16 | bagian taehyun

90 24 0
                                    

| 20:00 |


Ketika bel berdering nyaring, Yeonjun baru terbangun saat itu juga. Ia menguap dan meregangkan tubuhnya, sampai membuat Minhee di sebelahnya jadi sangat terganggu. Biarlah. Toh sang guru sudah keluar duluan.

"Lo emangnya dari dulu emang kayak gini, ya?" celetuk Minhee sembari memasukkan semua buku yang ada di atas meja ke laci. "Gue ga habis pikir, sih. Ngapain lo pindah sekolah? Padahal belum lama juga tahun ajaran baru dimulai."

Yeonjun mendelik samar. "Terserah gue laah."

"Dih, anak mamih nih pasti."

Yeonjun melotot. Ia menghentikan kegiatan meregangkan tubuhnya. "Heh, enak aja ya lo."

Lalu, dibalas oleh tawa Minhee. "Bercanda. Gitu doang marah, ah." Ia bangkit dan menatap keluar jendela kelas. "Cuaca akhir-akhir ini lagi bagus banget, ya? Gak hujan, gak panas."

Kalau Yeonjun sih iya iya saja. Ia juga tak peduli mau hujan atau tidak. Semua cuaca terlihat sama di matanya. Tapi, kalau pun memang cuaca sedang benar-benar cerah syukurlah. Setidaknya ia tak harus hujan-hujanan dan bertemu makhluk aneh lagi semacam Minhee.

"... loh, Taehyun mana?"

"Taehyun? Siapa?"

Hanya melirik, Yeonjun lantas memfokuskan kembali perhatiannya pada tiga sosok transparan di depan kotak peti kemas. Hanya ada Beomgyu, Kai, dan Soobin di sana. Ke mana Taehyun?

"Njun, ayo?" ajak Minhee ragu-ragu. Temannya yang satu itu benar-benar terlihat tak mau diganggu.

Tapi pada akhirnya, ia tak bisa berlarut-larut dalam pikiran. Yang itu nanti saja, dia bisa cari tahu di belakang Minhee nanti.

Belum juga ada lima langkah mereka keluar dari ruang kelas, seorang siswa menabrak Yeonjun dari depan. Entah sengaja apa tidak, tapi itu membuat cowok berambut kuning itu sampai hampir terjungkal.

Dan dengan lagaknya, Yeonjun langsung mengangkat kepala dengan posisi tubuh masih sedikit berjongkok, ingin marah. "Woi! Lo ...."

Lima detik itu, bagaikan terenggut begitu saja dan membuat waktu seakan terhenti. Keadaan sekitar bagai time lapse dan hanya dua orang itu yang membeku sambil saling tatap. Mata bening Yeonjun bertemu dengan mata kecokelatan milik Taehyunㅡini karena cowok itu memakai soft lens agar mata merahnya tak terlalu kentara.

"Taehyun ...?" Yeonjun sekarang benar-benar terjungkal sekarang. Pinggangnya bahkan sampai menyentuh laintai juga.

Cowok berambut merah pudar yang dipanggil itu langsung mengernyit, pura-pura heran. Ia beralih pada dua sosok di belakang punggungnya dan segera kembali memfokuskan diri pada Yeonjun.

"Maaf udah nabrak lo tadi. Ga sengaja. Lo ... kenal gue?"'

Hanya dengan ucapan tiga kalimat itu, Yeonjun bisa sangat marah. "A-apa sih?! Lo kenapa ikut gue ke sini?!" Dengan dibantu Minhee, cowok itu kembali berdiri sembari menunding Taehyun.

"Sorry, gue ga kenal lo kayaknya ...? Permisi ya, gue mau jajan."

Baru kali ini Yeonjun melihat Taehyun, teman satu gengnya yang terkenal pendiam itu bersikap seperti itu padanya.

Apa Taehyun lupa Yeonjun adalah ketua geng mereka? Apa Taehyun juga lupa kalau Yeonjun juga sudah memerintah agar tidak ada yang ikut campur ke dalam urusannya? Jika Taehyun masih ingat itu semua, mungkin cowok angkuh itu yang gila.

***

"Habis kamu dan Taehyun siapa lagi? Soobin? Beomgyu? Atau bahkan, Kai?!"

Pak Junho tak habis pikir lagi. Baru saja siang tadi Bu Sooyoung menceritakan keanehan di kelasnyaㅡkehadiran murid baru, dan itu Kang Taehyun, salah satu korban dari peristiwa kebakaran hebat yang sempat menjadi berita fenomenal.

"Terus kalo saya bilang mereka emang bener masih hidup, gimana?" ejek Yeonjun. Benar-benar bukan sikap yang pantas pada seorang guru.

"Kamu ... astaga. Choi Yeonjun, orang tua kamu nggak marah kalau kamu sekolah di sini lagi dan membuat keributan?"

Pertanyaan itu telak menghujam hati Yeonjun. Dia jadi teringat soal ayah dan ibunya, apakah mereka masih bersedih karena anaknya telah lama meninggal?

"Haha," Yeonjun tersenyum lebar, "Orang tua saya aja gak tau kalau saya hidup lagi, juga orang tua teman-teman saya."

"Lagi pun, kehadiran kami di sini bukan untuk melipur lara yang ...." ... bodoh itu. Yeonjun melanjutkan di batin dan bergidik jijik. "Kita ke sini ada maksud lain dan ... tenang aja, kami nggak lama di dunia kok, hehe."

Dan jawaban itu juga telak menghunjam hati Pak Junho. Pria itu terdiam kaku dan mendadak kulitnya jadi terasa dingin. Ada setitik kecil keinginan yang mau ia utarakan sejak dulu.

"... Kalau gitu, Bapak boleh ketemu sama Kai?"

***

























"Gak, dia temen gue dulu di sekolah lama. Gue juga gak tau tuh, kalo Taehyunㅡtemen gue tadi sampe ngikut gue ke sekolah ini."

"Ooooh."

Yeonjun menghela kasar, menjauhkan wajahnya dari ponsel. Dia sebenarnya tak suka dengan cara Minhee yang kekanak-kanakan ini. Menelepon hanya untuk membicarakan Taehyun? Cih, seperti anak perempuan saja.

Ia lanjut menujukan atensi pada buku diarinya ketika tak mendengar suara lagi dari seberang sambungan sana. Pensil di tangan ia torehkan pada kertas untuk menuliskan sesuatu.

"L-loh, kok ga bisa?!"

Sekali lagi ia mencoretkan pensil pada kertas tua itu, tapi tetap tak berhasil. Yeonjun pun yakin pensilnya bukan pensil murahan yang bahkan tinta keringnya tak terlihat sama sekali.

Cowok itu menyomot pulpen yang ada di dekat paha. Dan benar, ia sudah menyoret kertas dengan tinta pulpen di sana, tapi sama sekali tak ada yang tampak.

"Gila. APA-APAAN LAGI INI?!"

20:00 [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang