37 | kita bertemu

41 12 0
                                    

| 20:00 |

disarankan untuk mendengar multi media sambil membaca part ini

"Hei... jangan nangis lagi. Mama bakal ada di sini selalu buat Soobin kok."

Sosok wanita di sebelah Soobin terus berkata seperti itu. Namun, karena Soobin terus-terusan mendiaminya, ia mencoba untuk menyentuh punggung Soobin yang bergetar.

Tembus.

Soobin yang menyadari itu pun langsung menegakkan tubuhnya untuk menyender meski tangisnya tetap berlanjut. "M-mama, mau peluk Mama." Tangannya terentang, bersiap untuk menerima pelukan dari sosok sang mama.

"Choi Soobin, kamu liat sendiri kan tadi? Tangan mama tembus di badan kamu," ucapnya dengan senyum kecut.

Setelah delapan tahun terpisah beda dunia, Soobin masih juga tak bisa merasakan halusnya tangan sang ibunda? Tidak, cowok itu tidak akan menyerah begitu saja.

Jadi, ia tetap memajukan dan menjatuhkan tubuh di depan sosok sang ibunda. Mencoba untuk melawan hukum alam semesta.

"Soobin, jangan!—"

Tanpa disangka, sesuatu terjadi. Perkiraan sosok sang wanita itu salah. Soobin tak jatuh di semen yang ia duduki saat ini, tapi jatuh di pelukan sosok mama.

"Soo... bin? Soobin! Kamu ...." Sosok itu segera memeluk anaknya. Mengelus punggung dan menggenggam tangan cowok di sebelahnya dengan sangat halus.

Jantung Soobin seakan berhenti berdetak. Cepat-cepat dirinya menyentuh telinga kanan—bentuknya seperti sedia kala. Tangannya juga tampak tembus seperti tangan ibunya.

"MA! Mama! Soobin bisa peluk Mama lagi! Bisa rasain tangan Mama! Dan ..." Tangannya berpindah pada tangan mama di punggung. "... Soobin b-bisa rasain tangan mama! Yang terakhir kali aku genggam sebelum jasad mama dimasukkan ke peti."

Tak ada alasan bagi Soobin untuk merintih dengan banjir tangisan. Memori bahagia sampai memori kelam bersama mama pasti tak akan dilupakannya.

"Soob, kamu tau nggak? Mama nggak pernah kangen sama kamu."

Gelagat Soobin langsung berubah. Kecewa menusuk hatinya. "Kenapa? Soobin salah apa sebelum Mama pergi?"

Mama malah tertawa dan melanjutkan, "Mama nggak pernah kangen sama kamu, karna Mama selalu ada di tempat ini."

Jari telunjuk mama tepat menekan pada dada tengah Soobin, yang berarti,

"Tubuh Mama emang mati. Tapi jiwa Mama tetep abadi di ruang hati kamu. Selamanya." 

Kalimat yang langsung menusuk ulu hati Soobin. Dan itu dari roh ibunya sendiri—penyebab kekhawatirannya selama ini.

"Jadi? Happy ending?"

Kepala mama dimiringkan. "Hm? Apanya?"

Tangan besar cowok Choi itu menari-nari di udara. Tampak sedang menuliskan sesuatu di sana. "Aku, dengan Mama, akhirnya hubungan kita akan berjalan bahagia." Ia menyengir lebar, membuat wajahnya tampak seperti Choi Soobin berumur lima tahun. "Ma? Mama nggak marah kan kalo Soobin jadi kayak gini?"

Yang dimaksud Soobin adalah kematiannya. Mama Soobin pasti tahu kalau anak semata wayangnya itu meninggal diakibatkan oleh pertengkaran hebat dengan gengnya. Makanya ia sama sekali tak kaget ketika melihat tubuh Soobin yang berubah wujud.

"Tapi, apa kamu juga kecewa dengan kepergian Mama?" Pertanyaan dibalikkan.

Soobin mengambil waktu sebentar untuk berpikir. "Gak, nggak sama sekali. Aku cuma sedih tiap saat. Sedih, karna satu-satunya sosok yang berharga di hidup harus pergi ninggalin aku berjuang sendiri."

"Nah, seperti itulah. Mama juga ngerasain hal yang sama. Mama sedih, harapan mama satu-satunya di dunia udah pupus. Jadi, yah... mau gimana lagi?" Si wanita beranjak dari duduk dan  berjalan menuju peti kemas. "Jadi, kamu mau pulang?"

"Pulang...?"

"Ya, pulang. Ke rumah kita, keluarga kita."

Tepat saat itu, jam menunjukkan pukul delapan malam. Angin malam agaknya bisa menusuk sampai permukaan tulang. Suasana mencekam makin menguar, bahkan Soobin dan teman-temannya yang ada di dalam peti kemas pun dapat merasakannya.

"Oh, mama punya satu permintaan sebelum kita pergi." Soobin mengernyitkan dahi karena pertanyaan ibunya. "Ambil buku dari laki-laki yang namanya Choi Yeonjun itu. Kita akan melakukan hal fantastis yang membuat kita perlu buku itu."

***

Pukul tiga dini hari. Ponsel Soobin bergetar di bawah bantal. Sudah saatnya untuk beranjak dari mimpi indah dan melakukan aksi.

Soobin mencari buku milik Yeonjun yang tersimpan di rak di atas ranjang si empunya. Tak ada yang masalah sebenarnya. Tapi, buku di rak itu ada banyak sekali dan timpang-tindih dengan yang lain.

Bukankah jika ia mengarahkan senter pada rak itu adalah bunuh diri? Soobin bisa ketahuan kapan saja. Belum lagi kalau proses pengambilan bukunya membutuhkan waktu lama. Dan belum juga kalau rencananya itu gagal dan ....

"Ck, pikiran lo aneh-aneh aja. Sadar Choi Soobin, sadar! Ini demi mama juga!" monolognya sepelan mungkin.

Tanpa mau membuang waktu lagi, cowok itu mengendap menuju ranjang Yeonjun yang berada tak jauh dari ranjangnya. Mengendap sambil mengarahkan senter pada rak. Keadaan peti kemas benar-benar gelap sampai mengetahui mata sedang terbuka atau tertutup saja tak bisa.

Cowok itu mengobrak-abrik buku di rak Yeonjun. Tak susah untuk menemukannya, karena ukuran buku yang kecil dan kontras dengan warna buku lain. Hanya mengambilnya saja yang sangat sulit.

Soobin menaruh senter ke nakas yang memisahkan antara ranjangnya dengan ranjang Yeonjun. Lantas mencoba untuk menarik buku itu

1

2

3!

Brak!

Choi sampai gelagapan sendiri mendapati dirinya sendiri terjungkal dengan beberapa buku yang jatuh mengenai kaki. Suara bertubrukan itu membuat Yeonjun menggeliat dan meracau tak jelas.

"Kak Namjoon... jangan ganggu gue pas tidur!" Begitu kata Yeonjun. Sambil mengusap ujung bibir yang penuh dengan air liur.

Dengan cepat Soobin mematikan senter sambil mencoba untuk beranjak. Tas ransel berisi barang-barangnya ia rangkul dengan buku di tangan.

Tibalah ketika ia berdiri di depan pintu peti kemas. Berhenti sejenak untuk menatap ke belakang, ke tempat penuh kenangan itu.

"Choi Soobs?" Itu panggilan dari sosok mamanya. Ia menatap dengan pandangan sekelam malam. "Ayo, cepet sebelum kita ketauan."



***

chapter kali ini khusus lapak buat nangisin interact choi soobs with his mom

ga cuma di sini aja sebenernya hehe

besok bakal banyak teori, jadi pastikan kalian siap buat nemuin detail sekecil apa pun itu

soo stay tuned guys 👀

20:00 [✔]Where stories live. Discover now