29

14.5K 2.3K 46
                                    

"Yang Mulia?"

Elden sedikit terkejut saat tiba-tiba suara pelan itu menyapa pendengarannya di tengah-tengah keramaian kota. Ia berbalik, lalu matanya menangkap sosok Cristian yang berdiri dengan sorot mata terkejut.

Dengan cepat, Cristian menghampiri Elden dan berdiri tepat dihadapan laki-laki yang awalnya ia ragukan sosoknya itu. Pasalnya, Rajanya tersebut mengenakan jubah lusuh berwarna kelabu yang menyerupai rakyat kelas bawah. Rambut hitamnya tersembunyi dibalik tudung yang menutupi kepalanya dengan apik. Untung saja ia hapal dengan postur tubuh dan cara berjalan sang Raja, hingga ia dengan mudah mengenalinya.

"Yang Mulia? Apa yang anda lalukan di luar istana larut malam seperti ini?" tanya Cristian dengan suara yang sangat pelan.

"Seperti yang kau tau, hanya jalan-jalan sambil melihat suasana kota dan juga kondisi rakyat ku." jawabnya santai.

Cristian melemparkan tatapan bingung sedikit kecewa. "Kenapa anda tidak mengatakannya sebelumnya? Harusnya saya mengawal anda jika ingin melakukan penyamaran diluar istana."

"Aku melakukannya tanpa rencana. Tiba-tiba saja aku ingin berkunjung keluar istana." Elden kembali melangkah menyusuri jalanan ibu kota yang cukup ramai.

Cristian ikut beranjak bersama Elden. Jika di istana ia berjalan di belakang sang Raja, maka di luar istana ia akan berjalan di sampingnya. Keduanya melakukan penyamaran menggunakan pakaian biasa. Bahkan pakaian Cristian terlihat lebih baik dibandingkan pakaian yang dikenakan sang Raja. Jika ia berjalan di belakangnya, maka hal tersebut akan mengundang banyak mata yang memperhatikan.

"Sudah lama sejak terakhir kali saya dan Yang Mulia berjalan-jalan seperti ini di luar istana." ucap Cristian disela langkahnya.

"Ya, kau benar."

"Untung saja saya melihat anda tadi."

Elden tiba-tiba mengehentikan langkahnya. Ia menoleh sembari melemparkan tatapan tajam penuh selidik pada Cristian yang juga ikut berhenti di sampingnya. "Apa yang kau lakukan diluar istana?"

"Ah i-itu, ada barang yang ingin saya beli di pasar ibu kota, Yang Mulia," jawab Cristian dengan cengiran kudanya.

"Apa kau akan membeli sesuatu untuk kau bawa ke kastil rose?"

Pertanyaan yang dilemparkan Elden sukses membuat Cristian tak bisa menahan keterkejutannya. "Da-dari mana anda tau?"

Elden mendengus kasar ketika mengingat bagaimana antusiasnya Azura saat menceritakan tentang barang-barang yang Cristian bawakan untuknya. Telinganya sampai panas mendengarnya. Terlebih lagi saat perempuan itu tersenyum bahagia ketika menyebut kegiatan-kegiatan apa saja yang ia lakukan bersama Cristian.

"Kau tak perlu tau." Elden lagi-lagi melemparkan tatapan tajamnya. "Kau pasti bersenang-senang di kastil itu bukan?"

Tatapan tajam nan menusuk itu membuat Cristian bergidik ngeri. Dengan gelagapan ia menjawab, "A-anu, saya hanya ingin agar Nona Azura tidak merasa kesepian di kastilnya."

Elden mendelik, melemparkan tatapan tak suka yang begitu jelas. "Oh? Kau bermalas-malasan karena alasan seperti itu?"

"Bu-bukan begitu, Yang Mulia." Cristian menggeleng ribut.

Lagi-lagi Elden mendengus kasar. "Besok, pergilah ke desa terpencil di wilayah barat kerajaan. Bawa beberapa ekor ayam untuk dibagikan kepada para penduduk yang kelaparan disana."

Cristian terbelalak, seolah matanya akan keluar dari tempatnya. "Ya-yang Mulia?" terdengar nada tak percaya dari ucapannya.

"Kenapa begitu tiba-tiba?" sambung Cristian dengan wajah syok.

Princess CastleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang