33 | hari terakhir kedua

54 13 4
                                    

| 20:00 |

Tubuh Beomgyu masih menggigil sampai sekarang. Di depan ranjangnya ada meja yang penuh dengan benda-benda hangat. Termasuk teh hangat yang dibuatkan Hueningkai tadi.

"Maaf gue ga pernah peka." Kai berucap seperti itu sambil menggapai botol aromaterapi di atas meja. "Gue terlalu asik sama hidup baru ini, sampai lupa kalo lo satu-satunya sahabat gue dulu," sesalnya.

Beomgyu tak menjawab. Malah sibuk menghirup aromaterapi agar tubuhnya merasa enakan. Sebenarnya itu pun cara agar ia bisa tak menjawab. Kalau ditanya ia akan memaafkan Kai atau tidak, jawabannyaㅡtidak secepat itu.

Selama ini Beomgyu tersiksa, itu pun karena ia tidak punya teman. Budinya tempo lalu hampir dilupakan oleh Kai. Itu ... sangat menyakitkan.

"Sebagai gantinya, gue bakal nemenin lo sampai ngerasa baikan."

Beomgyu hampir saja menghirup air dari botol aromaterapi milik Kai. Ia mendongak, menatap mata cowok di depannya dalam-dalam. "Meski ... gue bakal sesekali nggak kekontrol lagi?"

Kai tentu saja mengangguk. Beomgyu saja bisa bertahan di sebelahnya meski sesekali harus terkena bully-an teman gengnya yang lain. Masa menjaga sosok lemah seperti Beomgyu saja tidak bisa?

"Makasih ...."

Lagi-lagi Kai mengangguk. "Udah, gue mau tidur. Besok kita harus sekolah lagi."

Lampu markas dimatikan. Kai sudah berjalan menuju ranjangnya untuk menyusul tidur Yeonjun. Tak butuh waktu lama baginya untuk masuk ke alam mimpi. Sekarang tinggal dua orang yang masih terjaga di dalam markas.

Lagi-lagi malam terasa sepi bagi Beomgyu. Dia jadi ingat hidupnya semasa SMA dulu. Hidup, bersekolah, berteman, berkumpul dengan keluargaㅡah ... dia jadi rindu orang tua dan adik laki-lakinya.

Omong-omong, apa mereka akan terkejut kalau Beomgyu datang ke rumahnya lagi? Reaksi apa yang akan mereka tunjukkan? Apakah kecewa dan malu, seperti reaksi orang tua Kang Taehyun pada anak semata wayangnya? Atau malah menyambut dengan sumringah, seperti reaksi Pak Junho pada murid kesayangannya?

Daripada itu, Beomgyu lebih takut akan satu hal. Apa anggota keluarganya masih utuh? Apa alamat rumah keluarganya masih sama seperti bertahun-tahun lalu?

Cemas kembali menghampirinya. Dengan lunglai, Beomgyu menyibak selimut dan berjingkat menuju meja lebar di seberang ranjang. Meja yang penuh dengan ponsel dan barang-barang lain milik seluruh anggota geng.

"Oh, gue lupa lagi." Kedua bahu Beomgyu melemas.

Hanya ada tiga ponsel di sanaㅡmilik Yeonjun, Soobin, dan Kai. Bukankah miliknya sudah dibuang kemarin? Dengan kondisi sudah hancur tak berbentuk. Ia masih belum bisa melepaskan kepergian ponselnya, tepatnya belum bisa rela kalau ia tak bisa main Instagram dengan leluasa lagi.

Tapi melihat ponsel Yeonjun, ia jadi ingat kalau akun Instagram-nya ada di sana juga. Buru-buru ia ambil benda pipih bertuliskan nama Choi Yeonjun dan memainkannya di ranjang. Untuk malam ini saja ia akan begadang. Hasratnya untuk mengecek akunnya sudah tak dapat ditahan lagi.

Ketika layar dinyalakan, cahaya silau menyerbak penglihatan. Buru-buru ia rendahkan pencahayaannya sebelum yang lain terganggu dan terbangun karenanya. Setelahnya jarinya yang lincah bergerak menuju ikon Instagram.

Notifikasi dan kotak direct massage milik Yeonjun ramai sekali, seperti di akun Beomgyu pula. Bedanya, dm di akun Yeonjun penuh dengan kalimat semangat dan pujian, tidak seperti Beomgyu yang akunnya hampir seluruhnya berisi cacian.

Ia beralih ke akun miliknya ... yang baru. Miliknya yang lama sudah dikunci dan di-non-aktifkan oleh Yeonjun sejak tragedi tadi siang. Kini Beomgyu memiliki akun baru lagiㅡ@devil.beom. Mendecak, ia sampai titik ini masih merasa aneh dengan kata "devil" itu.

20:00 [✔]Where stories live. Discover now