51 | kenyataan

21 8 0
                                    

| 20:00 |

PRANG!

"Apa itu?!"

Papa, mama, kakak, dan adik Kai spontan menoleh ke belakang. Ke arah di mana suara melengking itu berasal. Jadi, apa yang didapatkan oleh mereka?

"Kenapa tong sampahnya jatuh sendiri?" Hiyyih bergumam bingung.

Kai ikut menoleh. Meski sempat kesulitan untuk memutar tubuh, ia tetap berusaha untuk melihat apa yang sedang diributkan keluarganya. Berbeda dengan anggota keluarganya yang lain, wajah Kai malah memucat. Tubuhnya yang sudah kaku, makin kaku karena melihat sesuatu.

"Paling cuma kucing. Udah yuk, lanjut jalan!" Lea menceletuk dan melangkah lebih dulu. Disusul dengan yang lain, meninggalkan Kai sendiri di belakang.



Diam-diam Kai berlari mendekati tong sampah tersebut. "Ngapain lo di sini?!" bisik Kai.

Yeonjun yang berjongkok tegang di belakang tong sampah yang terjatuh, hanya bisa menyengir. Cowok itu tak sengaja tertarik ke depan, ketika Kai berjalan. Jadilah ia menabrak tong sampah dan membuat perhatian semuanya terarah padanya. Untungnya tepat saat itu, tubuhnya berubah wujud menjadi tak terlihat.

"Maaf, gue ketarik ke sini juga gara-gara lo. Kayaknya benangnya kurang panjang, ya? Kita sampe ga bisa kepisah gini hehe." Yeonjun menjawab dengan sangat canggung.

Kai menepuk dahi. "Bisa-bisanya... Ya udah, lo ikut gue dulu ke rumah. Baru nanti gue anter lo ke rumah lo, oke?"

"H-hah?! Taㅡ" Omongan Yeonjun terpotong, karena Kai sudah segera menarik cowok itu untuk ikut dengannya.

Kai kembali pada kumpulan anggota keluarganya. Ikut bercanda ria, tak peduli kalau ia baru saja meninggalkan Yeonjun sendirian. Yah, setidaknya cowok bermarga Choi itu tidak harus mengumpat sambil mengikuti langkah Kai lagi.

"Wah... rumah ini gak berubah." Yeonjun berhenti di depan rumah megah milik Kai. Iri? Kagum? Tidak juga. Miliknya bahkan lebih besar dari ini.

Cukup lama Kai di dalam rumahnya. Sepertinya keluarga anak itu tak mau merasa kehilangan lagi. Mereka susah sekali untuk membiarkannya pergi, meski sudah dengan alasan, "Mau main sama temen."

Menyusuri jalanan dingin berdua, Kai dan Yeonjun tampak senyap sekali. Tak ada percakapan yang mereka buat selama itu. Di atas sana, hamparan langit biru keunguan menjadi tenda untuk seluruh penghuni bumi. Angin bertiup sepoi seakan membekukan tubuh, kecuali bagi Yeonjun yang tubuhnya sedang dalam mode tembus.

Akhirnya, tiba juga di depan gerbang gedung apartemen setinggi dua puluh lantai. Di perbatasan petang begini gedung pencakar langit tersebut tampak sangat gemerlap. Di sanalah Yeonjun dan keluarganya tinggal selama belasan tahun ini.

Namun, siapa sangka, kalau tempat itulah yang paling ditakuti oleh Choi Yeonjun? Semasa hidupnya dahulu, Yeonjun tak mau berlama-lama di apartemennya. Itulah alasan mengapa dirinya pergi dari apart seharian dan akan pulang pagi buta hanya untuk istirahat sebentar dan sekolah.

Pertengkaran mama dan papanya lah yang membuat Yeonjun seperti itu. Yeonjun sebagai anak tunggal dari pasangan Choi pemilik apartemen terbesar keempat di Indonesia tidak selamanya hidup dengan bahagia. Dengan dihantui oleh bayang-bayang pertengkaran kedua orang tuanya, ia tumbuh sebagai anak temperamental.

Tapi, sejak ayahnya meninggal dunia, rumah terasa sepi. Yah... meski sesekali akan ada pertengkaran antara Yeonjun dengan mamanya. Persoalan tentang "ayah baru" yang tidak disetujui oleh anak putra satu-satunya itu.

Yeonjun dan Kai sudah tiba di lantai teratas. Wujud Yeonjun sudah berubah ke semula saat itu juga. Keluar dari lift dan menyusuri lorong. Tibalah mereka ke ruangan paling ujungㅡkhusus untuk keluarga pemilik apartemen ini.

Menekan tombol angka di daun pintu, Yeonjun tampak sangat gugup. "Oh, password-nya masih sama...?"

Ketika membuka pintu, alangkah terkejutnya Yeonjun dan Kai saat menemukan dua anak kecil bermain di ruang tengah. Entah di mana orang tua mereka, tapi tampak keduanya sangat senang bermain.

"Kakak siapa?" Seorang gadis berkuncir dua mengenakan gaun merah muda menghampiri. Wajahnya polos dan tak tampak ada ketakutan di rautnya. Justru, malah Yeonjun-lah yang ketakutan setengah mati sekarang.

Gadis yang lebih muda, di belakang gadis kuncir dua ikut menimbrung. Wajah mereka mirip. Kemungkinan besar mereka adalah adik-kakak.

"K-kalian yang siapa?! Ini rumah gue!"

Untuk memastikan semua dugaan buruknya, cowok berambut kuning pucat itu menyelonong masuk. Semua foto yang tergantung di dinding bukanlah potret keluarganya.

"Mamaㅡanjir?!"

Semua potret di dinding itu hanyalah menunjukkan sosok mama dengan pria tak dikenal, juga dua gadis kecil yang tadi menghampiri Yeonjun. Bukannya menyesali semua kesalahannya di masa lalu, Mama Choi malah melanjutkan kesalahannya sampai di titik ini.

Kai yang sedari tadi menunggu di luar merasa hawa-hawa tak enak. "YEONJUN?!" Dan, ketika sahabatnya itu ambruk di tengah ruangan, ia tahu ada yang tidak beres dengan keluarga ini.




***

yuhuu double update!
btw aku ikut sedih sama hubungan keluarga yeonjun :(

20:00 [✔]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora