnya.

Minhee ikut duduk di sebelah Kai. "Itu masalahnya. Karna ada Yeonjun, kelemahan kita jadi terlalu ketutup. Harusnya pas lomba nanti, kemampuan kita bisa seimbang."

Cowok di sebelahnya hanya melirik dan menghela napas. Jika dipikir lagi, apa yang bisa dibanggakan dari geng mereka? Peran mereka di dunia hanya sebagai biang onar dan tak pernah bermanfaat.

"Tinggal dilatih elah. Galau banget lo semua. Sans, masih ada waktu kali."

Minhee menjitak kepala Yeonjun. "Gila lo! Waktunya tinggal lusa nanti!"

"... Temen-temen Taehyun kasar-kasar, ya?" Ibu Kang berkata. Tidak, wajahnya tidak dingin seperti biasa. Malah ... senyuman mungil terbit di bibir tipisnya.

Tetap saja, anak-anak itu merasa keadaan mereka terancam. Mereka tak tahu kalau Ibu Kang masih berdiri di pinggir rumah, mengawasi mereka berlima. Menakutkan, batin mereka. Benar-benar menakutkan.

"T-tante, maaf kalo kita berisik hehe. Lain kali kita latihan ke taman kota aja deh." Kai tertawa canggung.

Tak marah, Ibu Kang malah tersenyum semakin lebar. "Eh, enggak. Ini juga permintaan Taehyun, kan? Maaf Tante terlalu galak sama kalian. Tante cuma masih enggak suka aja Taehyun jadi kasar gara-gara kalian."

Tepat sasaran. Meski tak bermaksud menyindir, kalimat terakhir benar-benar menusuk ke ulu hati mereka.

Cowok berambut belah di sebelah Kai mengerutkan bibir. "Eh iya, jadi kepikiran. Taehyun tuh ke mana? Kenapa tiba-tiba ngilang?"

Tak ada yang berani menjawab di antara teman-temannya itu. Ah, sebenarnya mereka hanya bingung harus menjelaskan apa pada Minhee. Rahasia ke mana perginya Taehyun hanya Minhee yang tak tahu—dan tak boleh tahu.

"Taehyun ...."

"EITSS, shuut ... Tanteee, saya mau ngomong sama Tante dulu deh." Yeonjun buru-buru memutus omongan Ibu Kang. Bibirnya sampai moncong karena menyuruh Ibu Kang untuk diam. Mengajaknya untuk ke sisi lain rumah. Memang tak sopan, tapi itu pun hanya refleksnya karena panik. "Tante, Minhee bukan anggota kita. Dia manusia asli. Dia gak tau soal Taehyun atau rahasia kita yang lain."

Bukannya mengiyakan atau menyangkal, wanita di hadapan Yeonjun malah diam. Alisnya makin lama semakin bertautan membentuk garis bergelombang. "Jadi, itu rahasia? Tante udah ceritain itu ke keluarga besar Kang ...."

Napas Yeonjun yang sempat tertahan, langsung terbuang lepas. Mata dan bibirnya membulat sempurna. "T-Tante gak bercanda kan?!"

***

"Smash ke lawan, Gyu!"

Beomgyu panik harus bagaimana. Smash? Bahkan ia tak tahu apa arti istilah tersebut. Yang bisa ia lakukan hanya melambungkan bola ke atas. Benar-benar ke atas secara vertikal. Kalau saja Yeonjun tak segera melakukan smash di udara, mungkin Tim A akan kalah telak. Karena setelahnya, stopwatch di pinggir lapangan sudah berbunyi tiga kali.

Waktu habis. Untuk Tim A dan Tim B, poinnya dua sama untuk sementara.

Semua orang langsung menyoraki kehebatan Yeonjun. Padahal, Beomgyu sudah takut duluan kalau-kalau teman setimnya akan memarahinya lagi. Kedua tangannya yang semula menutup kepala, perlahan dibuka.

"Penyelamat banget lo. Kayaknya kita ga usah terlalu khawatir soal lomba nanti."

Beomgyu mengernyit mendengar kalimat dari Kai. Gila! Padahal cowok itu duluan yang memaki Yeonjun, saat mereka masih hidup dulu. Sekarang, saat ia sedang dendam pada Yeonjun, apa Kai tak mau memihaknya juga? Sialan.

"Habis ini traktir-traktirlah, Jun. Panas gini, pulangnya enak tuh jajan es." Minhee nimbrung. Menepuk bahu Yeonjun dan menyenderkan sebelah tangan ke sana. Persahabatan mereka terlihat kental.

"Sialan lo semua."

Sudah lelah memantau teman-temannya, Beomgyu memutuskan untuk pergi. Bola voli dibawanya ke pinggir rumah Taehyun. Duduk di sana sambil meratapi kesendiriannya.

"Apa jangan-jangan, gue ini bukan bagian dari mereka?"

Tapi, ketika melihat tangannya memudar mendadak, ia tertegun. Keadaan teman-temannya juga serupa dengannya. Wujud mereka berubah serempak ... ini jarang terjadi.

Kepala Beomgyu jadi nyeri. Pola pikirnya jadi absurd. Ditambah dengan pertanyaan, kenapa keadaan gue serupa sama mereka? Padahal gue bukan bagian dari mereka.















***

terima kasih sudah membaca sampai akhir ^^

silakan beri tanggapan 💙

20:00 [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang