39 | ibu peri (2)

29 10 0
                                    

| 20:00 |

CHOI SOOBIN

Apa dia benar-benar baik seperti mama?

***

"Peri sampo? Peri yang bikin sampo khusus buat anak-anak yang rambutnya ada masalah?" tanya seorang gadis cantik, mengulang perkataan Soobin.

Di ruang kelas pada jam pulang sekolah, keduanya saling mengobrolkan hal aneh. Di saat anak cowok lain memilih untuk pulang atau bermain, Soobin malah menghampiri seorang gadis yang terkenal sangat suka dengan kartun princess, barbie, atau apalah itu. Jadi, Soobin pikir gadis itu juga tahu dengan dongeng peri sampo dan berniat untuk mengajaknya menjadi teman.

"Iya-iya!" seru Soobin antusias.

Gadis itu tampak berpikir. Boneka Barbie di pelukannya ia naikan sedikit. "Enggak. Aku gak pernah denger. Lagian aku tuh sukanya princess, bukan peri sampo!" Ia malah merajuk.

Soobin ikut kesal. Bibirnya moncong beberapa senti karena merasa direndahkan. "Tapi peri sampo itu ada tau! Mama aku bilang peri sampo itu ada! Aku aja pake sampo buatan peri itu."

Tampaknya, perdebatan mulai terjadi. "Ih kamu anak cowok masa percaya gituan sih! Peri kan cuma cerita. Kalo princess baru ada~" Si gadis memamerkan boneka barbie versi putri kerajaan miliknya.

"Terserah ah! Aku mau pulang aja!" rajuk Soobin sembari merangkul tas dan pergi dari ruang kelas.

Seperti hari-hari biasanya, cowok itu akan menunggu mama di halaman depan sekolah. Namun, yang tak biasa adalah mama yang tak kunjung datang setelah satu jam terlewati. Padahal jarak antara rumah dan sekolahnya tidak begitu jauh sampai harus memakan waktu lama.

Mama kok nggak jemput-jemput ya? Itu suara hati Soobin yang mulai merasa khawatir. Takut kalau mama ternyata memang lupa menjemputnya.

Awalnya Soobin memutuskan untuk tak peduli. Toh banyak teman-temannya yang juga belum dijemput. Bermain di sekitar halaman sekolah, karena tak mau bermain jauh-jauh dan merepotkan mama. Cowok kecil itu terlihat senang.

"Choi Soobin? Choi Soobin kan? Anak kelas satu-empat?"

Tahu-tahu saja seorang guru perempuan datang menghampiri Soobin yang sedang asyik bermain. Wajahnya pucat dan ia keliatan kecapekanㅡmungkin karena habis mencari Soobin.

"I-iya, aku Soobin. Ibu Jung kenapa?" tanya Soobin polos. Mencuri pandangan ke arah tangan Ibu Jessica dan menemukan ponsel yang menampangkan nomor yang tampak tak asing.

"Kamu ikut Ibu pulang, ya? Nanti kita pulang bareng guru yang lain juga? Ya, mau ya?" Ibu Jung terus membujuk Soobin, seakan tahu anak itu tak akan mudah untuk dibujuk.

Saat itulah ia ditinggal oleh teman-temannya, membiarkan mereka mengobrol berdua. Soobin mengernyit menatap Ibu Jung. "Kenapa semua guru mau ke anter Soobin pulang? Kan ada mama? Nanti kalo mama malah nyariin Soobin gimana?"

Ibu Jessica tampak hampir diujung. Ia membuang muka dan mengusap mata sesekali, dan kembali menatap anak kecil di depannya. "... Mama kamu ada di rumah. Sekarang ayo kita ke rumah kamu."

Tanpa bisa menolak lagi, Soobin ditarik ke parkiran belakang sekolah dan naik mobil Ibu Jung. Mereka tak berdua, ada beberapa guru lain yang juga ikut. Wajah mereka terlihat khawatir, sedih, dan bahkan salah satunya menangis tertahan.

Di situlah, firasat Soobin soal sesuatu yang buruk muncul.

Sampailah mereka di rumah Soobin. Seperti biasa, rumah itu tampak suram dan sepi. Tapi, bagi Soobin, rumahnya tampak menguarkan aura negatif. Mungkin itu efek dari firasatnya juga.

"AYAH?!"

Semua guru berhamburan masuk ke ruang tamu. Duduk di sekitar tubuh yang terbungkus oleh kain tebalㅡjenazah mama Choi, mama Soobin. Sedangkan, Soobin hanya berdiri di ambang pintu. Menatap nanar pada ayahnya yang hanya duduk di sebelah jenazah mama Choi sambil menunduk.

Entah apa yang dimimpikan Soobin semalam. Entah apa rencana Tuhan yang diberikan untuknya. Entah apa lagi yang akan Soobin lakukan setelah sadar akan kenyataan.

Bukankah ia terlalu dini untuk mengalami kejadian ini?

***

Soobin menatap rumput liar yang tumbuh di sebelah rumahnya. Dengan bersenderkan tembok, cowok itu meringkuk sendirian di sana. Tubuhnya kurus dan kotor karena kini mamanya telah tiada. Tak ada lagi yang memaksanya makan, juga tak ada lagi yang memintanya untuk mandi.

Iya, ayah Choi memang se-tidakpeduli itu dengan Choi Soobin. Maka, Soobin pun tak akan peduli dengan siapa pun, termasuk dirinya sendiri.

"Pirii, kenapa kamu di sini?"

Soobin melirik, sedetik kemudian melebarkan mata. Refleks memundurkan tubuh dan kepalanya malah menubruk tembok kasar rumah. "A-aduh!"

"Kamu gapapa?!" Sosok manusia kecil bersayap perlahan mendekati Soobin. Ia tak sengaja melihat rambut Soobin yang rontok sedikit demi sedikit karena benturan keras tadi. Jadi ia lebih mendekat dan memeriksanya. "Kamu enggak pakai sampo khusus lagi ya?"

Soobin menoleh ke belakang kepalanya. "Peri sampo? Kamu beneran peri sampo?!"

Peri itu tersenyum. Wajah kecilnya tampak semakin manis. "Iyaa benar, pirii! Aku ke sini karna mama menitipkan kamu ke aku!"

"Mama kanㅡmama?!"

Peri sampo mengangguk. "Aku bakal terus temenin kamu di sini, untuk pengganti mama kamu!"

20:00 [✔]Where stories live. Discover now