23 | peri imajinatif

48 16 0
                                    

| 20:00 |

Kali ini, Yeonjun harus dibuat terheran karena tingkah keempat kawannya yang mendadak aneh. Berkumpul di meja kantin yang sama? Bagaimana siswa lain tak melirik mereka dengan aneh? Apalagi kedatangan mereka yang benar-benar mendadak.

"Ga bisa gitu ya, ngomongnya di markas aja?" bisik Yeonjun. Memajukan kepala agar keempat lainnya bisa mendengar.

Taehyun yang asyik menyeruput minuman berwarnanya, melirik sinis. "Kelamaan. Mending di sini aja."

Yang bisa Yeonjun lakukan hanyalah menurut dan mengangkat bahu. "Jadi, apa?"

"Lo tau kan bentar lagi ada acara Agustusan?"

"Iya ... sekitar semingguan lagi, kan?"

Taehyun mengangguk. "Ada lomba voli grup. Anggota minimal lima. Lo mau ikut?" tawarnya. "Boleh beda kelas juga, kan? Lagian diitungnya pergrup, bukan perkelas." Ia mengangkat bahu tak peduli.

"Lo juga paling jago. Mending join bareng kita," tambah Soobin. Yang lain pun mengangguk setuju, kecuali Beomgyu yang sibuk mengrusi video-video di kameranya.

Kalau sudah begini, Yeonjun bisa apa? Harusnya ia menolak, tapi teman-temannya sangat mengharapkan dirinya. Ini harapan terakhir agar Yeonjun bisa kembali diperhatikan lagi, bukan? Apa salahnya pula jika melaksanakan misi sambil melakukan pendekatan?

"Oke, deal. Tapi, gue minta—"

Beomgyu langsung menoleh, melirik Yeonjun sinis. "Ga usah lama-lama. Ayo ke kelas." Setelah memotong ucapan Yeonjun tanpa merasa berdosa, ia memprovokasi teman-temannya untuk pergi dari meja kantin.

"Pulang sekolah langsung ke rumah Taehyun." Itu kalimat terakhir Kai, setelah hanya terisa Yeonjun di meja.

Cowok berambut kuning pudar itu hanya mendengus dan tersenyum. Lagi-lagi ia ditinggalkan. Tapi setidaknya ia masih diberi kesempatan untuk bergabung, bukan? Itu sudah lebih dari cukup. Maka dari itu, kesempatan emas kali ini tak boleh disia-siakannya.

Baru saja cowok itu akan bangkit meninggalkan meja, seseorang berlari menghampirinya dengan tertatih. Chaerin, cewek itu dengan wajah pucat. Memanggil nama Yeonjun dengan nyaring.

"Minhee sama Jisung!"

***

Beomgyu yang baru saja akan memindahkan salah satu video ke kartunya, tersenggol mendadak. Membuat kameranya terlempar ke tanah. Saking kerasnya, bahkan layarnya sampai mati begitu saja. Entah benar-benar rusak apa tidak.

"Woi, Kai!" Beomgyu berseru kasar kala tahu siapa penyebab dari kekacauan ini.

Cowok rambut gelombang yang dipanggil itu berhenti dan menoleh. Bola voli yang ada di tangan berhenti dimainkannya. Tatapan seram Beomgyu membuatnya takut. "Lo gapapa, Gyu?"

"Gapapa kata lo? Kamera gue anjir!"

Mengerti apa yang dimaksud Beomgyu, Kai mengambil kamera di dekat kakinya dan mengembalikannya pada si pemilik. "Sorry ... lo marah, ya?" Jujur, ini pertama kalinya bagi Kai melihat Beomgyu marah. Sosok halus yang dikenalnya mendadak berubah keras.

Beomgyu terdiam sejenak mengecek keadaan kamera itu. Layarnya mati dan ia belum sempat memindahkan video tadi. Kemungkinan besar, video itu akan hangus total. "Gila ya lo, gak marah gimana? Ini bukti kita buat nyudutin Yeonjun, anjir." Kemudian, masuk begitu saja ke rumah Taehyun dengan kamera tetap di tangan.

Tentu saja, kalian tahu hubungan Kai dan Beomgyu sudah seperti saudara kandung. Kai pun merasa demikian, jadi ia melempar bola di tangan dan menyusul masuk.

Beralih pada Yeonjun yang kini masih terhenyak dengan sesuatu yang baru di bukunya. Kalimat baru muncul di halaman bagian Taehyun.

Peri kecil, peri baik

Sepertinya mengetahui kebenaran setelah pergi memang sudah takdirnya

"Apaan anjir ... Taehyun melihara peri? Anjir, kayak anak cewek aja." Yeonjun tertawa dan menutup buku dengan kasar. Lagi pun, apa peri di sini benar-benar dalam arti sebenarnya? Atau hanya perumpamaan?

Niatnya untuk masuk ke rumah Taehyun batal, kala melihat bola datang ke arahnya. Itu berasal dari Soobin yang menantangnya.

"Katanya jago, hah? Ayo, jago mana sama cowok paling tinggi?" Soobin berkacak pinggang, menatap Yeonjun dengan penuh remehan. "Satu lawan satu, yang menang gue traktir deh."

Sejenak, Yeonjun jadi meragukan pendengarannya sendiri. Traktir? Kapan terakhir kali ia mendengar kata itu dari mulut temannya? Apakah ini pertanda, sekali lagi mereka terbuka pada Yeonjun?

"Siapa takut?"

Mereka terlalu asyik dengan kegiatan masing-masing, sampai tak menyadari sesuatu. Tepatnya, si pemilik rumah yang asyik dengan makhluk kecil di bahu. Peri Sampo—begitulah ia disebut. Menemani hari-hari kelam Taehyun dengan senyuman dan hiburan. Benar-benar sahabat sejati.

"Kamu nggak butuh aku lagi ya, sejak mereka ada?" tanya peri kecil, sambil mengepakkan sayap indahnya. Kaki-kaki kecil itu berayun, sesekali menabrak bahu Taehyun.

Taehyun mendengus. Arah pandangnya searah dengan si peri. "Kata siapa? Bukannya tiap malem aku masih nyariin kamu? Harusnya kamu dong yang ninggalin aku."

Si peri terkikik manis. Setidaknya, seperti itulah yang dibayangkan Taehyun. "Maaf, aku sampai lupa berkunjung."

Dan, kedua sosok itu pun sepertinya terlalu asyik sampai tak sadar seseorang memergoki mereka secara basah. Yeonjun yang curiga dengan ketidakberadaan Taehyun, terkejut kala melihat sesuatu yang aneh di bahu cowok berambut merah itu.

"Monster ...."

20:00 [✔]Where stories live. Discover now