45

12.1K 1.9K 117
                                    

"Yang Mulia, seperti yang Anda katakan, kastil rose terbakar bukan karena ketidaksengajaan."

Elden yang sedang sibuk dengan gulungan kertas di hadapannya, hanya mengangguk. Tidak menoleh pun tidak mengeluarkan sepatah kata. Hanya terus membaca laporan menumpuk yang berisikan masalah dari berbagai sudut kerajaan.

"Apa Anda menemukan bukti, Tuan Cassano?" Letizia bertanya sebab sang Raja tak kunjung menyuarakan tanggapan.

"Bau minyak tercium di beberapa bahan bangunan yang tidak termakan api. Saya juga menemukan serbuk mesiu di beberapa tempat di sekitaran kastil." jawab Antonio.

"Pantas saja apinya sangat besar," ujar Letizia sembari menganggukkan kepalanya. "Apa itu bisa dijadikan alat untuk mengetahui siapa pelakunya?"

"Sulit, sebab minyak dan mesiu bukanlah bahan langkah di kerajaan kita. Banyak transaksi jual-beli minyak dan mesiu selama beberapa hari belakangan ini, hingga sangat sulit untuk mengetahui siapa oknum yang sengaja membeli bahan-bahan tersebut untuk membakar kastil rose."

Antonio dan Letizia saat ini tengah berada di ruang kerja Elden. Keduanya berdiri menghadap sang Raja yang sedang duduk di kursi kebesarannya. Kebakaran yang meratakan kastil rose selalu menjadi topik persoalan mereka sejak si jago merah itu berkobar hebat 2 hari yang lalu. Atau lebih tepatnya, topik persoalan Antonio dan Letizia. Sebab sang Raja tidak menunjukkan ketertarikannya terhadap permasalahan tersebut. Terlihat dari dirinya yang selalu menanggapi sekenanya atau bahkan tidak sama sekali memberikan persepsi saat Antonio memberikan laporan terkait hal tersebut.

Letizia jelas bingung melihat sikap kawannya itu. Sebab yang ia tau, Elden menaruh ketertarikan yang begitu besar pada wanita yang menempati kastil rose itu. Tapi melihat bagaimana sikap dan perilaku Elden selama dua hari ini, ia jadi meragukan hal tersebut. Terlebih lagi saat laki-laki penguasa Vantiago itu hanya menampilkan ekspresi datarnya saat menerima laporan jika ditemukan tulang belulang di reruntuhan kastil rose.

Sikap dan perilaku Elden yang terlihat tak menaruh atensi pada masalah kebakaran itu, sangat jauh berbeda dengan laki-laki yang berdiri di samping Letizia. Penampilannya tidak lagi serapi hari-hari lalu. Surai pirang yang memukau itu kini berantakan, bibirnya kering hingga nampak pucat, kantung mata dengan lingkaran hitam yang begitu kentara menghiasi wajahnya. Lelaki yang menyandang gelar Duke termuda itu terlihat seperti sosok mayat hidup. Raganya seolah hanyalah wadah tanpa ada jiwa.

Hati Letizia teriris pilu saat melihat bagaimana rapuhnya Antonio selama dua hari belakangan ini. Sosok Azura ternyata memiliki andil yang cukup besar di hidup lelaki itu hingga kepergiannya meninggalkan ruang kosong yang begitu besar di relung hati Antonio.

"Sulit tapi bukan berarti mustahil. Saya akan melakukan segala cara agar bisa menemukan siapa pelakunya," ucap Antonio. Matanya sayu karena kelelahan, tapi sorot yang dipancarkan kedua netranya menunjukkan sebuah tekad besar.

"Saya akan turut membantu," timpal Letizia tak kalah bertekad. Ia bersumpah dalam hatinya, jika sampai ia menemukan pelakunya, ia akan melesatkan puluhan anak panah pada tubuh si sialan itu.

Bukan,

Bukan untuk Azura. Letizia tidaklah sebaik itu hingga mau membalaskan dendam gadis yang tak begitu dikenalnya. Terlebih lagi jika gadis itu adalah saingan cintanya. Ia berniat melakukannya karena pelaku itu begitu berani membuat Antonio-nya bersedih seperti orang gila.

"Tidak perlu, Nona Wester. Saya bisa melakukannya sendiri. Anda lebih baik melanjutkan tugas yang diberikan oleh Yang Mulia."

Kedua alis Letizia bertaut, "Tapi sa-"

Kekehan pelan dari sosok yang sedari tadi sibuk dengan pekerjaannya, mengehentikan ucapan Letizia. Dengan kerutan yang amat dalam di keningnya, Letizia menoleh menatap Elden penuh tanda tanya.

Princess CastleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang