22 | kunci

60 14 0
                                    

| 20:00 |

"Udah tau sisa hari kamu hidup di dunia tinggal berapa?"

Yeonjun yang masih mengantuk itu mendengus. "Gak tau Kak ... Lagian pasti masih banyak, kan?" Atensinya beralih pada langit pagi yang benar-benar masih sangat gelap. "Gue masih sekolah hari ini, Kak. Masih mau tidur."

"Pilih mana, mati atau tidur?" Sekarang, cowok berwajah tegas itu mulai bertindak. "Kamu pernah ngulik hidupnya Taehyun nggak, sih? Kok kayaknya kamu diem-diem aja?"

Apakah ini yang dimaksud sakit tak berdarah? Tentu Yeonjun sudah berusaha keras selama ini. Hanya saja, bermacam konflik eksternal terus membuatnya buntu. "Kalo masih maksa, kasih hint dong, Kak?"

Namjoon menatap pupil Yeonjun dalam-dalam, sampai rasanya cowok yang ditatap itu hampir terkena hipnotis. Padahal itu cara Namjoon untuk berpikir. "Rumah Taehyun. Maaf, cuma kata itu yang bisa diberikan ke kamu."

Mendengar itu, otak Yeonjun rasanya jadi mendadak berhenti berpikir. "Tunggu, maksudnya gue harus ke rumah Taehyun?"

Bukannya menjawab, Namjoon malah menatap langit di atas mereka—seperti apa yang dilakukan Yeonjun tadi. Benar apa kata Yeonjun tadi, cowok itu harus tidur untuk mempersiapkan kegiatan hari ini.

"Saya harus pergi. Kamu baik-baik, ya. Jangan membantah lagi."

"Eh, KOK—"

Baru saja Yeonjun akan membantah, tapi Namjoon sudah segera pergi ke sisi peti kemas yang lain dan menghilang begitu saja. Pertanyaan yang akan Yeonjun utarakan jadi menggantung di ujung tenggorokan.

Sial.

Di samping itu, cowok yang sedari tadi merekam kegiatan Yeonjun-Namjoon terkikik puas. Satu lagi video yang bisa dikoleksinya. "Kayaknya setelah ini, gue bisa ke tahap selanjutnya."

***

Huening Kai menatap Yeonjun dalam diam. Yang lain pun begitu, karena tak mau membuat cowok yang sedang tertidur nyenyak itu terganggu. Entah dalam wujud apa, mereka berempat sepakat untuk menghampiri kelas Yeonjun.

"Eh, akang-akang ngapain ya ngerubungin meja gue?" Tiba-tiba Minhee muncul di belakang kursi Yeonjun, melongokkan kepala dengan wajah polos.

"Bukan meja lo, meja Yeonjun." Taehyun menjawab dengan sinis. Lagian, Minhee ini ke-PD-annya tingkat tinggi.

"Oh, oke. Mau gue bangunin Yeonjun-nya?" tawar Minhee.

"Iya."

"Jun, bangun lo! Temen-temen lo nungguin!"

"H-hah?!" Yeonjun terbangun. Matanya menyipit kala melihat empat cowok berdiri di depan mejanya. Ia segera menegakkan tubuh, membuat tulang-tulangnya bergemeletuk. "Anjir. Kalian beneran ke sekolah?" Pertanyaan itu dimaksudkan untuk Beomgyu dan Kai yang baru dilihatnya pergi ke sekolah.

"Temen sekolah lo dulu?" Lagi-lagi Minhee menghancurkan suasana dan dijawab pula dengan anggukan oleh Yeonjun.

Keempat orang berwajah dingin itu dibawa Yeonjun ke luar kelas, tepatnya ke depan toilet siswa. Ia harus berdiskusi dengan keempat temannya di tempat sepi, khawatir yang lain bisa mendengar pembicaraan mereka.

"Kita udah pindah dari kemaren, kenapa lo masih kaget?" Beomgyu bertanya dengan kepala dimiringkan. Namun, tatapannya mengintimidasi.

Yeonjun mengusap wajah kasar, menatap temannya satu-persatu dan berhenti pada Beomgyu. "Duri di punggung lo itu, gimana cara samarinnya?"

Napas Beomgyu hembuskan kuat-kuat. Ia menegakkan tubuh dan meraba punggungnya yang masih terasa ngilu. "Diparut sampe licin. Taehyun yang bantu gue."

Mendengar itu, Yeonjun jadi merasa punggungnya ikut ngilu juga, bahkan sampai ke ujung akar tanduknya. "O-oke." Ia beralih menatap Kai dengan takut. "Terus Kai, sayap lo ...?"

"Sayap? Santai, gue iket dan gue tutupin pake hoodie." Kai menarik ujung hoodie-nya untuk dipamerkan pada Yeonjun.

Kali ini, Yeonjun bisa menghela napas lega. Setidaknya salah satu temannya itu tak melakukan hal gila seperti apa yang dilakukannya dan Beomgyu.

"Kita mau ngomong sama lo." Soobin bersuara, setelah diam memantau Yeonjun di pojokan. "Lo ada urusan apa sama Kak Namjoon?"

"Urusan?" Yeonjun mengernyit tak mengerti. Bagaimana Soobin dan yang lain tahu kalau ia ada urusan dengan Namjoon? "Lo semua tau dari mana?"

Sekarang gilian Beomgyu yang beraksi kembali. Ia mengeluarkan ponsel dan menunjukkan hasil rekamannya tadi pagi di depan cowok yang kini berdiri kaku itu. "Gue liat lo sama Kak Namjoon tadi pagi. Masih mau ngelak?"

Video berfilter hijau khas kamera itu menunjukkan suasana subuh yang diisi oleh pembicaraan vital antara Yeonjun dengan Namjoon. Meski pembicaraan antara kedua orang berwibawa itu tak terlalu jelas di sana, tapi semua pun tahu ada apa-apa di antara mereka. Jelas yang lain jadi mempertanyakan itu.

Setelah video-nya berhenti berputar, Beomgyu menarik lengannya kembali.

"Jawab, Jun."

"Lo maksa?" Yeonjun mendesis sinis, memalingkan wajah ke samping. "Denger ya. Gue ada urusan sama Kak Namjoon pun, lo semua ga perlu tau. Apa untungnya juga sih di kalian?"

Kai maju selangkah ke depan Yeonjun. "Ada."

Sekarang Soobin yang ikut maju. "Lo bakal pulang duluan kan? Mau ninggalin kita di neraka ini?"

Bukannya dibalas sarkas, Yeonjun malah tertawa geli. Overthinking teman-temannya sangat tak masuk akal. Apalagi, pada kenyataannya, ia yang harus hidup di dunia lebih lama. "Wow, nuduh gue ya? Kalo kalian mau tau apa urusan gue sama Kak Namjoon, kalian tinggal ikut alur aja."

"Alur? Lo permainin kita?" Kelihatannya Taehyun sudah salah paham. "Asal lo tau aja, kita ga bakal biarin hidup lo tenang kalo sampe ada salah satu dari kita yang terluka lagi gara-gara lo."

"Wah, tapi kan gue udah mati?"

Jisung, cowok yang baru saja membasuh wajah dari dalam toilet, sedikit tersentak mendengar kata mati. Belum lagi ketika ia melihat punggung gagah keempat cowok di pojokan. Sekali lagi ia dengar suara yang sama, sekarang ia tahu siapa yang sedang dikerubungi saat ini.

Tanpa takut sedikit pun, cowok itu mendekat dan berkata, "Permisi, ini ada apaan?"

Taehyun yang pertama menoleh, langsung dihadapkan oleh wajah datar Jisung. "Cih, dia."

Yang lain pun jadi ikut menoleh, termasuk Yeonjun yang tampak tak suka dengan kedatangan Jisung. Kai melirik Taehyun, memberi kode agar mereka cepat pergi.

"Lo, Jun, kita masih mau ngomong nanti di kantin." Taehyun memperingati, lantas pergi begitu saja dengan yang lain.

Kepala Jisung menoleh ke arah Taehyun dengan yang lain. Mereka tampak sangar dari apa yang ia bayangkan sebelumnya. Pantaslah kalau ia menganggap kumpulan manusia siluman itu mengganggu kenyamanan sekolah.

"Makasih."

"Buat apa?" tanya Jisung heran. Padahal ia hanya mengikuti insting saja untuk mengusir mereka.

"Makasih udah buat mereka pergi buat sementara. Gue mau tidur." Yeonjun berkata seperti itu, lalu mulai berjalan menuju kelas.

Tapi, tak semudah itu bagi Jisung untuk membiarkan Yeonjun pergi. "Apa gue udah boleh tau, urusan kalian ke sini buat apa?" tanyanya, masih saja tak rela sekolahnya kacau.

Yeonjun yang terhenti refleks menarik lengannya kembali. "Kalo lo mau tau ... lo janji ga bakal kasih tau identitas gue yang asli ke Minhee?"

"Ada apa lo sama Minhee?"

"Gue ga mau dia ngerasa dikhianati."

Dikhianati? Jisung berpikir dalam diam. "Oke, deal. Apa pun itu. Lagian gue ga sebaik itu ngasih tau identitas lo ke Minhee."

Yeonjun tersenyum miring. "Ada sesuatu yang mau kita tunjukkin. Sekaligus, balas dendam."

20:00 [✔]Where stories live. Discover now