25 | hari terakhir pertama

48 16 0
                                    

| 20:00 |

Malam ini harusnya menjadi malam spesial untuk si lima sekawan. Keempat cowok yang setia dengan seragam sekolah itu sudah terlelap di tempat masing-masing. Kecuali Yeonjun yang matanya masih membulat sempurna meski yang lain sudah memergokinya masih terduduk di engawa* sambil menunggu hujan turun.

Mungkin malam ini harusnya hujan tak turun. Tapi Yeonjun tetap bersikeras menatap langit dan berharap hujan turun. Duduk di engawa sambil menatap taman benar-benar membuatnya merasa berada di rumah tradisonal Jepang. Hanya kurang rintik hujan saja.

Jangan lupakan pula dengan pikiran Yeonjun yang mendadak melayang bebas. Sudah lama sekali ia tak duduk-duduk dan bersantai seperti ini. Ingatannya terpatut pada sosok ayah yang menjadi panutannya selama ini menjadi panutan hidup.

Sebut saja sosok pahlawan itu sebagai Tuan Choi. Ya, beliau adalah sosok paling kuat yang pernah dikenal Yeonjun. Tuan Choi, yang bilang ia sangat suka kalau anak lelakinya mewarnai rambut menjadi warna kuning terang.

"Kamu kayak bebek kecil, Papa jadi pengen cubit." Itu kalimat yang paling diingat Yeonjun. Tapi juga kalimat yang paling dibencinya dahulu. Ia benar-benar tak suka dianggap kecil oleh Tuan Choi.

Lihatlah sekarang. Siapa yang bersikeras untuk merealisasikan permintaan Tuan Choi? Tentu saja, Choi Yeonjun. Sepertinya cowok itu benar-benar harus menarik kata-katanya yang dulu.

"Eh, apaan itu?" Yeonjun buru-buru menghentikan pikiran suramnya, kala samar-samar melihat cahaya kecil di pojokan taman.

Di kegelapan sana, ia bisa lihat sepasang mata yang mengawasi. Mirip seperti bentuk mata kucing ... ia sebenarnya tak yakin. Mungkin kalau kalian sering menonton film seram, kalian akan tahu bagaimana bentuk rupanya.

Perlahan Yeonjun turun dari tempatnya duduk, menimbulkan suara derit ngilu. Beomgyu terbangun karenanya. Langsung menoleh dan mengubah posisi tidurnya.

"Anjir, ngapain lagi sih dia? Gue ga boleh lewatin momen ini." Begitu monolog Beomgyu.

Ia dengan perlahan melangkahi tubuh teman-temannya yang lebih terlihat seperti ikan yang terdampar. Lalu mengambil kamera di atas meja—sampai melupakan fakta bahwa benda itu sedang tak bisa dipakai untuk sementara.

"Sialan, Kai! Bukti-bukti kecil kayak gini bakal hangus gitu aja kalo ga ada ni kamera!"

Dengan amat terpaksa dan kesal, Beomgyu jadi harus membenarkan kamera di tengah malam. Ia juga menyesal, mengapa tidak membenarkannya saja sejak siang tadi. Terlalu teledor.

Sementara itu, ayo kita beralih pada Yeonjun yang sedang mengendap dengan penuh penasaran. Cowok itu heran dengan sinar mata yang mendadak hilang, tergantikan oleh sosok makhluk kecil yang muncul dari semak-semak.

"Huaa!" Makhluk itu menjerit.

Yeonjun yang terperangah, terjungkal ke belakang dengan tumpuan kedua tangan. "L-lo ini peri peliharaan Taehyun, ya?!" serunya tak kalah keras.

Benar, makhluk kecil itu adalah Peri Sampo—teman kecil Taehyun. Peri kecil yang keberadaannya seharusnya tak diketahui siapa pun selain oleh tuan-nya. Jadi, peri itu—dengan refleksnya langsung terbang cepat untuk kabur dari Yeonjun.

Disadari atau tidak, Peri Sampo tahu kalau Yeonjun adalah sosok yang wajib dihindarinya.









TUK!

"Lho, Peri Sampo? Kenapa lo ada di sini?!" Soobin terheran. Matanya jadi membulat sempurna ketika merasa dan melihat Peri Sampo menabrak bahunya.

Peri Sampo yang sempat oleng cepat-cepat menegakkan tubuh. "E-eh? Soobin kenapa di sini juga?!" Sekarang, keadaannya benar-benar terpojok sekarang.

20:00 [✔]Όπου ζουν οι ιστορίες. Ανακάλυψε τώρα