6

26.9K 4K 25
                                    

Sudah terhitung empat belas hari sejak Azura tiba di kerajaan Vantiago. Hari-hari yang ia lewati tidak berbeda jauh dengan hari-harinya di Alley. terkurung tanpa bisa melakukan apapun.

"Nona, ini makan siang Anda," ucap Liana yang baru saja datang membawa roti yang akan menjadi makan siang Azura.

Selain gemerlap cahaya kota, luasnya kamar, dan nama kastil, yang membedakan kastil Rose dengan kastil Azura di Alley adalah makanan yang disediakan.

Saat di Alley, makanan yang disediakan untuk Azura adalah makanan mewah untuk putri kerajaan. Walau tidak semewah dan sebanyak makanan untuk keluarga kerajaan lain, tapi rasa makanannya tetap menggugah selera.

Sedangkan di kastil Rose, hampir setiap hari Azura makan roti. Baik untuk sarapan, makan siang maupun makan malam. Hanya dua kali dalam seminggu makanan seperti nasi dan sayuran disediakan. Azura tidak tahu, apakah ini memang kebiasaan di kerjaan Vantiago atau memang hanya terjadi padanya. Azura tak pernah menanyakannya dan juga tak pernah mengambil pusing. Disediakan makanan tiga kali sehari harusnya membuatnya bersyukur.

Liana meletakkan makan siang Azura di atas meja lalu pergi begitu saja meninggalkan kamar. Azura yang duduk di pinggir jendela beranjak mengambil sepotong roti tersebut lalu kembali duduk di tempatnya semula.

"Hmm, roti hari ini tidak keras seperti kemarin." Azura menyantap rotinya sambil memandang ke luar jendela.

Selama empat belas hari tinggal di sini, Azura tidak pernah sekalipun meninggalkan kamar. Ia sebenarnya sangat ingin keluar untuk melihat sekitar kastil. Tapi ia bingung, apakah ia diperbolehkan meninggalkan kamarnya atau tidak. Azura pernah mempertanyakan hal tersebut pada Liana, tapi bukannya mendapatkan jawaban, ia justru mendapat tatapan tajam.

Kadang Azura berencana untuk meninggalkan kamar, tapi kejadian masa lalu yang pernah ia alami di Alley saat meninggalkan kastil menghantuinya. Bagaimana jika hal tersebut terjadi lagi di sini? Bagaimana jika ternyata ia tidak dibolehkan meninggalkan kamar lalu mereka menyeretnya menemui sang Raja Vantiago?

Hal tersebut yang membuat Azura takut meninggalkan kamar. Ia tidak ingin berakhir di hadapan Raja. Azura tidak tahu bagaimana Raja akan memperlakukannya, tapi dia pastilah Raja yang sangat kejam. Jendral perangnya saja sangat menakutkan, apalagi Rajanya.

Ah, berbicara tentang Jenderal itu, sampai saat ini, ia tak pernah bertemu dengannya. Laki-laki bersurai hitam itu tak pernah datang ke kastil. Azura menebak jika sosok itu telah melupakan keberadaannya.

Syukurlah.

Saat sedang asik dengan pikirannya, tiba-tiba pintu kamar terbuka. Azura menoleh melihat dua pelayan yang berdiri di ambang pintu. Salah satunya adalah Liana, tapi Azura tak mengenal yang di sampingnya. "Ada apa?"

Liana tidak menjawab. Ia langsung masuk dan mulai menarik selimut serta kain alas di ranjang Azura.

"Nona, keluarlah dulu. Kami akan membersihkan kamar ini," ucap pelayan yang berdiri di ambang pintu.

Azura mengerjap bingung. Apakah ini berarti ia boleh meninggalkan kamar?

"Apa Anda tidak dengar? Keluarlah. Akan ada seseorang yang datang dari istana utama. Jadi kami harus membersihkan seluruh kastil," ucap Liana.

Ah, karena itukah mereka ingin membersihkan kamar Azura? Selama ini, mereka hanya membiarkan Azura tidur di kamar yang berdebu ini tanpa berniat membersihkannya. Karena tamu itu, mereka akhirnya berinisiatif membersihkannya. Azura harus berterima kasih pada tamu itu nanti.

Azura beranjak dari duduknya dan mulai melangkah meninggalkan kamar. Ia mengedarkan pandangannya saat telah berada di depan pintu. Kastil ini ternyata sangat luas dan terlihat sangat mewah. Namun karena tidak terawat, kastil ini jadi terlihat seperti tempat penyimpanan barang.

Azura menuruni tangga. Ia melihat semua pelayan sedang sibuk membersihkan kastil. Ia baru tahu jika ternyata ada banyak pelayan yang tinggal di kastil ini. Azura hanya kenal dengan Liana, sebab hanya dialah yang selalu datang ke kamar Azura.

Azura berdiri di ruang tengah kastil sambil menatap para pelayan yang tak menghiraukan keberadaannya. Tiba-tiba, ada seseorang yang menubruk bahunya. Azura menoleh, menatap pelayan yang meringis sambil memegang bahunya.

"Nona, jika tak punya keperluan disini, keluarlah! Anda menghambat pekerjaan kami" ucapnya tampak kesal lalu pergi begitu saja.

Bukannya marah, Azura justru merasa sangat senang mendengar ucapannya. Binar penuh bahagia nampak jelas di kedua matanya.

Apa ini berarti aku bisa keluar dari kastil? Bukan hanya kamar, tapi aku juga bisa melewati pintu utama kastil dan melihat langit tanpa tanpa ada bangunan yang menghalangi?

Tanpa pikir panjang, Azura langsung melangkahkan kaki dengan semangat menuju pintu kastil. Degup jntungnya berpacu dengan cepat tatkala kaki telanjangnya mulai memijak tanah berumput. Tubuhnya kini sepenuhnya berada di luar kastil. Dengan raut wajah antusias, Azura melangkah dengan pandangan melihat seluruh penjuru pekarangan kastil.

Oh, apa itu?

Mata Azura menangkap sesuatu yang sangat indah di dekat gerbang besar kastil. Itu taman. Taman yang lumayan luas dipenuhi dengan bunga berwarna merah yang mekar dengan indah. Azura berlari kecil menuju taman itu, berniat melihat bunga cantik yang tak pernah ia lihat selama hidupnya.

Tangan Azura terulur untuk memetik bunga. "Akh-" Azura menarik tangannya saat merasa sesuatu menusuk jarinya. "Bunga apa ini? Walau sangat indah, tapi durinya sangat tajam."

Azura alihkan pandangannya dari taman bunga menuju gerbang kastil. Ia berjalan mendekati gerbang tersebut, lalu matanya disuguhi dengan pemandangan yang berkilau di depan sana. Sebuah bangunan megah dan sangat besar. Letaknya lumayan jauh dari kastil tapi masih nampak sangat besar dilihat dari sini.

Bangunan berwarna putih dengan kombinasi emas itu sangat berkilau diterpa cahaya matahari siang. Tiap sisi bangunan itu terdapat tower yang menjulang tinggi. Tiap tower terdapat bendera berwarna biru laut dengan simbol naga di tengahnya.

Apa itu istana utama kerajaan Vantiago?

Bangunan yang indah itu membuat Azura ingin melihatnya dari dekat. Ia mendorong pintu gerbang namun ternyata dikunci. Azura melihat sekeliling dan menelusuri pagar untuk mencari celah yang kiranya bisa ia lewati. Sesampainya di samping kastil, Azura bertemu jalan buntu. Sepertinya, tepat dibelakang tembok itu adalah jurang yang ia lihat dari jendela kamar.

Setelah mengamati keseluruhan tempat, Azura menyimpulkan jika kastil Rose berdiri membelakangi tebing. Jauh di depannya berdiri istana utama yang berarti kastil ini berada paling belakang istana kerajaan Vantiago.

Azura memilih beristirahat di bawah pohon rindang. Ia menyandarkan punggungnya untuk sekedar menikmati semilir angin yang berhembus pelan. Udara terasa sangat sejuk di bawah pohon itu. Azura menutup mata ketika angin sepoi-sepoi menerpa pelan wajahnya. Sungguh nyaman dan menenangkan hingga rasa kantuk mendatangi.

Dalam ruang gelap yang tidak Azura tahu di mana, ia melihat seorang wanita paruh baya yang tersenyum tulus padanya. Senyum yang tak pernah orang lain berikan kecuali darinya.

Emely. Wanita dengan senyum indah itu adalah Emely. Pelayan yang sudah ia anggap seperti ibu sendiri. Selama Azura bisa mengingat, hanya dialah yang selalu ada di sampingnya. Yang merawat dan membesarkannya sepenuh hati.

Karena Emely, Azura tidak tumbuh menjadi gadis bodoh yang tidak tahu apapun. Ia mengajari Azura membaca dan menulis. Memberinya buku yang ia bawa diam-diam untuk Azura baca dan pelajari. Menceritakan pada Azura tentang dunia luar yang tidak pernah Azura temui.

Walau terus terkurung, Azura tidak pernah merasa sepi. Walau terus dihina, Azura tidak pernah merasa sakit hati. Itu semua karena Emely. Ia selalu ada di samping Azura saat ia membutuhkannya. Namun semuanya berubah saat Emely pergi untuk selama-lamanya.

"Hei bangunlah."

Azura mengerjapkan mata saat mendengar suara seseorang. Sepertinya ia tertidur hingga suara itu membangunkannya.

Saat telah tersadar sepenuhnya, Azura melihat sosok laki-laki berdiri tepat di depannya. Karena tubuh lelaki itu membelakangi cahaya matahari, Azura tidak bisa melihat wajahnya dengan jelas. Tapi saat matanya menangkap warna rambut soso tersebut, Azura membelalak. Ia terkejut bukan main saat menyadari siapa yang berdiri di depannya saat ini.

🌻
==============================
~Renjuniastri~

Princess CastleWhere stories live. Discover now