24

19.3K 2.9K 157
                                    

"Nona, makanlah perlahan. Saya tidak akan mengambil makanan Anda".

Seolah tuli, Azura terus melahap makanannya dengan cepat, begitu terburu-buru seolah ada yang mengejarnya. Kedua pipinya mengembung karena banyaknya makanan didalam mulut kecilnya. Tidak menyadari jika para pelayan yang berdiri dihadapannya, sedang menatap gemas karena ia terlihat lucu, apalagi dengan kedua matanya yang berbinar-binar.

Namun Callista, perempuan yang menjadi pelayan pribadi Azura itu terlihat khawatir. Entah sudah berapa kali ia meminta Azura untuk makan dengan perlahan, namun perempuan itu tak mau mendengarnya. Ia khawatir apabila nantinya Azura tersedak dan--

"Uhuk!"

Apa yang dikhawatirkan Callista akhirnya terjadi. Ia buru-buru mengambil segelas air lalu menyodorkannya pada Azura yang tengah memukuli dadanya berkali-kali. Azura meneguk air itu dengan segera hingga tandas.

"Ma-maaf," ucap Azura setelah ia menghabiskan air minumnya.

Baru saja Callista menghela napas lega, mengira Azura tidak lagi berani melahap makanannya dengan cepat. Namun perempuan itu ternyata tidak jera sama sekali. Ia kembali makan dengan terburu-buru, memaksa makanan masuk ke mulutnya walau sudah terisi penuh. Para pelayan yang awalnya gemas melihat Azura, kini terheran-heran dibuatnya. Walau bertubuh mungil, namun nafsu makan Azura ternyata sangat besar.

Azura seolah tak peduli dengan tatapan para pelayan dihadapannya. Makan siang yang disediakan untuknya sungguh sangat lezat baik tampilan maupun rasanya. Daging, beraneka macam sayuran dan juga buah-buahan segar terhidang nyata dihadapannya hingga membuatnya lupa diri.

Itu hal yang wajar. Mengingat selama ini ia hanya memakan roti setiap harinya. Sesekali ia makan nasi dan sayuran jika Liana berada dalam suasana hati yang baik. Dan juga makan apel dimalam hari jika beruntung bisa meninggalkan kastil. Makanan seperti daging sudah sangat lama tidak ia rasakan. Membuatnya makan dengan rakus seperti manusia yang sangat kelaparan.

Callista mengetahui hal tersebut. Ia tau jika selama ini para pelayan yang lama hanya menyediakan roti untuk Azura. Cristian mengatakan itu sebelum ia ditugaskan menjadi pelayan pribadi Azura. Namun Callista tidak menduga, jika hal tersebut sampai membuat keadaan nona barunya itu seperti ini. Tiba-tiba saja ia merasa iba.

Ruang makan terasa sunyi. Hanya ada suara dentingan piring yang bergesekan dengan sendok. Sesekali terdengar suara batuk Azura yang tersedak karena makan dengan terburu-buru, diikuti suara Callista yang meminta Azura untuk makan dengan perlahan.

Beberapa menit berlalu, Azura akhirnya selesai dengan makanannya. Ia meneguk air minum sambil menatap piring-piring kosong dihadapannya. Seolah kesadarannya baru kembali, Azura menurunkan gelasnya sambil membelalak saat menyadari makanan dihadapannya habis tak bersisa.

Dengan perasaan takut, ia mengangkat kepalanya, menatap para pelayan yang berjejer rapi diseberang meja makan. Tatapannya kemudian berhenti pada pelayan yang berdiri tepat disampingnya, Callista.

"Ma-maaf," cicit Azura.

Callista mengernyit bingung. "Kenapa Anda meminta maaf, Nona?"

"Saya menghabiskan semua makanannya. Tidak ada makanan yang tersisa untuk para pelayan." Azura menunduk sambil memainkan jari-jarinya.

Para pelayan yang mendengar ucapan Azura saling melempar tatap kemudian tersenyum geli. Mereka sama sekali tak menduga, Azura akan meminta maaf setelah menghabiskan makanannya karena mengira para pelayan tak kebagian. Oh, betapa menggemaskannya Nona mereka itu.

Lagi-lagi Callista menghela napas. Kali ini ia turut merasa gemas melihat tingkah Azura. Ia tersenyum lalu berkata dengan lembut, "Nona seharusnya tidak meminta maaf karena telah makan dengan lahap. Itu bukanlah sebuah kesalahan. Dan juga, Anda tidak perlu cemas dengan kami. Makanan yang disediakan untuk Nona dan pelayan itu berbeda. Kami akan makan nanti setelah menyelesaikan tugas".

Princess CastleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang