25

18.5K 2.9K 82
                                    

Sunyi senyap di Istana Vantiago menjadi tanda bahwa kini malam semakin larut. Sebagian besar penghuni istana telah terlelap, mengistirahatkan diri dari segala rutinitas duniawi. Hanya terdapat beberapa prajurit yang sedang berlalu lalang, melakukan patroli demi menjaga keamanan istana dari segala bentuk bahaya yang sewaktu-waktu bisa terjadi.

Di sepertiga malam seperti ini, sepertinya bukan hanya prajurit penjaga istana yang masih terjaga. Antonio, sang Duke muda dari wilayah Cassano juga belum terlelap. Ia duduk bersandar dibawah pohon besar, yang disekelilingnya terdapat semak-semak tinggi hingga para prajurit tak dapat melihat dan menyadari keberadaannya.

Sejak hari pertama kedatangannya di istana, Antonio selalu datang dan duduk di bawah pohon itu. Ia hanya akan beranjak pergi dari tempat itu jika sudah tidak tahan dengan gigitan nyamuk dan juga serangga lainnya.

Bukan tanpa alasan, ia sedang menunggu seseorang. Seseorang yang menjadi alasan utama kedatangannya di istana Vantiago. Seseorang yang selalu memenuhi pikirannya hingga membuatnya frustasi dan berakhir datang ke Vantiago tanpa menghiraukan pekerjaannya di Alley.

Dibawah pohon itulah tempat pertama dan terakhir kali Antonio bertemu dengannya. Itulah sebabnya ia menunggu ditempat itu, berharap seseorang itu akan muncul seperti saat pertama kali mereka bertemu.

Menunggu tanpa kepastian dibawah pohon bukanlah satu-satunya cara yang dilakukan Antonio. Sesekali ia pergi ke kastil Rose-- secara diam-diam, hanya disekitaran kastil untuk sekedar melihat jikalau tiba-tiba perempuan itu muncul.

Tanpa diam-diam pun, Antonio sebenarnya bisa menemui Azura secara langsung di kastilnya. Kedudukannya sebagai petinggi kerajaan menjadikan dirinya sangat mudah untuk bertemu dengan tahanan perang seperti Azura. Namun ia tak mau melakukannya. Pikirnya, akan lebih mendebarkan jika bertemu secara diam-diam. Menikmati waktu berdua tanpa ada seorangpun yang tau kecuali dirinya dan Azura. Sebut saja ia pemuda yang sedang dimabuk asmara.

Usaha memang  tak pernah mengkhianati hasil, jerit Antonio dalam hati tatkala di malam keempat memata-matai kastil Rose, perempuan itu akhirnya muncul. Antonio yang sedang berada tak jauh dari gerbang kastil dengan segera menghampiri dan membawanya pergi tanpa peduli dengan keterkejutan perempuan itu.

Setelah tiga hari menunggu, akhirnya malam ini ia bisa bernapas lega dan tersenyum bahagia. Ia tak lagi duduk sendirian di bawah pohon itu, kini ia bersama dengan Azura, perempuan rambut perak yang telah merebut atensi Antonio sepenuhnya.

Tak ada percakapan diantara keduanya setelah beberapa menit duduk dibawah pohon itu. Antonio tak berniat membuka percakapan. Ia hanya terus memperhatikan Azura dalam diam, melihatnya terus-menerus seolah perempuan itu bisa saja menghilang jika sedikit saja ia mengalihkan pandangannya.

Yang ditatap hanya terus menunduk, sibuk bermain-main dengan dedaunan kering ditangan mungilnya. Sesekali ia melirik ke arah Antonio dan kembali menunduk saat mendapati sepasang mata coklat laki-laki itu masih menatapnya.

Jengah dengan situasi yang tak nyaman itu, Azura menghela napas kasar. Ia menegakkan tubuhnya lalu memberanikan diri menoleh menatap Antonio. "Sampai kapan Tu- maksudku, kau akan melihatku seperti itu?"

Seolah baru sadar, Antonio memalingkan wajahnya sambil berdehem panjang. "Maaf," ucapnya lalu tersenyum.

"Sedari tadi kau terus saja tersenyum. Itu membuatku takut."

Antonio sontak menoleh kembali sambil mengerjap beberapa kali mendengar ucapan perempuan disampingnya. Takut katanya? Senyum yang selalu menjadi senjata andalannya untuk menaklukkan hati siapa saja membuatnya takut? Kedua bahu Antonio seketika jatuh tak bertenaga.

"Padahal kita sudah lama tak bertemu. Kenapa mengatakan hal sejahat itu padaku?" Ucap Antonio terdengar kecewa. "Padahal, kau adalah alasan kenapa aku terus saja tersenyum".

Princess CastleWhere stories live. Discover now