30

16K 2.5K 107
                                    

Satu jam sebelumnya ...

Cahaya bulan menyeruak saat awan gelap tak lagi menutupinya. Cahaya redupnya cukup untuk menemani Elden dan Cristian yang sedang duduk di pelataran bar sederhana milik seorang warga. Keduanya memilih untuk beristirahat sejenak disana sambil menikmati segelas bir, sebelum kembali ke istana.

Tak hanya ada mereka berdua. Banyak warga yang juga datang ke tempat itu. Bar yang memang sengaja ditempatkan diluar ruangan itu cukup terkenal di kalangan para penduduk kerajaan. Selain tempatnya yang dekat dengan pasar ibu kota, bar itu juga menyediakan minuman yang ramah di kantong warga.

Elden dan Cristian memilih tempat duduk yang terletak di ujung, dekat dengan pagar pembatas hingga pandangan mereka bisa langsung tertuju pada keramaian pasar di depan sana. Elden menikmati waktu dengan memperhatikan para rakyatnya yang bersenang-senang di pasar. Ia sama sekali tidak peduli dengan sosok Cristian di sampingnya, yang sedari tadi memasang wajah memelas seolah tak pernah diberi makan selama berhari-hari.

"Yang Mulia, tolong berbelas kasihlah," Cristian menatap penuh permohonan pada Elden.

"Aku sudah berbelas kasih dengan memberimu perintah yang mudah, Cris. Atau kau ingin kukirim ke perbatasan?" ucap Elden tanpa mengalihkan pandangannya dari keramaian pasar.

Kedua bahu Cristian luruh pasrah. Entah sudah berapa kali ia memohon, meminta Elden untuk membatalkan perintahnya. Namun sang Raja tak mau mendengarnya bahkan tanpa ampun memberinya ancaman dengan perintah berbeda yang tentunya lebih sulit.

Walau akhirnya Cristian pasrah dengan perintah tersebut, rasa bingung dan penasaran yang sedari tadi menggerogotinya belum juga hilang. Pertanyaan besar di kepalanya saat ini adalah, kenapa Elden terlihat sangat kesal?

Cristian tidak akan kebingungan jika Rajanya itu marah bahkan sampai murka dengan aura gelapnya, karena memang seperti itulah Elden bersikap jika seseorang berbuat salah. Namun kali ini, Elden bersikap aneh.

Sepanjang perjalanan, Rajanya itu terus saja memberinya tatapan tajam nan menusuk seolah sangat membenci keberadaannya. Tak jarang pula sang Raja memalingkan wajahnya, tak mau menatap Cristian seperti yang saat ini terjadi.

Sebegitu besarkah kesalahan yang Cristian perbuat? Padahal ia hanya menghabiskan waktu dengan Azura di kastil rose.

"Yang Mulia?" panggil Cristian pelan.

"Hm?"

"Apa hamba membuat anda kesal?" tanya Cristian yang tiba-tiba menyebut dirinya sebagai hamba. Cristian selalu seperti itu jika sang Raja sedang marah atau sedang berada dalam situasi serius, seperti saat pertemuan penting atau dalam medan perang.

"Kesal? Padamu? Memangnya sepenting apa dirimu hingga dapat membuatku kesal?"

"Lalu, kenapa anda memalingkan wajah anda saat berbicara pada hamba?"

"Aku hanya tidak suka melihat wajahmu," jawab Elden yang masih memandang kearah pasar.

"Tapi Yang--"

Cristian mengentikan ucapannya saat Elden mengangkat tangannya di depan wajahnya. Kerutan di dahi Elden membuat Cristian ikut mengarahkan pandangannya mengikuti arah pandang sang Raja.

"Ada apa Yang Mulia?" tanya Cristian sedang matanya menelusuri.

"Kau tak lihat ketiga orang disana? Mereka terlihat mencurigakan."

Cristian memicingkan mata, menatap arah yang ditunjuk oleh sang Raja. Dahinya ikut berkerut saat matanya menangkap tiga sosok pria berpakaian serba hitam yang sedang berdiri di lorong gelap diantara rumah-rumah warga. Ketiganya kemudian berlari memasuki lorong setelah memakai penutup wajah.

Princess CastleWhere stories live. Discover now