32

14.9K 2.5K 155
                                    

Elden menyobek sedikit pakaian yang ia kenakan. Potongan kain tersebut kemudian ia gunakan untuk membalut luka sayatan di lengan kanan Azura. Bermodalkan cahaya bulan, ia dengan telaten melilitkan kain tersebut di lengan perempuan yang kini duduk bersandar pada dinding rumah.

Ringisan pelan dari Azura membuat Elden menghentikan kegiatannya sejenak. "Ck! Begini saja kau sudah kesakitan."

Walau berkata demikian, Elden melilit kain tersebut lebih pelan dan hati-hati hingga tidak lagi terdengar ringisan dari belah bibir Azura.

"Apa selama ini kau pura-pura bodoh di hadapan orang-orang?" Elden melempar pertanyaan setelah selesai membalut luka Azura.

"Ya?" Azura menoleh sambil mengerjap. "Maksud Anda? Saya tidak mengerti."

Elden meraih jubah hitam Azura yang sebelumnya ia lepas agar lebih mudah membalut lukanya. Tanpa bersuara, ia membantu Azura memakai kembali jubah itu hingga terpasang dengan baik di tubuhnya. Tidak lupa ia juga memasang tudung jubah untuk menutupi rambut perempuan itu.

"Maksudku, selama ini kau selalu terlihat lemah dan tidak berdaya saat menerima perlakuan buruk dari orang-orang. Tapi setelah melihat pertarungan mu tadi, aku jadi berpikir selama ini kau hanya sedang berpura-pura," jelas Elden.

"Tidak, saya tidak berpura-pura."

"Lalu? Apa alasanmu tidak melawan saat aku bersikap jahat padamu? Jangankan padaku, kenapa kau tidak melawan saat para pelayan lamamu bersikap buruk padamu? Dengan kemampuan itu, kau mungkin tidak bisa melukai ku, tapi kau bisa menundukkan para pelayan lamamu dengan mudah."

Azura tidak langsung menjawab. Sejenak ia terdiam menatap lelaki itu, bingung melihat Elden yang bertingkah aneh hari ini. Baru kali ini Azura mendengar Elden banyak bicara. Dan lagi, perlakuan laki-laki itu padanya begitu lembut.

"Kenapa kau diam saja? Aku sedang bertanya." Elden menoleh saat tak mendengar jawaban dari Azura.

Azura dengan cepat memalingkan wajahnya. "Mmm ... Itu karena saya takut."

"Takut?"

Azura mengangguk. "Saya bukannya bermaksud menyembunyikan kemampuan saya dalam bertarung. Tapi memang pada dasarnya saya ketakutan. Dan ketakutan itu bukanlah kepura-puraan."

Elden terdiam. Ia melihat perempuan itu mengambil nafas dalam dan menghembuskannya secara perlahan melalui mulutnya.

"Aku menghabiskan 21 tahun hidupku di dalam kastil."

Kalimat pembuka cerita dari Azura membuat Elden memperbaiki posisi duduknya. Ia tau Azura akan bercerita panjang lebar malam ini. Terlampau sering ia mendengar Azura bercerita saat berada kastil rose. Karena itu ia tua bagaimana tabiat perempuan itu. Saat akan menceritakan sesuatu yang serius dan panjang lebar, Azura tanpa sadar akan mengubah gaya bahasanya. 

"Selama ini, hidupku jauh dari keramaian dan interaksi sosial. Walau demikian, aku tidak takut pada tempat ramai atau pada orang asing. Aku hanya takut pada mereka yang terang-terangan menunjukkan ketidaksukaan padaku."

"Aku hidup di sekitar orang-orang yang tidak mengharapkan kehadiranku. Mereka selalu memberikan tatapan tak bersahabat. Memberi tatapan tajam, tatapan menghakimi dan tidak jarang memberi tatapan jijik seolah aku adalah kotoran. Selama 21 tahun hidup di sekitar orang-orang tersebut, tanpa sadar menumbuhkan rasa takut berlebihan dalam diriku."

Elden masih bungkam. Ia selalu seperti itu saat Azura bercerita. Diam dan tidak memotong sampai dirasa Azura telah menyelesaikan ceritanya.

"Aku takut bahkan sampai gemetar saat orang mencaci, membentak dan berlaku kasar padaku. Aku tidak punya keberanian untuk melawan. Dan berakhir terdiam tanpa suara." Azura menoleh menatap Elden, tanda bahwa cerita telah selesai.

Princess CastleWhere stories live. Discover now