44 | mama dan peri

24 10 0
                                    

| 20:00 |

Langit keunguan gelap di atas sana tampaknya sengaja menakuti Soobin. Cowok itu agak ngeri melihat keadaan sekitarnya. Ia merasa seperti di dunia dongeng yang kelam.

"Peri? Beneran ini tempat mama diculik?" Soobin memberanikan diri untuk bertanya. Tadinya sempat ragu, karena wajah peri sampo tampak serius tak seperti biasa.

Anggukan datang dari makhluk imut berbadan kecil itu. "Tepatnya di atas menara sana. Piri! Kamu harus melewati labirin di depan untuk mencapai menaranya!"

Labirin berbahan tanaman boxwood setinggi tiga meter dengan alur berliku nan rumit. Tampilannya memang normal, tampak seperti labirin pada umumnya. Tapi entahlah, tidak ada yang tahu ada apa di dalam sana. Di tengahnya menjulang menara setinggi gedung lantai tinggi.

Tangan Soobin mulai terasa tremor kembali. Tapi tetap memaksakan kaki utuk berjalan masuk ke pintu masuk labirin yang ada di hadapannya.

"Semoga kali ini Tuhan berpihak ke gue."

Baru seperempat jalan, Soobin sudah menemukan persimpangan empat arah. Membisu adalah pilihannya. Salah memilih jalan, maka ia harus berbalik. Itu memuakkan.

"Peri sampo, jadi kita harus belok ke arah ma ... na?"

Ketika kepalanya menoleh, ia tak mendapati peri sampo di mana pun. Apa peri sampo sedang berinisiatif terbang untuk mencari jalan keluar? Kelihatannya tidak seperti itu. Peri sampo tidak kunjung datang setelah Soobin lama menunggu. Apa makhluk itu tidak mengikutinya sejak tadi?

"Ck, gue ditinggal sendiri." Soobin bermonolog kesal.

Karena tak mau lama membuang waktu, cowok itu memilih untuk terus berjalan. Memilih salah satu dari tiga jalur adalah hal yang rumit, tapi ia harus menerima resiko.

Pada dasarnya memang insting Soobin-lah yang lemah. Pandangannya nanar pada tanaman boxwood yang menutup jalannya. Ia harus berbalik dan mencoba jalur lain. Namun, sebelum itu, sepintas ide muncul di benaknya.

Kaki panjang cowok itu mulai tertekuk dan mulai direnggangkan kembali. Soobin melompat dan mencoba untuk berbuat curang. "Ah, tetep ga keliatan!" desisnya. Memiliki badan tinggi semampai rupanya belum cukup untuk memudahkan diri.

Dengan pasrah, cowok itu kembali berjalan menyusuri jalur yang ada. Demi mama, Soobs, demi mama!

"Ini berhasil rupanya."

"Huh?" Soobin berhenti kala mendengar suara lain. Suaranya serak dan terdengar sangat asing. Siapa gerangan yang memiliki suara seburuk itu?

Soobin mulai menajamkan pendengaran. Tangannya mengusap pelan telinganya yang berujung runcing tersebut. Seakan pendengarannya akan berubah sangat tajam jika melakukan hal tersebut.

Beberapa kali sempat tersesat, tapi akhirnya ia sampai. Jalur yang ia telusuri berujung pada halaman luas dengan menara tinggi di tengah-tengahnya. Inilah tujuan Soobin sebenarnya. Entah mengapa suara tadi juga berasal dari sini. Inikah yang disebut sekali merengkuh dayung, dua pulau terlewati?

"Maㅡ"

"Shuut!"

Soobin membelalak. Tubuhnya seketika runtuh begitu saja. Sembari mencoba untuk berteriak, ia juga berusaha untuk melepas bungkaman di mulut. Tapi, kekuatan tangan itu terlalu kuat. Untuk sekadar menolehkan kepala saja sampai tak bisa.

"Jangan berisik!"

Kala sadar dengan siapa pemilik suara tersebut, Soobin langsung melepaskan diri. Kekuatan itu tiba-tiba saja datang. Tubuhnya mencoba bangkit, sementara matanya seakan memindai sosok di hadapannya. "LoㅡChoi Yeonjun?! Kenapa .... kenapa?"

Yeonjun yang masih terduduk di tanah mengangguk. Alisnya menukik tajam. "Nanti aja tanya-tanyanya. Sekarang kita perhatiin sosok mama lo itu."

Mendengar kalimat dari Yeonjun makin membuat Soobin bingung. Tapi ia tak mau mempersulit keadaan. Jadi ia kembali bersembunyi di belakang dinding labirin dan ikut memperhatikan sesosok yang berdiri sendiri di tengah halaman.

Sosok itu benar-benar mirip dengan almarhumah mama. Bertubuh tinggi dan berparas cantik. Namun, ada satu yang aneh. Raut wajahnya. Sama sekali tidak mencerminkan sosok mama yang terkenal manis dan kalem.

"Itu cuma mama, Choi Yeonjun. Mama pasti enggak bisa keluar dari labirin ini!" bisik Soobin, si buah hati kesayangan.

Tetapi, pernyataan itu terpatahkan dengan sesuatu yang terjadi selanjutnya. Tampak dari tubuh mama keluar cahaya gelap kelam, dan sejurus kemudian mengubah sosok mama menjadi sosok wanita lain.

Dari samping, makhluk itu tampak mengerikan. Tubuhnya besar dengan rambut sepanjang pinggang. Entah bagaimana wajahnya, tapi dua cowok itu yakin wajah makhluk itu akan cukup membuat anak-anak seperti mereka berteriak ketakutan.

"Peri sampo?!"

Soobin menutup mulut kala tak sengaja mengeluarkan suara keras. Buru-buru ia menyender ke dinding labirin untuk mengatur napas. Hampir saja sosok itu melihat dirinya.

Benar-benar tak bisa dipercaya. Makhluk mengerikan tadi, entah dengan aba-aba apa langsung berubah menjadi peri sampo yang manis dan imut. Benar, peri sampo yang sama dengan teman Soobin sejak kecil.

Peri itu was-was menoleh ke segala arah setelah merasa mendengar sesuatu. Karena itulah, buru-buru Yeonjun menarik Soobin untuk keluar labirin. Meski mereka beberapa kali sempat salah jalur, pada akhirnya sampai juga di tempat awal mereka terjatuh ke labirin.

"Ayo pulang."

"Gak."

Apa lagi sih? Jujur saja, Yeonjun sudah lelah dengan semua ini. Ia hanya ingin tidur di markas dan menikmati sisa hidupnya. Ada saja yang harus ia lakukan, atas perintah Namjoon. Teman-temannya seakan sengaja mengganggu.

"G-gue yakin kita salah liat tadi. Atau, yang tadi itu bukan mama?! Iya, betul! Pasti yang kita lihat tadi adalah jelmaan makhluk lain. Dia pasti mau memanipulasi mama!" Soobin terus saja bicara yang bukan-bukan. Kalimat yang keluar dari mulutnya bagai kereta yang terus melaju pada rel.

Soobin tentu belum bisa memercayai apa yang dilihatnya tadi. Arwah mama berubah menjadi sosok mengerikan, lantas berubah lagi menjadi sosok peri yang menemaninya sejak kecil? Bukankah itu terlalu tiba-tiba untuk diproses otak?

Tanpa menunggu lama lagi, Yeonjun cepat-cepat menggenggam lengan Soobin erat. Cowok itu mulai melompat menuju lingkaran portal ...



... dan mereka pun lenyap dari tempat itu.

20:00 [✔]Where stories live. Discover now