27 | keputusan

48 15 0
                                    

| 20:00 |

Peti kemas hanya terisi oleh Yeonjun dan Beomgyu. Soobin dan Kai kelihatannya masih ada kelas, jadi mereka berdua masih menetap di sekolah. Jadilah hanya dua rival itu yang ada, menghabiskan waktu istirahat masing-masing. Tak mungkin juga mereka akan akrab di tengah hawa canggung begini.

Tapi memang pada dasarnya hati mereka saling terhubung sebagai sahabat. Yeonjun mulai merasa risi, karena hanya berbaring padahal di sebelahnya ada Beomgyu yang tengah asyik sendiri. Lagi pun, apa salahnya untuk mengajak berbicara?

"Jangan ganggu. Gue lagi benerin kamera gue."

Nah, ternyata memang benar. Hati mereka saling terhubung satu sama lain. Buktinya, Beomgyu bisa tahu duluan kapan Yeonjun akan berbicara.

Setelah bergeming cukup lama, akhirnya Yeonjun kembali angkat bicara. "Lo kayaknya ada dendam kesumat sama gue ya? Kenapa sih? Kayaknya gue salah banget di mata lo."

"Lo udah ngebunuh kita, dodol. Keterlaluan banget kalo lo sampe lupa."

Jadi, itu alasan Beomgyu? Padahal yang lain saja sudah membuka hati. Apa cowok berwajah gemas itu benar-benar dendam?

Kalau sudah begini, Yeonjun pun tak berani angkat bicara. Ia memang benci membahas masa lalu. Tapi bukan berarti ia juga boleh marah kalau ada yang mengungkit itu lagi. Haknya apa? Tak ada. Yeonjun benar-benar merasa menjadi manusia paling berdosa di sini.

***

Sosok tinggi berdiri gagah di pojokan lorong gelap sekolah. Seharusnya, sosoknya masih kelihatan meski samar-samar. Namun, khusus untuknya saja, tubuhnya tetap tak terlihat meski sudah berjalan menuju lorong bagian yang terkena sinar lampu.

Di tengah lorong sudah ada Yeonjun dengan tubuh transparannya, berjalan santai menuju ujung lorong. Wajahnya tertekuk, malas karena harus berhadapan dengan Namjoon bahkan di dalam gedung sekolah.

Lengan Namjoon terulur. Tampaklah satu tas kertas di tangannya. "Ini untuk ...."

"Ya ampun. Apaan lagi sih?" Yeonjun mulai menyinyir. Bibirnya maju beberapa senti, mencibir.

Syukurlah Namjoon mencoba untuk memaklumi. Jadi, ia hendak berkata, "Kamu berilah ...."

"Duh, kalo temen-temen gak mau gimana? Gue ga mau dibilang aneh lagi sama mereka. Udah cukup ...."

"Choi Yeonjun! Jangan memotong pembicaraan!" Namjoon sudah kehabisan kesabaran. Yeonjun benar-benar keterlaluan karena sudah berani memotong dan membantah. Setelah dirasa cukup amarahnya, ia kembali menyodorkan tas keras. "Berikan ini ke teman-teman kamu itu. Setelannya sudah diubah sesuai kepribadian tiap member. Jadi kamu jangan sampai salah kasih."

Menerimanya dengan pasrah dan hendak berbalik. Tapi Yeonjun sudah kaget terlebih dahulu karena sosok Namjoon sudah tak ada di hadapannya kembali. Lenyap tanpa jejak. Padahal belum ada sepatah kalimat perpisahan pun yang terlontar.

Tak ada yang aneh sampai Yeonjun berjalan ke tengah lorong. Pusatnya para siswa berlalu-lalang. Ya, memang tak ada yang aneh, yang ada hanyalah keterkejutan. Tubuh cowok itu mendadak berubah wujud yang tentu membuat orang di sekitar terkejut setengah mati.

Manusia mana yang bisa muncul mendadak di tengah keramaian?

Segeralah Yeonjun kabur dari sana. Menyembunyikan wajah pucatnya di balik tas kertas sambil berlari. Baru kali ini ia lengah dan berakibat fatal seperti tadi.

BRAK!

"Aduh, anjir!"

Cepat-cepat Yeonjun membuka mata dan melihat siapa yang ditabraknya barusan. Chaerin. Cewek yang kini berimpuh sambil menunduk dan meringis kesakitan. Sebegitu kerasnya kah tabrakan mereka tadi?

"Eh ... lo gak papa?" Yeonjun berjongkok dan menaruh tas kertasnya ke lantai. Sekarang kedua tangannya meraih bahu Chaerin untuk menenangkannya. "Sorry, gue buru-buru tadi."

"Sakit ...."

"A-apa yang sakit?"

Chaerin menangkis kedua tangan Yeonjun dari bahunya. Ia memegang pelipisnya kuat-kuat sambil mengerang hebat. Darah mengalir dari sela-sela tangannya. Tak hanya itu, orang-orang di sekitar mereka jadi tertarik untuk mendekat.

Jadilah Yeonjun yang panik di sini. Sudah jatuh, tertimpa tangga pula. Refleks, ia menangkup kedua tangan Chaerin untuk menahan darahnya mengucur. Sekarang, bau anyirnya mulai memenuhi penciuman keduanya.

Darah .... Pandangan Yeonjun memburam. Berganti dengan bayangan kenangan kelam masa silam. Semua. Yang berhubungan dengan darah.

"Gila. Choi Yeonjun lo ngapain?!" Jisung yang baru datang langsung meraih Chaerin dan merangkulnya. Tatapannya menyirat emosi amat mendalam. Melihat Yeonjun, ia merasa sosok itu benar-benar ingin dihajarnya habis-habisan.

Kesadaran Yeonjun kembali. Wajahnya menunjukkan raut pucat. "Gue ga sengaja."

Kalimat itu. Telinga Jisung sampai panas mendengarnya. Apa maksud "tak sengaja" itu? Kalau pun memang tak sengaja, Yeonjun seharusnya menanggap dengan cepat. "Lo kayaknya beneran mau bunuh orang sekitar lo, ya?"

Tanpa peduli apa pun lagi, Jisung membawa Chaerin keluar dari kerumunan. Yeonjun ditinggalkan di tengah lingkaran setan itu. Duduk dengan bayang-bayang yang menutup kenyataan bahwa dirinya tengah dicaci.



"Yeonjun dapet perhatian lagi? Wow." Beomgyu tertawa hambar. Memotret semua yang ada di matanya sebanyak mungkin. Tak lupa dengan Yeonjun yang tampak menyedihkan di depannya langsung.

"Lo semua, pergi." Suara Soobin menghentikan kegiatannya. Juga dengan cacian dari orang-orang. Seperti penyelamat saja.

Tanpa melewatkan satu detik pun, Beomgyu menatap keduanya. Mulai dari ketika Soobin menyerahkan berlembar-lembar tisu pada Yeonjun, sampai ketika mereka menghilang dari pandangannya. Semua berlalu begitu saja tanpa Beomgyu sadari.

***

"Ini."

Bahu Beomgyu melonjak. Hampir saja kameranya jatuh lagi. Ditataplah sosok yang kini menyodorkan sesuatu padanya. Choi Yeonjun.

"Kalo ga lo ambil-ambil, gue ambil lagi." Cowok itu sudah bersiap untuk memasukkan kotaknya kembali ke tas kertas. Tapi langsung ditahan oleh Beomgyu.

"Ini apa?" tanya Beomgyu. Langsung mengambil kotak putih dari Yeonjun. Enak saja kalau Yeonjun akan mengambilnya kembali.

Yeonjun mengangkat bahu. "Ya, lo liat aja. Jelas-jelas kotak hape."

Mendengar itu, Beomgyu jadi melototkan mata. Matanya kembali meneliti kotak secara terperinci. Benar, itu kotak ponsel ... dengan keluaran terbaru. Di pinggirnya terdapat tulisan timbul berbunyi, "Choi Beomgyu" dan ya, itu miliknya.

"G-gue harus terima ini? Anjir, Jun. Gue gak—"

Cowok yang kini menggenggam tali tas kertas itu berdecak. "Udah lo ambil aja. Gue juga punya buat yang lain. Ga usah feel special."

Lalu Yeonjun pergi. Sedangkan Beomgyu masih bingung dan kewalahan untuk memegang kotak ponsel itu. Kemahalan buat gue, pikirnya. Meski begitu, ia tetap kukuh untuk membuka kotak dan mengeluarkan ponsel.

Ponsel hitam dengan ukiran nama Beomgyu di belakang. Dengan isi ponsel yang sudah diatur sedemikian rupa. Satu yang menarik perhatian Beomgyu.

Instagram.

20:00 [✔]Où les histoires vivent. Découvrez maintenant