26 | pertengahan

46 16 0
                                    

| 20:00 |

"Maksud lo apa nuduh gue kayak gitu?" Minhee mendorong bahu Jisung. Demi apa pun, wajah tengil normalnya berubah jadi menyeramkan sekali sekarang.

Tapi, Jisung yang tak mau kalah lantas kembali melangkah maju. Balas mendorong bahu cowok di depannya. "Lah emang nyatanya gitu kan? Lo ga percaya?" Sekarang. nada bicaranya jauh lebih tinggi. "Apa gunanya gue bilang kayak gini, kalo bukan mau bantu lo?!"

Selepasnya, Chaerin dan Yeonjun datang bersamaan. Wajah mereka tampak amat panik. Menatap dua orang yang kini sedang bergelut dilihat banyak orang. Empat pasang mata saling bertatapan saat ini.

Tampak Yeonjun di sebelah Chaerin, yang menatap penuh tak suka pada Jisung. Yang tentu membuat Jisung sendiri salah tingkah dan ketakutan. "Gue cabut. Terserah lo mau gimana. Gue udah kasih saran." Sosoknya lalu pergi, lenyap begitu saja ditelan kerumunan orang.

"Minhee! Lo gapapa?" Chaerin yang pertama mendekat. Dia yang paling khawatir, karena tahu betul watak Jisung seperti apa jika sudah marah.

Yang ditanya masih bergeming menatap arah perginya Jisung. Amarah masih melekat pada hatinya. Jangan ... sebaiknya cowok itu tidak bersama dengan sembarang orang untuk saat ini.

"Chae, gue urus Minhee. Lo ke Jisung aja."

Chaerin yang kaget, sepenuhnya menatap Yeonjun. "Gapapa?"

"Hm."

Pada akhirnya, Chaerin yang kini sedang panik, meninggalkan Minhee begitu saja. Pun dengan para penonton pergelutan yang ikut berpindah tempat. Para orang-orang penyuka keributan itu lebih tertarik dengan Chaerin-Jisung.

Minhee berdecak. Kekesalannya makin memuncak kala Chaerin meninggalkannya hanya demi Jisung. Ia mungkin memang tahu prioritas Chaerin tak hanya dirinya, tapi yang ini benar-benar menjengkelkan.

Dan sekarang saatnya Yeonjun yang menggantikan peran Chaerin. Ia menarik lengan Minhee ke ujung lorong terdekat. Memastikan siapa pun tak ada yang mendengarkan percakapan intim mereka.

"Jisung ngomong apa?" Pertanyaan pertama keluar dari Yeonjun.

Bukannya menjawab, Minhee malah tertawa sinis. "Chaerin ga bakal nanya gitu. Dia bakal nanya keadaan gue dulu."

Sekarang Yeonjun jadi tak habis pikir dengan Minhee. Apa memang sikapnya seperti ini saat marah? Benar-benar gila. "Gue bukan Chaerin. Sekarang lo jawab, atau lo mau gue ancam?"

Barulah Minhee tampak ketakutan dan tampak lemah seperti biasa. "Itu ... Jisung bilang lo sama temen-temen lo itu bukan manusia. Terus kata dia, kalian itu jahat. Ya, makanya gue marah dong."

Lanjut dengan Yeonjun yang mengulurkan tangan.

"Buat apa?"

Si pemilik tangan malah tambah memajukan tangan ke depan Minhee. "Kalo lo mau buktiin gue manusia atau enggak."

"Dih. Ngapain? Gue kan udah sering nepuk badan lo." Minhee malah jadi bergidik. Merasa aneh dengan Yeonjun yang mendadak konyol.

Kemudian pergi begitu saja ke arah tangga, sepertinya akan kembali ke kelas. Sudah diteriaki Yeonjun pun sama saja. Benar-benar tak ada niatan untuk balik badan.

Pikiran Yeonjun makin terpecah sekarang. Tugasnya semakin berat dan sekarang masalah pun bertambah pula. Prioritasnya memang tugas dari Namjoon, tapi bukan berarti Minhee—sosok pertama yang mengajaknya berteman itu harus ia abaikan.

***

Agaknya Yeonjun benar-benar merasa pening di kepala. Apa-apaan lagi ini? Mengapa orang tua Taehyun kembali datang ke sekolah?

"Yeonjun! Anak yang namanya Choi Yeonjun mana?! Sini kamu, ke hadapan saya kalau berani!" Ibu Kang berjalan sambil menghentakkan kaki. Di sebelahnya sudah ada Beomgyu, penyebab mengapa Yeonjun yang dipanggil-panggil saat ini.

Melihat Yeonjun yang sedang di pojokan kelas, kedengkian Beomgyu makin menjadi. Ia benar-benar tak rela cowok itu hidup. "Woi, Yeonjun!" teriak cowok galak itu.

Sontak saja semua perhatian terarah pada dua kubu tersebut. Membuat Yeonjun menoleh dan segera meletakkan buku yang sedang dibacanya. Dan karena ia bukan tipe cowok lemah, jadi Yeonjun langsung berdiri dan keluar kelas, menemui ketiganya.

"Jadi ini anak yang bikin Kang Taehyun pergi tanpa jejak?" tanya Ayah Kang. Pandangannya pada Yeonjun makin menajam. Tunggu ... tak hanya tajam, bahkan panas.

Kini Yeonjun mulai mengerti arah pembicaraannya akan ke mana. Sesegera mungkin ia berkilah. Namun, secepat apa pun ia berkilah, ucapan Beomgyu jauh lebih cepat melesat dan menusuk.

"Ya. Dia pembunuh anak kalian."

Maka dengan ini, Ayah Kang yang percaya, langsung menyerang Yeonjun. Sampai semua hasrat balas dendamnya terpenuhi. Juga tak peduli dengan para siswa yang berkumpul untuk menonton. Sampai pada akhirnya, para pihak sekolah mengusir orang tua Kang dan membawa Yeonjun ke tempat yang aman.

"Ck, kok cuma segitu? Gak seru ah," decak Beomgyu.

Cowok yang hendak pergi dari tempat kejadian, otomatis terhenti kala melihat sebuah benda persegi tebal di atas meja milik Yeonjun. Itu buku yang sempat cowok berambut kuning itu baca tadi. Buku yang sama dengan buku yang sempat ia rampas dahulu.

Akibat rasa penasaran yang tak dapat terbendungi, ia langsung masuk ke kelas dan diam-diam membuka buku secara acak.

CHOI BEOMGYU

Hati-hati, kepribadiannya seperti ular

Membacanya, Beomgyu kaget. Bisa-bisanya namanya ada di sana, ditambah dengan deskripsi aneh di bawah. Tepatnya, deskripsi negatif. Kekesalannya pada Yeonjun makin memuncak, karena mengira itu adalah ulah Yeonjun.

Tak terima, jadi Beomgyu memutuskan untuk menghampus tulisannya. Dengan apa? Tentu saja dengan penghapus yang ia ambil dari loker salah satu siswa. Hasilnya nihil. Tulisan itu benar-benar tak dapat terhapus sedikit pun.

Malah, bukannya tulisannya jadi pudar, satu kalimat lagi mendadak muncul di kertas itu.

Siapa saja bisa dipermainkan olehnya


Penglihatan barusan sangat membuat Beomgyu syok. Buku apa yang bisa mengisi tulisan dengan sendirinya? Si cowok kepala batu itu masih mau berpikir rasional ... tidak, tidak bisa. Bahkan isi pikirannya pun menolak.

"Ck, apa-apaan sih."

Beomgyu keluar meninggalkan buku yang masih terbentang terbuka itu. Pergi dengan rasa gundah dan syok luar biasa.

20:00 [✔]Where stories live. Discover now