3

31.9K 4.3K 81
                                    

Ratusan pasukan kerajaan Vantiago kini berbaris rapi di depan istana kerajaan Alley. Setelah berbenah diri dan mengemas semua barang rampasan perang, mereka kini bersiap untuk kembali ke Vantiago. Tidak semua, sebagian besar dari pasukan akan tinggal untuk menjaga keamanan kerajaan Alley setelah peperangan. Para penghuni istana yang masih hidup akan menjadi tahanan jalan untuk membenahi istana Alley seperti sedia kala.

Seorang pria berdiri tegap menghadap para prajurit. Tatapan tajam serta aura dingin yang menguar pekat di sekitarnya, membuat orang-orang menundukkan pandangan dengan sendirinya. Hawa keberadaannya begitu terasa, hingga tekanan udara terasa berat karena kehadirannya.

Raja kerajaan Vantiago. Mampu membuat orang menunduk dan bertekuk lutut walau tak melakukan apapun.

"Yang Mulia." Cristian, Jenderal perang datang menghampiri sang Raja. "Bagaimana dengan perempuan itu?"

Elden mengalihkan pandangannya, menatap perempuan yang kini dipaksa berlutut di dekat barang rampasan perang. Ia menundukkan kepalanya, hingga surai peraknya menghalangi wajahnya. "Dia akan menjadi tahanan perang," ucap Elden dengan sorot mata tak terbaca.

"Ta-tapi Yang Mulia, dia putri kerajaan Alley. Bagaimana jika penduduk Alley tahu jika ada keluarga kerajaan yang masih hidup? Hal tersebut dapat memicu perlawanan dan pemberontakan dari para penduduk Alley, Yang Mulia."

Elden tersenyum miring. "Kalau saat itu tiba, aku sendiri yang akan memenggal kepalanya lalu menggantungnya di gerbang kerjaan Alley," katanya sarat akan ancaman.

Melihat sang Raja yang tak ingin mengubah keputusannya, Cristian hanya bisa mengangguk paham. "Dia akan ditahan di sini, atau di bawa ke Vantiago, Yang Mulia?"

"Dia akan ikut bersama kita ke Vantiago."

Sekali lagi Cristian mengangguk. "Berdasarkan informasi dari para penghuni istana, Putri itu dijuluki Putri Kastil," ujar Cristian yang membuat Elden menoleh ke arahnya.

Paham dengan tatapan sang Raja, Cristian kembali bersuara. "Kata pelayan, Putri Azura tumbuh besar di dalam kastil. Dia tak pernah diizinkan keluar barang selangkah saja dari kastilnya."

Elden mengangkat sebelah alisnya. "Sepertinya keberadaannya disembunyikan. Apa hanya sebagian penghuni istana saja yang mengetahui tentangnya?"

"Tebakan Anda benar, Yang Mulia. Awalnya saya ingin mencari tahu tentang Putri itu dari para pelayan Alley. Namun sebagian besar dari mereka tidak mengetahui tentangnya. Hanya beberapa saja yang saya temui tahu tentang dirinya."

Seringai tajam menghiasi wajah sang Raja. "Itu berarti tidak buruk menjadikannya tahanan perang. Siapa yang akan memanfaatkan perempuan yang tak pernah menapak tanah itu menjadi pemberontak? Dan lagi, keberadaannya hanya diketahui oleh sebagian kecil penghuni istana. Para penduduk Alley tidak akan mengenalinya. Terlebih lagi rambut peraknya tidak menunjukkan jika dirinya adalah keturunan keluarga kerajaan Alley."

"Sepertinya akan menarik," sambung Elden dengan pandangan terarah pada Azura.

***

Azura diseret kasar dari dalam kastilnya. Ia berjalan dengan masih terisak sejak melihat kedua saudaranya terbunuh di depan matanya. Ditambah kenyataan bahwa Ayahnya, Raja Arthur beserta Istrinya juga telah tiada. Ia benar-benar sendirian sekarang.

Kenapa aku tidak dibunuh?

Pertanyaan itu sedari tadi memenuhi benaknya. Ia heran, mengapa laki-laki bersurai hitam yang tak punya belas kasih itu tidak membunuhnya juga. Tadi, setelah Cassandra bunuh diri, laki-laki itu hanya menatapnya datar kemudian membalikkan badan. "Ikat dan bawa dia!" Hanya itu yang ia titahkan kemudian melangkah pergi meninggalkan kastil.

Princess CastleWhere stories live. Discover now