37

13.8K 2.3K 186
                                    

"Bagaimana? Apa malam ini yang mulia Raja tidak ke kastil itu lagi?"

"Tidak, Yang Mulia. Setelah bertemu dengan Nona Letizia, yang mulia Raja langsung kembali ke kediamannya."

"Baiklah. Kau boleh pergi."

Perempuan dengan pakaian pelayan itu pergi, meninggalkan ruangan berinterior mewah milik Ibu Suri Vantiago. Sang pemilik ruangan kini menyesap teh herbal hangatnya dengan netra tertuju lurus pada perapian dengan api sedang yang menjadi penghangat ruangannya malam ini.

"Sepertinya, rencana kita berjalan dengan baik. Raja sudah jatuh dalam pesona Letizia dan melupakan gadis tahanan itu." Samuel, lelaki dengan usia terpaut 3 tahun lebih tua dari Leonora berucap, mengisi keheningan setelah kepergian pelayan yang menjadi sumber informasi.

"Kau yakin?" tanya Leonora setelah meletakkan cangkir tehnya.

"Apa ada lagi yang membuat Anda ragu, Ibu Suri?" Samuel menoleh menatap sang adik. "Raja tidak pernah lagi mengunjungi tahanan itu setelah bertemu dengan Letizia. Ini sudah dua minggu lamanya."

Sejenak Leonora terdiam. Pandangannya senantiasa tertuju pada api yang bergejolak pelan karena tiupan angin. Sekelebat bayangan masa lalu merasuki pikirannya, memaksanya kembali mengingat masa-masa penuh amarah dan juga dendam. "Setelah mendengar bahwa selama ini Raja menghilang karena menghabiskan malam dengan gadis itu, bayang-bayang masa lalu terus saja menghantuiku setiap malam. Aku selalu teringat saat Raja terdahulu melupakanku dan berpaling dengan wanita lain."

Hening. Samuel tidak bersuara, membiarkan sang Ibu Suri melanjutkan kalimatnya.

"Ceritanya berbeda, namun peran yang dimainkan masing-masing dari mereka terlihat mirip. Elden memerankan Harald, Gadis tahanan itu memerankan si selir sialan itu, dan Letizia memerankan diriku."

"Kau tau apa artinya itu, Kak? Akhir ceritanya akan sama. Elden pada akhirnya akan melupakan Letizia lalu memilih gadis itu sebagai Ratunya. Lalu, tujuan kita untuk membuat tahta Raja berada di tangan seorang Wester tidak akan pernah terwujud bahkan sampai generasi yang akan datang." Wajah Leonora berubah dingin, tatapannya tajam dengan sirat kemarahan.

"Lalu, apa yang harus kita lakukan?" tanya Samuel.

"Jika akhir ceritanya sudah diketahui, maka kita haru mengubah alurnya agar memiliki akhir cerita berbeda."

Samuel menanggapi dengan menampilkan raut wajah kebingungan.

"Kau tau kenapa aku memiliki akhir cerita yang menyedihkan? Selain karena takdir buruk ku yang tidak bisa mengandung, itu juga karena aku terlambat menyingkirkan selir itu. Andai saja jika dulu aku lebih cepat, mungkin sekarang Raja adalah boneka hidup kita," ucap Leonora dengan senyum miris di ujung kalimatnya.

"Jadi, maksud Anda ... "

"Ya. Akhir cerita berbeda akan jelas terjadi jika kita menyingkirkan gadis itu terlebih dahulu."

"Kita sudah mencoba melakukannya dua minggu lalu, tapi tidak berhasil sama sekali."

"Itu karena kau mengirim orang sembarangan, Kak. Untung saja aku mengirim satu orang kepercayaanku untuk mengikuti orang-orang suruhan mu itu. Jika tidak, kau kini pasti sudah berada dalam masalah." Leonora menoleh, menatap Samuel dengan wajah datarnya.

"Ku pikir, mudah saja menyingkirkan wanita itu walau hanya dengan orang biasa. Apalagi ia berada di luar istana. Namun tanpa terduga, Raja tiba-tiba datang menolongnya." Samuel menyesap tehnya sebelum kembali berucap, "Tapi, Ibu Suri. Aku tidak akan berada dalam masalah walau Anda tidak menyuruh seseorang menghabisi mereka. Raja tidak akan mendapat informasi apapun dari ketiga orang bodoh itu karena mereka bukan dibawah perintah ku langsung."

Princess CastleWhere stories live. Discover now