20

21.4K 3.1K 191
                                    

"Yang benar saja".

Azura bergumam pelan dengan raut wajah tak percaya saat mendapati sosok laki-laki dengan setelan jas hitam mewah serta jubah merah yang tergantung di sepanjang bahunya sedang duduk santai diatas ranjangnya. Azura mematung di ambang pintu sambil mengerjapkan matanya beberapakali merasa ragu dengan penglihatannya sendiri.

Tak cukup sepuluh menit ia meninggalkan kamarnya untuk mengambil segelas air di dapur. Namun sekembalinya dari sana, kamarnya yang sebelumnya ditinggal sepi kini dihuni oleh manusia es bertampang datar tersebut.

Laki-laki itu seolah tak peduli dengan keterkejutan Azura dan hanya duduk berselonjor diatas ranjang sambil membaca sebuah buku bersampul coklat yang tampak tak asing bagi Azura.

'Tunggu, buku itukan-'

Mata Azura melebar saat sadar dengan buku yang sedang dibaca oleh Elden. Dengan panik, ia melangkah cepat menuju ranjang bermaksud mengambil paksa buku itu. Namun langkahnya terhenti seketika saat Elden tiba-tiba bersuara.

"Jendral batu es."

"Jendral gila tak punya hati."

"Manusia dingin yang tidak punya teman."

"Sombong."

"Angkuh."

"Pemarah."

"Mesum?"

Elden tersenyum miring membaca isi dari buku coklat itu. Tatapannya kemudian beralih menatap Azura yang kini menegang panik di tempatnya, "Sepertinya kau sangat ahli memaki orang".

"Tu-tuan, bagaimana anda bisa masuk kesini?" Azura kembali melangkah mendekati Elden lalu berusaha merebut buku itu darinya.

Tentu saja Elden tak membiarkannya. Ia berdiri lalu dengan sengaja mengangkat tangannya setinggi mungkin agar Azura tak bisa meraih buku itu. "Ambillah kalau kau bisa," ucapnya terdengar mengejek.

Azura melompat-lompat berusaha meraih buku itu, namun usahanya sia-sia karena semakin dekat tangannya dengan buku itu, maka Elden akan mengangkat tangannya lebih tinggi bahkan sampai jinjit agar Azura tak bisa mengambilnya.

Sesekali Elden menurunkan tangannya, lalu kembali mengangkat tinggi saat Azura berhasil menyentuh buku itu. Azura yang terus melompat seperti tupai dengan wajahnya yang memerah kesal menjadi pemandangan yang menyenangkan bagi Elden. Hal tersebut membuatnya semakin ingin berlama-lama mempermainkan perempuan itu.

Beberapa menit berlalu, keduanya masih saja dalam posisi yang sama. Azura yang masih berusaha mengambil buku, dan Elden yang berdiri sambil mengangkat tinggi sebelah tangannya yang memegang buku itu.

"Apa kau tidak lelah?" tanya Elden sambil memperhatikan wajah kesal Azura. Perempuan itu tak menanggapinya dan hanya terus melompat walau usahanya sia-sia.

Raut mengejek dari wajah Elden sebelumnya kini telah lenyap digantikan dengan raut yang sama kesalnya dengan Azura. Elden sudah bosan, bahkan sudah kelelahan. Entah sudah berapa kali ia mengganti tangannya untuk memegang buku itu. Ia tak habis pikir, tenaga apa yang digunakan Azura hingga ia masih sangat bersemangat melompat kesana kemari meraih buku coklat yang digenggamnya.

Kedua tangan Elden mulai pegal. kemejanya kini acak-acakan karena ulah Azura. Perempuan itu melompat sambil mencengkeram bahu Elden sebagai tumpuannya. Alhasil, dua kancing kemeja Elden terlepas dari peraduannya, hingga menampakkan dadanya yang bidang.

Tangan kanannya terangkat mengambil buku, menggantikan tangan kirinya yang mulai pegal. Dengan kesal Elden berkata, "Apa kau balas dendam karena aku pernah merusak gaunmu?"

Princess CastleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang