41

11.8K 1.9K 78
                                    

"Tidak, ... Ja-jangan bunuh, ..."

"TIDAK!"

Sepasang kelopak itu sontak terbuka, menampakkan manik biru laut menawan milik sang penguasa. Elden terbangun dari tidurnya dengan keringat yang membanjiri pelipis hingga lehernya. Ia terduduk sembari menormalkan deru napas serta debaran jantungnya. Tangannya terulur meraih segelas air di atas nakas lalu meneguknya hingga tak bersisa.

Beberapa menit berlalu dengan Elden yang masih terdiam di ranjangnya. Surai hitam kelamnya yang berantakan, ia usap kebelakang. Dengan wajah yang nampak sangat kelelahan, ia beranjak sembari memperbaiki jubah tidur yang dikenakannya. Langkah lebarnya membawanya menuju balkon kamarnya yang mengarah langsung ke air mancur di taman tengah istana.

Elden terdiam di sana dengan kedua tangan bertumpu di pagar pembatas balkon. Netranya menatap kosong dengan pikirannya yang kini menerawang jauh, kembali ke masa di mana sumber kebahagiaannya masih ada di sisinya. Sosok yang membuatnya bisa tersenyum dan tertawa lepas tanpa beban. Sosok yang mendorong dan menyokongnya untuk menghadapi kerasnya kehidupan istana. Sosok yang selalu ada saat dunia menghakiminya.

Sosok itu adalah seorang wanita cantik dengan surai coklat gelap bernama Delarosa, selir Raja Vantiago VI sekaligus Ibu yang melahirkan Elden.

Delarosa, wanita cantik yang tidak berasal dari keluarga bangsawan. Ia hanyalah wanita dengan kehidupan sederhana yang dulunya tinggal di desa kecil dekat perbatasan kerajaan Vantiago. Terlibat hubungan asmara dengan Harald, membuatnya berakhir menjadi selir kerajaan. Karena berasal dari keluarga non bangsawan, banyak petinggi maupun penduduk kerajaan yang tidak menyambut kedatangannya. Terlebih lagi sang Ratu, Leonora Gisella de Vantiago.

Namun karena kekuasaan Harald, para petinggi dan penduduk bahkan Leonora sekalipun tidak bisa menolak kehadiran Delarosa. Keberadaan Delarosa makin tidak bisa ditampik oleh siapapun saat wanita berparas bak dewi itu mengandung anak Raja, sang penerus tahta.

Harald yang begitu mencintai Delarosa, membangun sebuah kastil khusus untuk selirnya itu. Kastil yang terletak cukup jauh dari istana utama agar tidak ada yang berani mengusik wanitanya. Kastil yang ia beri nama Rose karena memiliki arti yang sama dengan nama Delarosa, yaitu bunga mawar.

Di kastil itulah, Delarosa melahirkan dan membesarkan Elden. Lahir dari rahim seorang selir non bangsawan, membuat kehadiran Elden di masa itu sulit diterima oleh para petinggi kerajaan. Terlebih lagi Ratu dan para sekutunya. Namun berbanding terbalik dengan para rakyat yang menyambut bahagia serta antusias karena kelahiran penerus sang Raja yang selama ini telah di nanti-nanti.

Kehidupan masa kecil Elden jauh berbeda dengan anak-anak seusianya. Ia sedari kecil sudah dituntut untuk terus belajar. Setiap hari disuguhi buku-buku tebal tentang tata krama, tata negara dan semua hal yang menyangkut tahta dan pemerintahan. Ayahnya, Harald mendidik Elden dengan sangat keras. Tidak membiarkannya membuang-buang waktu dengan bermain atau bersosialisasi dengan anak seumurannya. Belum lagi sang Ratu dan juga para petinggi kerajaan yang selalu memandangnya sebelah mata. Tidak jarang pula ia mendengar penduduk istana yang menjelek-jelekkan dirinya dan juga Ibunya. Semua hal tersebut membuat hidupnya penuh dengan tekanan yang rasanya sangat menyesakkan dadanya.

Saat berada dalam kondisi seperti itu, ia akan pergi ke kastil rose untuk menemui Ibunya. Melihat wajah tenang serta merasakan pelukan hangat sang Ibu, semua rasa sesak di dadanya menguap. Yang ada hanya rasa nyaman, tenang, dan bahagia menyelimuti dirinya. Sang Ibu mengajarkan padanya untuk tak menaruh dendam. Memberinya nasihat jika semuanya akan berjalan dengan semestinya jika ia bisa berlapang dada dan memaafkan orang-orang yang telah menyakitinya.

Ingatan Elden kemudian bergeser saat ia berusia 11 tahun. Di masa itulah semua kenangan buruk Elden berada. Ibunya yang berperangai selembut sutra serta secerah mentari tiba-tiba berubah. Delarosa menjadi sosok yang jauh berbeda. Tidak ada senyum dan canda tawa lagi dari bibir indahnya. Tidak ada kehangatan. Tidak ada keceriaan. Semuanya hilang bak ditelan kegelapan.

Princess CastleOnde histórias criam vida. Descubra agora