07 | b e r h e n t i

151 38 8
                                    


• 20:00 •


Jeno menyodorkan ponselnya yang menyala pada Kim dan Hwang.

Duo Hyunjin saling berpandangan, sampai akhirnya memutuskan untuk bersama-sama melihat apa yang ada di sana. Tapi, dugaan mereka melesetㅡcowok aneh itu memberikan mereka hal yang lebih tak terduga lagi.

Semua rencana milik seseorang tertulis jelas di sana. Bahkan khusus untuk beberapa halaman ada tambahan kalimat ancaman yang tertuju pada mereka berdua, membuat mereka semakin yakin milik siapa rencana itu.

"Gue temuin itu di atas meja Heejin. Semua sudah tertera di sana dan gue yakin gak ada yang terpotong atau terlewat." Cowok itu berkata serius sambil menautkan jari-jari di atas meja.

"Jadi...?"

"Loh kalian ga panik atau gimana? Masalahnya, Jaemin juga bakal ikut-ikutan! Ya, gue tau Jaemin ga bakal hancurin kalian, tapi masalahnya dia bakal kena masalah juga." Jeno geram. Pasalnya, wajah Kim dan Hwang tampak sangat santai meski dia sudah menunjukkan raut serius.

"Gue ga peduli sih sebenernya. Toh cepat atau lambat Heejin bakal hancurin kita." Hwang mengangkat bahu. "Tapi karena gue tau Jaemin anak baik, so what? Lo juga ikut bantu kan, Kim?"

Kim menegakkan badan, mengaduk cokelat panas miliknya yang sudah setengah. "Ya udah, gue ikut kalo lo ikut."

Jeno menyipit. Ia melihat ekspresi Kim keliahatan... pasrah? "Kalian kenapa sih, kok bisa kemusuhan sama Heejin gini?"

Keduanya saling tatap, mengode agar memlilih menceritakan saja atau tidak. Tapi, toh pada akhirnya mereka harus cerita juga karena Jeno sudah terlanjur tahu. Kalau tidak diceritakan, yang ada cowok berperawakan sangar itu malah nekat mencari tahu.

"Sebenernya ini bukan salah dia buat milih dendam ke kita, tapi ya bukan salah kita juga sampe ngebuat dia dendam gitu." Kim memulai dengan berat hati. "Ya intinya, dia ngerasa terpaksa."

Jeno mengedipkan mata dua kali. "Maksud lo?"

"Kita sama Heejin satu sekolah pas SMP. Kita ga pernah temenan, tapi yah satu kelas." Hwang menambahi. "Dia dituntut buat dapetin nilai bagus sama orang tuanya, tapi nahas, Heejin bukan anak ambis kayak yang diharapkan orang tuanya. Orang tuanya juga tau yang selalu dapet ranking tiga besar itu kita, jadi jangan kaget kalau tiap hari mereka nyinggung kita."

"Alhasil, Heejin dendam sama kita, ya kayak sekarang ini."

Jeno memanggut. "Kalau gak salah, Heejin ada niatan buat bongkar rahasia kalian dan sekolah. Gue boleh tau itu apa?"

Hwang menoleh pada Kim untuk meminta persetujuan. Namun, Kim sepertinya tak setuju dan malah menghindar dan pergi sambil membawa gelas cokelat panasnya.

"Jangan kasih tau siapa-siapa tapi. Janji?"

Jeno memutar bola mata. Hwang ini seperti anak kecil yang ingin memberitahukan gebetannya saja. "Iya, janji." Tapi maaf, gue akan mengecualikannya untuk Jaemin.

"Kita sodaraㅡtepatnya kembar."

Jantung Jeno rasanya seperti telat berdetak sedetik. Ia kembali menyipitkan mata meski dadanya tiba-tiba bergemuruh. "Jangan bohong. Kalian kan cuma tetangga."

Hwang tertawa, giginya yang rapi sampai terlihat jelas. "Ngapain bohong? Emang ini kok rahasia kita. Dan juga kita anak indigo, bisa merasakan dan melihat sesuatu."

Jeno meneguk saliva-nya ragu-ragu. "Oh... beneran, ya? Jadi Heejin mau bongkar itu? Buat apa, sih?"

Hwang sekarang yang gantian memutar bola mata. "Ya biar gue sama Kim dijauhi sama diejek lah. Apalagi? Lagian dia tau kalo orang tua kita dah cerai. Mikir dong lo."

20:00 [✔]Where stories live. Discover now